Dandhy Laksono di Balik Film Dirty Vote, Tak Kapok Setelah Geger Sexy Killers di 2019
Tangkapan Layar bertuliskan Dirty Vote yang diambil dari trailer Film Dokumenter Dirty Vote
19:32
12 Februari 2024

Dandhy Laksono di Balik Film Dirty Vote, Tak Kapok Setelah Geger Sexy Killers di 2019

Nama jurnalis senior Dandhy Laksono, kini tengah ramai diperbincangkan publik, setelah film dokumenter Dirty Vote berjudul ‘Sebuah Desain Kecurangan Pemilu 2024’ rilis di YouTube pada Minggu (12/2) kemarin.

Meski tidak tampil dalam film berdurasi 2 jam itu, namun nama Dandhy Laksono muncul sebagai sutradara, yang mengawal tiga Pakar Hukum Tata Negara tanah air membongkar masalah kecurangan pemilu 2024.

Adapun ketiga Pakar Hukum Tata Negara tersebut ialah Zainal Arifin Mochtar, Feri Amsari dan Bivitri Susanti. Sosok Dandhy Laksono sendiri, sejatinya sudah cukup familiar di kancah jurnalisme tanah air.

Siapa Dandhy Laksono?

Dandhy Laksono adalah wartawan senior yang karya jurnalistiknya kebanyakan berbasis investigasi. Ia kerap mengangat isu-isu yang tidak banyak orang ketahui, seperti keberpihakan terhadap orang-orang kecil, termarginalkan, hingga fakta tentang lingkungan.

Dandhy diketahui pernah memimpin tim redaksi di RCTI, Pemimpin Redaksi website dan majalah Acehkita.com, Produser di SCTV, menjadi pelatih jurnalisme audio visual di berbagai tempat, dan banyak rekam jejak lainnya.

Selain sebagai wartawan, pria kelahiran Lumajang, 29 Juni 1976 ini, juga dikenal sebagai pendiri rumah produksi dokumenter audio visual bernama Watchdoc, yang didirikannya bersama Andhy Panca Kurniawan pada 2009.

Watchdoc sendiri juga menjadi rumah produksi yang sesuai dengan ciri khas Dandhy Laksono, yakni membuat film dokumenter bertema sosial dan lingkungan, serta mengangkat isu-isu tak biasa.

Menurut situs resmi watchdoc.co.id, rumah produksi ini sudah memproduksi  lebih dari 400 episode dokumenter, lebih dari 1000 feature televisi, dan sedikitnya 100 video & karya komersial.

Dari sekian banyak produk Watchdoc, salah satu yang cukup populer dan menarik animo masyarakat adalah Sexy Killers yang rilis pada 2019. Bahkan sempat membuat Dandhy Laksono tertangkap.

 

Sexy Killers (2019)

Sebelum euforia menghebohkan soal Dirty Vote, Wacthdoc sudah pernah membuat geger publik dengan rilisnya film dokumenter berjudul Sexy Killers pada 2019.

Sexy Killers yang berdurasi 1,5 jam itu, menampilkan investigasi Dandhy dan tim tentang proses proses penambangan batu bara di Kalimantan hingga dibakar di PLTU, untuk menjadi listrik yang menyebabkan dampak lingkungan dan kesehatan.

Film tersebut detail menceritakan bagaimana industri batu bara berdampak pada warga, terutama nelayan dan petani. Parahnya, perputaran pengolahan tambang ini ternyata menjadi ladang bisnis bagi sejumlah pejabat publik yang kala itu tampil dalam pilpres 2019.

Menariknya, Sexy Killers dirilis pada 14 April 2019 atau 3 hari sebelum pemungutan suara Pilpres, yang kala itu diikuti oleh pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Film yang rilis di masa tenang pemilu itu, sontak membludak jumlah penontonnya. Dilansir dari Pojok Satu (Jawa Pos Group), Senin (12/2), pada dua pekan pertama pasca rilis, Sexy Killers telah diputar lebih dari 50 lokasi di Indonesia.

Bahkan, usai diunggah secara utuh di YouTube, Sexy Killers sudah ditonton sebanyak 17 juta kali.

Lantaran euforia terhadap film yang menyentil para penguasa tambang ini terlalu besar, Sexy Killers sempat dilarang diputar karena dianggap mempromosikan golput.

Bukan itu saja, Dandhy Laksono juga ikut terseret dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya dengan tuntutan kasus dugaan penyebaran kebencian.

Dandhy Laksono ditangkap dengan jeratan pasal Pasal 28 Ayat (2) jo Pasal 45A Ayat (2) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tentang penyebaran ujaran kebencian terhadap individu atau suatu kelompok berdasarkan SARA.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #dandhy #laksono #balik #film #dirty #vote #kapok #setelah #geger #sexy #killers #2019

KOMENTAR