Ada Potensi Keamanan Siber Jika Konsumen Mesti Pindah App Tiktok-Tokopedia
Ilustrasi serangan siber (IST). Praktisi teknologi informasi dan komunikasi, Tony Seno Hartono, menilai pemisahan sistem secara backend ini lebih aman. Backend merupakan bagian dari situs web yang tidak dilihat oleh pelanggan. Menurut dia, pemisahaan secara aplikasi atau situs justru berpotensi merusak keamanan siber dari sistem tersebut, dan akan mengurangi kenyamanan pengguna. 
09:55
18 Maret 2024

Ada Potensi Keamanan Siber Jika Konsumen Mesti Pindah App Tiktok-Tokopedia

- Sejumlah pengamat teknologi informasi (IT) memandang pemisahan sistem elektronik TikTok Shop ke Tokopedia yang dilakukan secara belakang layar (backend) lazim berlaku di dunia teknologi dan sesuai dengan ketentuan regulasi Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Saat ini Kemendag memberikan waktu masa transisi 4 bulan bagi TikTok dan Tokopedia hingga April mendatang untuk melakukan migrasi sistem elektronik sehingga nantinya semua transaksi pembayaran akan dilakukan melalui sistem elektronik Tokopedia, bukan lagi TikTok.

Praktisi teknologi informasi dan komunikasi, Tony Seno Hartono, menilai pemisahan sistem secara backend ini lebih aman. Backend merupakan bagian dari situs web yang tidak dilihat oleh pelanggan.

Menurut dia, pemisahaan secara aplikasi atau situs justru berpotensi merusak keamanan siber dari sistem tersebut, dan akan mengurangi kenyamanan pengguna.

“Hal ini tidak harus berarti pengguna harus berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain karena bisa mengurangi kenyamanan pengguna dan berpotensi merusak keamanan siber dari sistem itu," kata Tony Seno Hartono, dikutip Senin (18/3/2024).

Adjunct researcher di Centre for Digital Society, UGM ini juga mengatakan dalam satu aplikasi bisa terdapat beberapa sistem elektronik yang bekerja bersamaan. Ini termasuk sistem yang datang dari satu atau beberapa perusahaan berbeda. 

“Contoh nyata dari praktik ini adalah aplikasi seperti Traveloka, di mana konsumen bisa menemukan beragam sistem elektronik untuk berbagai keperluan, seperti pemesanan tiket pesawat yang terhubung ke sistem manajemen penerbangan dari berbagai maskapai berbeda, dan reservasi hotel yang terhubung ke sistem manajemen hotel dari hotel atau jaringan hotel yang berbeda,” kata Tony.

Contoh lainnya, katanya, yakni pembelian tiket kereta yang terhubung ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, sistem pembayaran yang terhubung ke bank dan e-wallet, dan masih banyak lagi.

Tony yang juga menjadi konsultan senior di beberapa organisasi global ini menilai dari sisi di balik layar, sistem elektronik promosi barang yang terjadi di TikTok sebagai etalase dan penyelesaian transaksi pembayaran yang terjadi di Tokopedia sebagai platform e-commerce dapat dilakukan terpisah untuk memenuhi ketentuan regulasi.

Dalam kesempatan terpisah, pakar IT dan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, menilai pemisahan sistem elektronik TikTok Shop ke Tokopedia secara backend itu justru lebih aman dari sisi keamanan siber ketimbang pemisahan aplikasi.

“Kita mengenal apa yang disebut API [Application Programming Interface] yang ini jauh lebih aman dari sisi data pengguna ketimbang pindah aplikasi, jadi pemisahan sistem di back-end sah-sah saja dan lazim terjadi di teknologi informasi,” kata Heru di Jakarta.

Pendapat Heru ini juga selaras dengan pakar IT lainnya yakni Alfons Tanujaya yang mengatakan dari sisi keamanan, metode yang digunakan dalam komunikasi antar server TikTok dan Tokopedia harus seamless atau semulus mungkin, dan jangan terlalu banyak berpindah situs. 

"Jump app sangat berisiko sehingga mudah disusupi Man in The Middle (MITM) attack. Kalau API (Application Programming Interface) lebih aman karena kedua server saling berhubungan langsung tanpa perantara dan jauh lebih sulit dieksploitasi dibandingkan jump app,” kata Alfons, pakar keamanan siber dan forensik digital, dalam keterangannya, Rabu (13/12/2023).

Di sisi lain, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan migrasi sistem elektronik TikTok-Tokopedia ini dibagi dalam tiga kelompok. Pertama adalah pembayaran. Pada kategori ini, Isy mengatakan prosesnya sudah berjalan 60 persen. Kedua, user dan data. “Ketiga, merchant operational, itu meliputi tampilan-tampilan di front end-nya," kata Isy di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu (14/3/2024).

Dari ketiga kelompok itu, merchant operational sudah hampir 100 persen selesai. Sementara itu, kelompok data dan pembayaran masing-masing prosesnya tersisa 6 persen lagi.

Isy kemudian menyinggung soal pihak yang kerap salah paham bahwa TikTok Shop sebagai social commerce masih memfasilitasi transaksi di aplikasi media sosialnya.

Menurut Isy, sudah tidak ada transaksi lagi di TikTok Shop karena dari backend-nya sudah hampir semua ada di Tokopedia. "Di backend sudah beda. TikTok Shop enggak ada transaksi. Transaksi di Tokopedia. Di back end sudah semua," ujar Isy.

"Di back end itu tersisa mengenai link untuk invoice. Jadi, invoice itu masih tersisa belum selesai. Ada beberapa belum selesai. Sisa berapa persen itu. Secara global, transaksi itu tidak lagi di TikTok Shop, tapi di Tokopedia," lanjutnya.

Editor: Vincentius Haru Pamungkas

Tag:  #potensi #keamanan #siber #jika #konsumen #mesti #pindah #tiktok #tokopedia

KOMENTAR