Analisis Percakapan di Media Sosial, 57 Persen Netizen Nilai Program Makan Siang Gratis Belum Tepat Sasaran
CEO NoLimit Indonesia Aqsath Rasyid Naradhipa (kanan) menyampaikan paparan analisa percakapan stunting di medsos, Jumat (6/12). (Hilmi/Jawa Pos)
09:32
7 Desember 2024

Analisis Percakapan di Media Sosial, 57 Persen Netizen Nilai Program Makan Siang Gratis Belum Tepat Sasaran

- Tema stunting menjadi salah satu isu yang ramai diperbincangkan netizen di media sosial (medsos). Percakapan mengenai stunting di antaranya berujung para program makan siang gratis Presiden Prabowo. Sayangnya sebagian besar isi percakapan netizen menilai program tersebut belum tepat sasaran.

Data tersebut disampaikan oleh CEO NoLimit Indonesia Aqsath Rasyid Naradhipa. Dia mengatakan melakukan analisis percakapan di medsos dalam rentang 1 Agustus - 25 November 2024. "Total percakapan yang kami analisis adalah 23.135 pembicaraan di media sosial dan 12.165 pemberitaan di media online," katanya di Jakarta pada Jumat (6/12).

Dia mengatakan sebetulnya perhatian masyarakat terkait isu stunting sudah cukup besar. Yaitu mencapai 68 persen dari semua percakapan dan pemberitaan yang dianalisis. Kondisi ini memperlihatkan pengetahuan masyarakat yang paham bahwa dampak stunting yang paling mendominasi adalah mengganggu tumbuh kembang anak.

Apabila dilihat dari waktu penarikan data, perbincangan terkait stunting meningkat 3 kali lipat di bulan Oktober 2024. "Peningkatan perbincangan ini juga bertepatan dengan pelantikan pemerintahan baru. Ini menunjukan adanya harapan baru terkait stunting dengan program-program yang akan dijalankan pemerintahan baru," tambah Aqsath.

Sebanyak 50 persen persepsi masyarakat terkait upaya pemerintah dalam penanganan stunting adalah terkait makan gratis untuk anak sekolah. Sedangkan 63 persen peran masyarakat dipersepsikan adalah untuk mengedukasi. Menurutnya data itu menjadi penting, bahwa pemerintah memiliki peran melalui programnya. Kemudian masyarakat memiliki peran untuk mengedukasi terkait stunting di media sosial.

Namun, masih ada kritik terkait kebijakan yang dianggap belum tepat sasaran. "Terdapat 57 persen dari seluruh percakapan kontra menilai program makan siang gratis di sekolah-sekolah ini belum tepat sasaran," katanya. Kemudian juga dinilai belum menjangkau kelompok yang benar-benar membutuhkan.

Aqsath belum membedah lebih dalam mengenai penilaian netizen bahwa program makan siang gratis itu belum tepat sasaran. Apakah sekadar cuitan dan tanggapan semata. Atau benar-benar menemukan fakta di lapangan, bahwa program tersebut memang belum tepat sasaran.

Hasil analisis lainnya dari NoLimit Indonesia juga mengungkapkan bahwa 47 persen netizen menganggap bahwa solusi yang lebih efektif dalam penanganan stunting adalah dengan meningkatkan jumlah tenaga medis. Khususnya dokter di daerah-daerah terpencil.

Lalu 22 persen lainnya juga menilai pentingnya perbaikan birokrasi. Agar masyarakat miskin dan terpencil bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih mudah diakses dan fasilitas yang nyaman.

"Harapannya dengan temuan ini, pemerintah bisa lebih mendengar masukan-masukan dari masyarakat, khususnya melalui media sosial," katanya.

Kemudian masyarakat juga bisa menggunakan media sosial dengan bijak untuk berkomunikasi dengan pemerintah. Sehingga komunikasi ini bisa berjalan lebih baik dan penanganan isu stunting bisa lebih tepat sasaran.

Editor: Edy Pramana

Tag:  #analisis #percakapan #media #sosial #persen #netizen #nilai #program #makan #siang #gratis #belum #tepat #sasaran

KOMENTAR