Usman Hamid Berharap Repatriasi Mary Jane Jadi Momentum Pentingnya Penghapusan Hukuman Mati
Usman Hamid mengatakan keputusan tersebut harus menjadi batu loncatan untuk tindakan lebih lanjut dalam memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia bagi semua warga di Indonesia.
"Pemindahan Mary Jane Veloso ke Filipina, negara yang telah lama menghapus hukuman mati, memastikan bahwa dia tidak akan menghadapi eksekusi," kata Usman Hamid dalam keterangannya, Jumat (20/12/2024).
Repatriasi tersebut kata Usman Hamid harus menjadi titik balik, tidak hanya bagi Veloso tetapi juga bagi sikap Indonesia secara keseluruhan terhadap hukuman mati.
"Kami percaya bahwa hukuman mati merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang mendasar, terutama hak untuk hidup dan hak untuk bebas dari perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat. Penggunaan hukuman mati untuk pelanggaran terkait narkoba juga melanggar hukum dan standar internasional," terangnya.
Memulangkan Veloso ke Filipina, dinilainya merupakan langkah baik, tetapi Indonesia seharusnya bisa melangkah lebih jauh dengan mencabut statusnya terlebih dahulu sebagai terpidana mati.
"Keputusan ini tidak hanya mencerminkan nilai kemanusiaan, tetapi juga membawa Indonesia selangkah lebih dekat ke arah reformasi hukum yang sejalan dengan tren global penghapusan hukuman mati," kata Usman Hamid.
"Walau Indonesia kini telah memulangkan Veloso, kami mendesak pemerintah untuk mengikuti tren global dengan menetapkan moratorium resmi atas semua eksekusi dan mengubah hukuman semua terpidana mati sebagai langkah awal yang esensial menuju penghapusan penuh hukuman yang kejam ini," tandasnya.
Diketahui warga negara Filipina Mary Jane Veloso, telah menghabiskan hampir 15 tahun sebagai terpidana hukuman mati di Indonesia.
Mary Jane tiba di Manila pada Rabu (18/12/2024) berdasarkan kesepakatan repatriasi antara kedua negara yang dirundingkan selama lebih dari satu dekade.
Saat ini, dia ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita di Manila berdasarkan perjanjian pemindahan tahanan antara Filipina dan Indonesia.
Mary Jane Veloso sebelum kepulangannya ke Filipina tampak berlinang air mata saat menceritakan perjalanan hidupnya sepanjang mendekam di penjara.
Mary Jane Veloso (bawah C) memeluk kedua anaknya saat bertemu dengan anggota keluarganya setelah tiba di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan di manila pada 18 Desember 2024. (Photo by TED ALJIBE / AFP) (AFP/TED ALJIBE)Mary tampak menangis saat menyampaikan ucapan terima kasih terhadap Presiden RI Prabowo Subianto, Menko Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, yang telah menyerahkan kasusnya ke Pemerintah Filipina.
"Saya mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Akhirnya doa-doa Mary sudah dijawab hari ini, di mana nanti saya akan kembali ke negara saya," kata Mary Jane, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (17/12/2024).
Mary Jane menuturkan, selama hampir 15 tahun dirinya berpisah dengan keluarganya di Filipina.
Masa penahanan yang cukup lama itu, kata Mary, hingga membuat dia fasih berbahasa Indonesia dan Jawa.
Oleh karena itu, ia juga mengaku sedih karena harus meninggalkan Indonesia. Mary menyebut, Indonesia sudah menjadi rumah keduanya.
"Saya mohon untuk semua, doain Mary ya. Supaya Mary mendapatkan yang terbaik. Pokok e aku kuat (pokonya harus kuat). Harus," tutur Mary.
Mengekspresikan rasa cintanya kepada Indonesia, Mary Jane sempat menyanyikan bait terakhir lagu Kebangsaan 'Indonesia Raya'.
Ia kemudian menutup kesempatan berbicaranya tersebut dengan menyampaikan kalimat "Cinta Indonesia," sambil mengangkat kedua tangannya dan membentuk gesture hati.
"Aku mengucapkan terima kasih untuk Indonesia, dan pasti aku cinta Indonesia," ungkap Mary Jane.
Tag: #usman #hamid #berharap #repatriasi #mary #jane #jadi #momentum #pentingnya #penghapusan #hukuman #mati