Mendalami Makna Perayaan Hari Raya Nyepi Dalam Budaya Bali
Pemuda umat Hindu saat menyelesaikan membuat ogoh-ogoh di Pura Dalem Purnajati, Cilincing, Jakarta, Senin (28/2/2022). Pembuatan ogoh-ogoh tersebut akan digunakan pada upacara Pengerupukan dalam rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi. Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com
16:33
10 Maret 2024

Mendalami Makna Perayaan Hari Raya Nyepi Dalam Budaya Bali

- Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi merupakan awal Tahun Pembaruan yang menandai kerukunan dan toleransi antarumat beragama.

Hari Raya Nyepi diperingati tepat pada saat manusia terhindar dari pertikaian dan peperangan dalam perayaan nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia.

Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud.

Sesuai dengan namanya Nyepi berasal dari kata sepi yang berarti senyap atau sunyi. Pada saat hari perayaan Nyepi umat Hindu akan melakukan Catur Brata atau tidak melakukan aktivitas apapun.

Semua kegiatan akan ditinggalkan, demi menjalankan budaya yang telah diwariskan turun temurun oleh nenek moyang.

Pemeluk agama Hindu terbesar berasal dari India, jadi sejarah Nyepi awalnya tercipta dari cerita kitab suci Weda pada saat awal abad Masehi. Pada saat itu, India tengah mengalami konflik sosial berkepanjangan dengan wilayah sekitarnya.

Pada saat itulah Raja Kaniska 1 yang memimpin suku Saka mencoba mendamaikan bangsa melalui peringatan hari raya Nyepi.

Meskipun merupakan selebrasi pergantian tahun, namun di Bali perayaan Tahun Baru Saka ialah bagian dari ritual dan praktik keagamaan.

Menariknya, sekalipun sistem kalender ini diadopsi dari India, namun adanya “Hari Hening” ala ritual Nyepi sebagai bentuk perayaan pergantian tahun, toh hanya dikenal di Indonesia. Hari Raya Nyepi tentu bukan monopoli Pulau Bali.

Dikutip dari indonesia.go.id bahwa hari raya nyepi dirayakan oleh seluruh masyarakat Indonesia yang memeluk Hindu.

Tapi, karena Bali kini satu-satunya pulau di Indonesia yang mayoritas penduduknya masih memeluk Hindu, maka, meskipun tak sepenuhnya benar namun juga tak sepenuhnya salah, ritual Nyepi lantas terkesan identik dengan budaya dan masyarakat Bali itu sendiri.

Dikutip dari badungkab.go.id memaparkan dalam perayaannya, Nyepi pun memiliki beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu sebelum tiba Hari Raya Nyepi. Terkait pelaksanaanya ada beberapa aturan bernama Catur Brata Penyepian yang harus ditaati.

Pertama adalah Amati Geni, yaitu tidak menyalakan api atau menunjukkan sifat-sifat amarah yang disimbolkan dengan tidak menyalakan lampu selama Nyepi.

Selanjutnya adalah Amati Lelanguan, di mana tak boleh melakukan kegiatan foya-foya atau bersenang-senang.

Terakhir adalah Amati Karya, di mana seorang Hindu tak boleh melakukan pekerjaan di perayaan tersebut.

Dari tiga aturan di atas, Hari Raya Nyepi selain untuk menyucikan alam, perayaan ini memang diperuntukkan untuk menyucikan diri seseorang dengan merenung dan berdoa.

Hari Raya Nyepi dapat diartikan sebagai hari penyucian diri manusia dan alam. Dengan kata lain, Nyepi bertujuan untuk membuang kotoran dan keburukan yang lalu agar siap menghadapi rintangan di tahun yang baru.

Saat nyepi, berbagai larangan beraktivitas diberlakukan. Dengan suasana yang hening, umat Hindu dapat melakukan perenungan dengan khidmat. Tahapan akhir Hari Raya Nyepi ini dapat dimaknai sebagai ajang pengakuan dan pengikhlasan. Keesokan setelah Nyepi adalah (Ngembak Geni).

Dikutip dari shb.sch.id memaparkan yang artinya, sebagai manusia hendaknya mengakui kesalahan dan meminta atau memberikan maaf kepada sesama. Perayaan Hari Raya Nyepi memberikan pemahaman akan pentingnya toleransi dalam kehidupan umat manusia.

Arti Hari Raya Nyepi lekat dengan kehidupan. Melakukan perenungan diri merupakan salah satu proses untuk memperoleh kesiapan hidup di tahun yang baru.

Pada saat Nyepi tidak boleh melakukan aktifitas seperti pada umumnya, seperti keluar rumah (kecuali sakit dan perlu berobat), menyalakan lampu, bekerja dan sebagainya.

