Materi Khutbah Jumat Singkat: Kunci Meraih Kebahagiaan Hidup yang Hakiki
Khutbah Jumat merupakan salah satu rukun dalam melaksanakan sholat Jumat.
Meski begitu, ajaran Islam menganjurkan agar khutbah ini tidak disampaikan terlalu panjang agar jemaah tidak bosan.
Jika Jumat ini Anda menjadi khatib, sebaiknya siapkan teks khutbah Jumat singkat terbaru agar tetap relevan dengan kondisi terkini.
Seperti dirangkum Jawa Pos, dalam materi khutbah Jumat kali ini, telah disajikan materi yang mengangkat tema "Kunci Meraih Kebahagiaan Hidup yang Hakiki"
Dilansir dari Nu Online, Jumat (25/10), materi Khutbah Jumat ini ditulis oleh Ustadz M Tatam Wijaya.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِجَلَالِ مَلَكُوْتِهِ، وَتَوَحَّدَ بِجَمَالِ جَبَرُوْتِهِ وَتَعَزَّزَ بِعُلُوِّ أَحَدِيَّتِهِ، وَتَقَدَّسَ بِسُمُوِّ صَمَدِيَّتِهِ، وَتَكَبَّرَ فِي ذَاتِهِ عَنْ مُضَارَعَةِ كُلِّ نَظِيْرٍ، وَتَنَزَّهَ فِي صِفَائِهِ عَنْ كُلِّ تَنَاهٍ وَقُصُوْرٍ، لَهُ الصِّفَاتُ الْمُخْتَصَّةُ بِحَقِّهِ، وَالْآيَاتُ النَّاطِقَةُ بِأَنَّهُ غَيْرُ مُشَبَّهٍ بِخَلْقِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيْحِ الدُّجَى، وَعَلَى أَصْحَابِهِ مَفَاتِيْحِ الْهُدَى، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْبُدُوْهُ، فَإِنَّ اللهَ خَلَقَكُمْ، لِذَلِكَ قَالَ تَعَالَى: سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ شَهِيدٌ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mengawali ibadah shalat Jumat ini, mari bersama-sama kita memanjatkan puji serta syukur kita kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat kepada kita semua sehingga kita bisa hadir ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat jumat berjamaah.
Tak lupa, shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in hingga sampai saat ini yang mudah-mudahan kita diaku menjadi umatnya.
Selaku khatib, saya berwasiat khusus kepada diri sendiri, umumnya kepada jamaah Jumah sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Sebab, hanya bekal takwa kita bisa lebih memaksimalkan ketaatan kita kepada-Nya dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kebahagiaan kita selaku manusia tentu tak sekedar kebahagiaan dunia.
Tetapi juga jauh dari itu, kita harus mengejar kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat, yakni meraih kedekatan dengan Penciptanya di dalam negeri keridhaan-Nya. Namun, perlu diingat kita tidak akan meraih kebahagiaan hakiki itu hingga kita makrifat atau mengenal siapa sesungguhnya Tuhan kita melaui tanda-tanda kebesaran-Nya.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Fushilat ayat 53:
سَنُرِيهِمۡ ءَايَٰتِنَا فِي ٱلۡأٓفَاقِ وَفِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ أَوَلَمۡ يَكۡفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ
Artinya, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di seluruh penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tadak cukupkah bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Surat Fushilat ayat 53).
Ini artinya, kunci mengenal Allah adalah mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, baik yang ada di jagat raya maupun yang ada pada diri kita itu sendiri.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Dalam kitab Al-Jami' li Ahkamil Quran, juz II, halaman 289, Imam Al-Qurthubi menjelaskan melalui ayat di atas, Allah hendak memperlihatkan tanda-tanda keesaan dan kekuasaan-Nya, baik yang tampak kasat mata di seantero cakrawala, maupun yang ada pada diri kita manusia.
Yang ada di seantero cakrawala antara lain langit, bumi, matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam, angin, hujan, petir, kilat, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Sementara kekuasaan Allah yang ada dalam diri kita sendiri antara lain adalah aneka sistem tubuh yang sangat kompleks, seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem reproduksi, sistem imunitas, sistem penciuman, dan sebagainya.
Semua ciptaan di atas dan juga semua sistem yang ada pada tubuh manusia dengan jelas menunjukkan kehebatan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal.
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Surat Ali Imran ayat 190).
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirul Quranil Karim, jilid II, halaman 184, Allah tak henti-hentinya mengajak kita selaku manusia untuk menggunakan akal cerdas dan sempurnanya untuk merenungi serta mengenali hakikat yang ada di belakangnya, yaitu kehebatan dan kebesaran Dzat yang menciptakanya.
Setelah mengenal Allah, manusia yang berakal kemudian kian mendalam keimanannya, kian menyadari kelemahan tanpa ada daya serta kekuatan yang diberikan Allah kepada dirinya. Dari kesadaran itu pula manusia kian takut kepada Allah, semakin pasrah kepada-Nya, dan semakin taat kepada-Nya.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mungkin itu pula yang dimaksud dengan pepatah masyhur yang menyebutkan:
مَنْ عَرَفَ َنَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Artinya, “Siapa saja yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.”
