2 Hukuman FIFA ke Indonesia Jelang Lawan China
Skuad Timnas Indonesia dalam pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia .elawan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (25/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
13:42
11 Mei 2025

2 Hukuman FIFA ke Indonesia Jelang Lawan China

Insiden yang terjadi pada pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Bahrain pada 25 Maret lalu kini berbuntut panjang. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) resmi menjatuhkan dua sanksi kepada Indonesia akibat pelanggaran yang melibatkan tindakan diskriminatif dari suporter saat pertandingan berlangsung.

PSSI menerima surat pemberitahuan resmi dari FIFA pada Sabtu, 10 Mei, yang menyatakan bahwa Indonesia dinyatakan bersalah karena tindakan tidak terpuji dari sebagian penonton.

Tindakan tersebut dianggap melanggar prinsip-prinsip antirasisme dan anti-diskriminasi yang menjadi bagian penting dari regulasi FIFA.

Rizky Ridho saat membela Timnas Indonesia di laga melawan Bahrain (dok. X Football Fandom)Rizky Ridho saat membela Timnas Indonesia di laga melawan Bahrain (dok. X Football Fandom)

Pelanggaran terjadi pada menit ke-80 saat pertandingan berlangsung di mana sekelompok suporter yang diperkirakan berjumlah 200 hingga 300 orang terdengar meneriakkan slogan bernada xenofobia.

Teriakan tersebut dinilai sebagai bentuk ujaran kebencian yang tidak dapat ditoleransi oleh badan sepak bola dunia itu.

Sebagai konsekuensinya, FIFA menjatuhkan dua jenis hukuman kepada Indonesia. Pertama, PSSI dikenakan denda administratif sebesar lebih dari Rp400 juta. Denda ini mencerminkan tingkat keseriusan FIFA dalam menindak setiap bentuk diskriminasi yang muncul di stadion.

"PSSI didenda hampir setengah miliar rupiah, atau sekitar Rp400 juta lebih," ucap Arya Sinulingga dalam keterangan persnya, Minggu (11/5/2025).

Hukuman kedua, Indonesia harus melaksanakan pertandingan kandang berikutnya dengan pembatasan jumlah penonton.

FIFA mewajibkan PSSI untuk mengosongkan sekitar 15 persen kapasitas stadion, khususnya di sektor belakang gawang bagian utara dan selatan.

Marselino Ferdinan saat memperkuat Timnas Indonesia di laga melawan Bahrain (the-afc.com)Marselino Ferdinan saat memperkuat Timnas Indonesia di laga melawan Bahrain (the-afc.com)

Langkah ini diambil sebagai bentuk penalti simbolis yang juga bertujuan untuk mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga sportivitas dan toleransi dalam sepak bola.

Pertandingan kandang terdekat Timnas Indonesia dijadwalkan pada 5 Juni mendatang melawan China di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), dalam rangkaian lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pembatasan penonton ini akan diberlakukan pada laga tersebut.

Meski demikian, FIFA masih memberikan ruang solusi atas pembatasan ini.

Sebanyak 15 persen dari kursi yang harusnya dikosongkan dapat tetap diisi, dengan ketentuan harus diberikan kepada komunitas yang bergerak di bidang anti-diskriminasi atau kelompok-kelompok khusus seperti keluarga pemain.

Selain itu, di area tersebut wajib dipasang spanduk atau pesan kampanye yang mengusung nilai-nilai antirasisme dan keberagaman.

PSSI juga diwajibkan mengirimkan rencana penempatan tempat duduk kepada FIFA paling lambat sepuluh hari sebelum pertandingan berlangsung.

Ini menjadi langkah preventif agar semua ketentuan dapat diterapkan sesuai dengan standar pengawasan yang ditetapkan oleh FIFA.

Sanksi ini menjadi pengingat keras bagi dunia sepak bola Indonesia bahwa semangat persatuan dan sportivitas harus dijaga tidak hanya oleh pemain di lapangan, tetapi juga oleh suporter di tribun.

Dalam atmosfer pertandingan yang penuh emosi, menjaga etika dan tidak membawa isu-isu diskriminatif ke stadion adalah tanggung jawab bersama.

Dalam konteks global, FIFA sangat menekankan kampanye anti-diskriminasi sebagai bagian dari reformasi tata kelola sepak bola.

Organisasi ini telah lama meluncurkan berbagai inisiatif seperti kampanye "Say No to Racism" dan "Football Unites the World" yang bertujuan memberantas rasisme dan intoleransi dari dunia sepak bola.

Kasus seperti ini juga menandakan bahwa FIFA semakin tegas dalam mengontrol perilaku suporter.

Negara-negara lain pun pernah menerima sanksi serupa, termasuk denda dan pertandingan tanpa penonton, yang bertujuan menumbuhkan budaya stadion yang sehat dan inklusif.

PSSI kini berada dalam posisi penting untuk tidak hanya menjalankan sanksi secara administratif, namun juga menjadikan momentum ini sebagai titik awal untuk membenahi edukasi suporter.

Pembinaan terhadap komunitas suporter, kampanye antirasisme di tingkat lokal, hingga kerja sama dengan organisasi masyarakat sipil bisa menjadi langkah konkret untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Indonesia, sebagai negara dengan basis penggemar sepak bola yang besar dan fanatik, memiliki potensi untuk menjadi contoh baik dalam menyuarakan semangat fair play dan keberagaman. Diperlukan sinergi antara federasi, klub, dan pendukung untuk menciptakan suasana sepak bola nasional yang lebih beradab, positif, dan inklusif.

Editor: Pebriansyah Ariefana

Tag:  #hukuman #fifa #indonesia #jelang #lawan #china

KOMENTAR