Dan tujuannya adalah agar tercipta suasana sepi, sepi dari hiruk pikuknya kehidupan dan sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia untuk menyucikan Bhuwana Agung (alam semesta) dan Bhuwana Alit (manusia).

Sebelum hari raya Nyepi, dilaksanakan serangkaian upacara dan upakara yang bermaksud agar Penyucian Buana Alit dan Buana Agung berjalan dengan lancar. Rangkaian upacara tersebut berbeda-beda, tergantung dari Genius Local Wisdom dan urun rembug masing-masing daerah serta kebijaksanaan yang ditetapkan bersama.

Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana sepi yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan dan pada Hari Raya Nyepi, suasana di Bali sepanjang hari menjadi sunyi, senyap, dan pada malam harinya gelap gulita.

Beberapa hal yang harus dipatuhi saat Hari Raya Nyepi antara lain yang dikutip dari indonesia.travel:

● Amati geni, yaitu tidak menyalakan api atau lampu dan tidak boleh mengumbar/mengobarkan hawa nafsu.
● Amati karya, yaitu tidak melakukan kerja/kegiatan fisik, tidak bersetubuh, melainkan tekun melakukan penyucian rohani.
● Amati lelungan, yaitu tidak bepergian kemana-mana, melainkan senantiasa mawas diri di rumah serta melakukan pemusatan pikiran ke hadapan Tuhan.
● Amati lelanguan, yaitu tidak mengadakan hiburan/rekreasi atau bersenang-senang, termasuk tidak makan dan tidak minum.

Saat perayaan Nyepi manusia melakukan evaluasi diri dari kesalahan dan segala perbuatan yang telah dilakukan.

Memohon kepada Tuhan untuk menyucikan Bhuana Alit dan Buana Agung atau alam manusia dengan alam semesta.

Dengan begitu mereka berharap akan menjadi manusia yang lebih baik lagi dan saling menghargai antar sesama. Perayaan Nyepi di Indonesia berpusat di Pulau Bali, sebagai pemeluk agama Hindu terbesar di Nusantara.

Umat Hindu akan melakukan persiapan jauh-jauh hari menjelang peringatan hari raya Nyepi. Karena ada beberapa prosesi yang harus dijalankan sebelum hari besar itu tiba.

Prosesi yang harus dijalankan antara lain yang dikutip dari darmasaba.desa.id memaparkan :

1. Upacara Melasti

Prosesi yang pertama yaitu melakukan upacara Melasti, dilakukan dua hari sebelum hari raya Nyepi. Pada prosesi ini umat Hindu akan menuju samudra atau mata air suci untuk membersihkan diri guna membuang energi negatif dalam dirinya.

Selain itu mereka akan melakukan pemujaan dengan membawa makanan atau disebut dengan sesaji untuk para dewa yang menguasai alam.

2. Tawur Kesanga atau Mecaru

Satu hari jelang perayaan Nyepi umat Hindu akan melakukan Tawur Kesanga atau Mecaru. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk melenyapkan sifat manusia yang buruk.

3. Hari Raya Nyepi

Pada saat memasuki hari raya Nyepi, umat Hindu akan menghentikan segala aktifitas diluar rumah selama 24 jam. Dimulai pada pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi berikutnya.

Terdapat peraturan yang harus dijalani umat Hindu pada saat Nyepi jika tidak mematuhinya maka akan mendapat bala atau petaka, diantaranya yaitu: tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bepergian dan tidak berpesta atau bersenang-senang.

4. Ngembak Geni

Ngembak Geni menjadi prosesi terakhir dalam perayaan hari Nyepi yang dilakukan umat Hindu. Ngembak Geni dilakukan satu hari setelah hari raya Nyepi dengan mengunjungi sanak saudara dengan tujuan untuk mempererat rasa persaudaraan.

Hari Raya Nyepi benar-benar dirasakan sebagai detik-detik penting dan saat terbaik untuk merenungkan kembali hakikat sebagai manusia. Inilah yang menjadi tujuan umat Hindu merayakan Nyepi.

Umat Hindu diharapkan dapat menemukan makna hidup yang sebenarnya dan menemukan keseimbangan jiwa.

Nyepi juga di masa sekarang memberikan ibu kita yaitu bumi atau alam untuk beristirahat dari segala aktivitas manusia, beristirahat sejenak untuk memberikan kesempatan dirinya menyiapkan alam yg lebih baik setelahnya, udara yang bersih, langit yg menawan bebas dari polusi, bebas dari kebisingan akibat polah manusia.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #mendalami #makna #perayaan #hari #raya #nyepi #dalam #budaya #bali

KOMENTAR