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Makanya, bagi kita selaku muslim, wajib sampai pada hakikat ini, agar kita tak kehilangan arah dan tujuan hidup, agar kita bisa menentukan dari mana diri kita berasal, dari apa kita tercipta, sedang di mana kita berada, mau apa kita di dunia? Apakah ingin bahagia atau ingin celaka? Jika ingin bahagia, kapan dan di mana? Kebahagiaan seperti apa yang kita dambakan? Dan bagaimana cara meraihnya?
Jawabannya, kita berasal dari Allah, tercipta dari tanah, sekarang kita sedang berada di dunia, diciptakan untuk beribadah kepada Allah, saat ajal datang kita akan mati dan kembali kepada Allah, orientasi ibadah untuk meraih rida-Nya serta kebahagiaan, tidak hanya kebahagiaan dunia, tetapi juga kebahagiaan hakiki nan abadi di akhirat, diraih dengan cara menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, melalui taat pada perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Jika kita sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, setidaknya kita sudah mampu menyelesaikan satu masalah, yaitu menentukan haluan dan orientasi hidup kita yang hakiki.
Namun ingat, dalam perjalannnya, kita juga harus sadar bahwa halangan dan rintangan akan selalu ada. Mulai rintangan dunia, makhluk, nafsu, hingga setan, akan selalu ada.
Belum lagi rintangan potensi buruk yang ada dalam diri kita, seperti yang diungkap Allah dalam Al-Quran:
فَأَلْهَمَها فُجُورَها وَتَقْواها Artinya, "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya". (Surat As-Syams ayat 8).
Artinya, selain memiliki tujuan baik, potensi baik, serta sifat-sifat terpuji, kita juga memiliki potensi buruk, sifat-sifat kehewanan, serta sifat-sifat tercela, yang harus kita singkirkan dan kita kalahkan agar tidak menghalangi perjalanan mulia kita menghadap Allah SWT.
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Walhasil, demi meraih tujuan hakiki, kita harus mampu menyingkirkan sifat-sifat kebinatangan, sifat-sifat kesetanan, serta berbagai rintangan dunia, makhluk, nafsu dan setan. Di saat yang sama, kita kembangkan potensi-potensi baik, sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat kemalaikatan.
Tinggalkan kebahagiaan hewani dan kejar kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan hewani terletak pada makan, minum, tidur, dan kawin. Sementara kebahagiaan hakiki terletak pada menyaksikan keindahan hadirat Allah. Ikutilah tujuan para malaikat.
Berusahalah mengetahui jati diri agar bisa mengenal Allah dan berhasil menggapai kebahagiaan yang hakiki nan abadi di akhirat.
Sebab, kebahagiaan yang hakiki berada di sisi Dzat Yang Abadi, menyaksikan keagungan dan keindahan-Nya tanpa penghalang apa pun. Pada saat yang sama, kita harus berusaha mengenali sifat-sifat yang dominan pada diri kita, membebaskan diri dari sifat-sifat hewani, dan menjauhkan diri dari tipu daya nafsu dan amarah, serta mendekatkan diri dengan sifat-sifat ketuhanan.
Namun, hal ini jangan dipahami bahwa kita tidak boleh makan, minum, tidur, dan kawin dengan pasangan, melainkan menjadikan nafsu sebagai tahanan kita, bukan kita yang menjadi tawanannya.
Sebab, Allah menciptakan nafsu untuk melestarikan kehidupan kita, bukan untuk menghancurkan kehidupan kita. Maka jadikanlah nafsu di belakang kita, bukan di depan kita. Jadikan nafsu sebagai kendaraan kita mencapai tujuan, bukan untuk menggagalkan tujuan.
Setibanya di tujuan, letakkanlah kembali nafsu pada tempatnya, yakni di bawah kendali makrifat, hati, dan akal sehat kita. Fokus pada tempat dan sumber kebahagiaan, yakni Allah swt.
Sebab, itulah tempat kebahagiaan hakiki dan abadi. Siapapun yang menginginkan kebahagiaan itu haruslah mengetahui hakikat dirinya dan makrifat kepada tuhannya.
Demikian penjelasan tentang kunci makrifat kepada Allah dan kebahagiaan hakiki sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Kimiya-us Sa‘adah, halaman 124).
Muda-mudahan, kita tetap istiqamah dalam menempuh perjalanan kita dan diberi kekuatan untuk menyingkirkan halangan dan rintangan di dalamnya, serta sukses meraih kebahagiaan yang hakiki. Amin ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَنَا وَاخْلُفْ عَلَيْنَا كُلَّ غَائِبَةٍ لَنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
***
Tag: #materi #khutbah #jumat #singkat #kunci #meraih #kebahagiaan #hidup #yang #hakiki