Bos Sawit di Lampung Tewas Dikejar Maling di Lahan Sendiri, Keluarga Lapor Polisi
Kuasa hukum keluarga, Ivin Aidyan Firnandez saat ditemui di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (20/1/2025). (Shela Octavia)
15:56
21 Januari 2025

Bos Sawit di Lampung Tewas Dikejar Maling di Lahan Sendiri, Keluarga Lapor Polisi

- Keluarga pemilik lahan sawit di Lampung, Sumatera Selatan, melaporkan kasus kematian salah satu anggota keluarga mereka berinisial N, ke Bareskrim Polri.

N meninggal dunia setelah dikejar oleh massa bersenjata api di lahan sawit milik mereka sendiri.

“Kami ke sini mau melaporkan soal dugaan tindak pidana kepemilikan senjata api yang menghilangkan nyawa secara permanen,” ujar kuasa hukum keluarga, Ivin Aidyan Firnandez, saat ditemui di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, pada Senin (20/1/2025).

Ivin mengungkapkan, N meninggal dunia akibat kelelahan setelah melarikan diri dari kejaran para penyerang.

Kejadian tersebut terjadi pada 12 Januari 2025, sekitar pukul 15.00 WIB, saat kurang lebih 30-40 orang menyerang lahan sawit milik N di Desa Sungai Tepuk, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

Massa tersebut terlihat membawa senjata api laras panjang dan sempat melepaskan tembakan ke arah N dan para pekerja di lahan sawit tersebut.

“Pada saat massa datang ke lokasi, mereka langsung teriak bunuh-bunuh,” ungkap Ivin.

Karena panik, N melarikan diri ke dalam hutan. Setelah berlari sejauh kurang lebih dua kilometer dan menyeberangi dua kanal, N akhirnya meninggal dunia akibat kelelahan.

“Karena ketakutan, almarhum ini berlari. Kemudian setelah berlari, dia kejar. Mungkin ada 1-2 kilo setelah berlari, menyeberang kanal 2 kali, akhirnya almarhum ini meninggal karena kelelahan,” ujar Ivin.

Pihak keluarga meyakini bahwa massa yang mengejar N merupakan pencuri sawit yang sudah sering beraksi di sekitar Desa Sungai Tepuk.

“Waduh, luar biasa kalau kejahatan ninja sawit ini. Ribuan hektar yang mereka ambil, baik milik perorangan maupun milik perusahaan,” ujar dia.

Massa diduga melakukan penyerangan karena tidak terima pemilik lahan memanen sawit di lahan milik mereka sendiri, sehingga tidak ada lagi sawit yang dapat mereka curi.

Kejanggalan kasus

Sebelumnya, pihak keluarga telah melaporkan kejadian ini ke polisi setempat, namun memilih untuk melapor ke Bareskrim Polri karena merasa tidak nyaman dengan kepolisian di daerah.

“Di sana kami tidak nyaman. Karena banyak sekali oknum-oknum aparat yang diduga terlibat dalam kegiatan mafia sawit ini. Mafia ninja sawit ini,” tutur Ivin.

Dia menambahkan bahwa polisi setempat menyatakan bahwa perbuatan orang-orang yang mengejar N bukan merupakan bidang pidana.

Ivin juga menyoroti kejanggalan dalam keterangan polisi terkait barang bukti di tempat kejadian perkara (TKP). Saat pihak keluarga menjemput jenazah N, tidak ditemukan barang bukti apapun.

“Tapi tiga hari kemudian, kepolisian dari polsek mengatakan, mereka menemukan klotok (perahu), dodos, buah sawit dan sebagainya di TKP,” ujar Ivin.

Keluarga meyakini bahwa jalur pelarian N tidak terdapat klotok seperti yang disebutkan oleh polisi.

“Saya sampai ke sini karena saya memperjuangkan keadilan untuk adik saya,” ujar kakak kandung korban, Halina.

Dia menegaskan bahwa adiknya tidak mungkin meninggal tanpa adanya pengejaran.

“Masa adik saya meninggal di lahan dia sendiri, dibilang, adik saya meninggal sendiri tanpa dikejar. Padahal, sudah ada saksi dan bukti adik saya dikejar-kejar akan dibunuh pakai senjata api,” tegas Halina.

Penyidik di Bareskrim Polri telah menerima laporan ini pada Senin (20/1/2025) dengan nomor LP/B/34/I/2025/SPKT/Bareskrim Polri.

Dalam laporan tersebut, pihak keluarga melaporkan adanya dugaan tindakan penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan kepemilikan senjata api tanpa hak sesuai dengan Pasal 170 KUHP dan/atau Pasal 351 ayat 3 KUHP serta Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.

Editor: Shela Octavia

Tag:  #sawit #lampung #tewas #dikejar #maling #lahan #sendiri #keluarga #lapor #polisi

KOMENTAR