Perjalanan Karir Asisten Pelatih Timnas Indonesia Gerald Vanenburg: Dari Ajax, Jubilo Iwata, hingga Jadi Mitra Johan Cruyff dan Ronald Koeman
Gerald Vanenburg menjadi nama selanjutnya yang diperkenalkan PSSI untuk bergabung dalam jajaran pelatih Timnas Indonesia. Ia akan mengambil dua peran sekaligus, yaitu sebagai pelatih nasional tim U-23 dan asisten pelatih Patrick Kluivert di tim utama Indonesia.
Sebelumnya, PSSI telah menunjuk Alex Pastoor dan Denny Landzaat untuk menemani Kluivert sebagai asisten pelatih. Kini, Vanenburg telah ditambahkan ke dalam staf teknis pelatih tim nasional utama Kluivert.
Mantan pemain PSV itu juga akan bertanggung jawab sebagai pelatih kepala tim U-23, serta terlibat dengan timnas U-20 dan U-17 untuk menjaga kesinambungan antar kelompok usia.
Patrick Kluivert, sebagai pelatih kepala timnas Indonesia, memberikan reaksi positif terhadap pengumuman Gerald Vanenburg ke dalam stafnya. Ia merasa sangat senang dengan penunjukan Vanenburg sebagai pelatih Indonesia.
“Pengalamannya yang luas, baik sebagai pemain maupun pelatih, akan melengkapi staf teknis dan berkontribusi untuk membawa sepak bola Indonesia ke tingkat berikutnya. Bekerja dengan seseorang seperti Gerald sangat penting untuk mencapai visi bersama,” ujar Kluivert.
Bersama tim U-23, Vanenburg memiliki target untuk mengantarkan tim lolos ke Olimpiade 2028 di Los Angeles. Ia juga harus membantu Patrick Kluivert menanamkan gaya bermain yang sesuai ke dalam timnas kelompok umur.
Perjalanan Karir Gerald Vanenburg
Gerald Mervin Vanenburg lahir pada 5 Maret 1964 di kota Utrecht, Belanda. Karir sepak bolanya diawali dari akademi lokal Elinkwijk di kota Utrecht. Akademi tersebut juga pernah menjadi tempat pemain legendaris Belanda, Marco Van Basten, menimba ilmu.
Ketika menginjak usia 14 tahun, Vanenburg kemudian bergabung dengan akademi Ajax. Selama masa menimba ilmu bermain sepak bola, ia banyak menghabiskan waktu di kota Amsterdam.
Pada tim Ajax U-19, Vanenburg menjadi rekan tim dengan salah satu legenda Belanda, Frank Rijkaard. Pada musim 1980/1981, ia mendapatkan kesempatan untuk debut dengan tim utama Ajax, meski masih berusia 16 tahun.
Musim itu, ia bermain sebanyak 11 kali untuk Ajax dan berhasil mencetak tiga gol dan satu assist. Sejak saat itu, ia bersama Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Sonny Silooy menjadi pemain penting bagi tim asal kota Amsterdam tersebut.
Vanenburg menjadi salah satu orang yang beruntung bisa terlibat langsung dengan seorang Johan Cruyff, baik sebagai pemain maupun pelatih. Bersama Ajax, ia memenangkan tiga gelar Eredivisie dan dua piala domestik Belanda.
Setelah beberapa tahun berada di Ajax, akhirnya pada tahun 1986, Vanenburg memutuskan untuk pindah ke tim Eredivisie lainnya, yaitu PSV Eindhoven. Bergabung dengan PSV, ia bereuni dengan Ronald Koeman yang sebelumnya pernah satu tim saat di Ajax.
Selain itu, Vanenburg juga menjadi rekan satu tim Ruud Gullit dan legenda Brazil, Romario. Selama membela PSV, Vanenburg memenangkan banyak gelar dan mengantarkan tim tersebut mendominasi liga Belanda.
Dalam 7 tahun masa baktinya bersama PSV, ia mempersembahkan lima gelar Eredivisie, tiga piala domestik, dan dua piala super Belanda. Nama Vanenburg juga termasuk dalam skuad emas PSV yang meraih trofi European Champions Clubs pada musim 1987/1988.
Puncak karirnya adalah ketika Vanenburg mengantarkan Belanda, yang dilatih oleh sang originator total football, Rinus Michels, menjadi juara Eropa pada tahun 1988. Ia menjadi salah satu dari sebelas pemain utama yang berada di posisi winger bersama legenda seperti Marco van Basten, Ronald Koeman, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit.
Setelah memenangkan beberapa trofi penting, pada tahun 1993, Vanenburg memilih mencari tantangan baru di luar negeri. Tujuan berikutnya adalah Jepang, di mana ia bergabung dengan Jubilo Iwata. Selama berada di negeri Samurai, ia tampil dalam 109 pertandingan dan mencetak 20 gol, meski tidak mampu membawa gelar juara.
Setelah tiga musim bersama Jubilo Iwata, ia memutuskan untuk pulang kampung ke Utrecht. Namun, karirnya di sana tidak berjalan sesuai rencana. Vanenburg hanya bermain sebanyak sembilan kali dengan catatan dua gol.
Memasuki masa-masa akhir karir sepak bolanya, Vanenburg mencoba liga Eropa lainnya. Pada musim 97/98, ia memperkuat Cannes sebanyak 28 pertandingan dan mencetak enam gol. Kemudian, pada tahun 1998-2000, Vanenburg memperkuat tim asal Jerman, TSV 1860 Munich, dengan 46 kali penampilan dan dua gol.
Selama karir sepak bolanya, Vanenburg mencatatkan 660 pertandingan, torehan 168 gol, dan 146 assist. Ia merupakan pemain yang bisa bermain di banyak posisi, tetapi posisi favoritnya adalah winger kanan, di mana ia menjadi sosok yang mengancam bagi tim lawan.
Kini, Gerald Vanenburg telah diresmikan untuk menjadi asisten pelatih timnas Indonesia dan pelatih untuk timnas kelompok umur U-23. Dengan segala pengalaman sepak bolanya, menarik untuk dinantikan kiprahnya bersama Indonesia.
Tag: #perjalanan #karir #asisten #pelatih #timnas #indonesia #gerald #vanenburg #dari #ajax #jubilo #iwata #hingga #jadi #mitra #johan #cruyff #ronald #koeman