Kelola Limbah Jadi Pupuk dan Pakan, Dapur SPPG di Kabupaten Bogor Terapkan Zero Waste
Pengelolaan limbah menjadi perhatian utama dalam operasional Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bogor Tamansari—Yayasan Mutiara Keraton Solo—Kelurahan Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ketua Yayasan, Jimmy Hantu, menerapkan konsep zero waste dengan mengolah seluruh sisa produksi makanan (limbah) dari dua SPPG di bawah naungannya, agar kembali memberi nilai manfaat bagi ekosistem yang dibangunnya.
“Pada dasarnya limbah makanan kan organik. Sesuatu yang organik pasti jadi pupuk, kalau tidak jadi pupuk ya jadi pakan,” ujarnya saat ditemui wartawan, Selasa (16/12).
Ia menjelaskan, pengelolaan limbah dilakukan dengan pemilahan sejak awal. Daun-daunan diolah menjadi kompos dan pupuk, sementara limbah makanan dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
“Ada limbah makanan yang tidak mengandung lemak, saya kasihkan ke ikan. Yang mengandung lemak atau minyak, saya kasihkan ke unggas seperti bebek, entok, dan kalkun,” kata Jimmy.
Tak hanya itu, limbah kayu juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pabrik tahu miliknya. Sementara ampas tahu kembali dimanfaatkan untuk pakan ternak.
“Entok kan butuh makan, kalau ada sisa sawi saya rajang-rajang, saya tambahkan ampas tahu. Kebetulan saya punya pabrik tahu,” ujarnya.
Konsep zero waste yang dilakukan oleh Jimmy ini telah berjalan lama, jauh sebelum program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai pada Januari 2025. Ia mengaku mulai membangun ekosistem pertanian dan peternakan terpadu sejak menetap di Bogor. “Saya dari tahun 2006 masuk Bogor, 2008 sudah jalan,” katanya.
Dengan lahan yang ia miliki seluas lebih dari enam hektare tersebut, hasil pengolahan limbah juga menghasilkan nilai ekonomi. Saat ini, Jimmy memproduksi dan menjual hormon tanaman berbentuk pupuk cair. “Clue-nya saya dari pabrik hormon tanaman, bentuknya pupuk cair. Itu penemuan saya sendiri,” katanya.
Meski memiliki skala besar, Jimmy menegaskan pengelolaan limbah dan produksi pupuk dilakukan secara mandiri. "Kolaborasi dengan pemerintah hanya minta izin edarnya saja,” ujarnya.
Ia berharap pendekatan pengelolaan limbah ini dapat menjadi contoh bahwa dapur SPPG tidak hanya fokus pada distribusi makanan, tetapi juga mampu membangun sistem berkelanjutan. “Ini hanya menciptakan ekosistem saja. ‘Sirkular Ekonomi’ itu cuma bahasa keren saja, intinya sirkular kehidupan,” pungkas Jimmy.
Tag: #kelola #limbah #jadi #pupuk #pakan #dapur #sppg #kabupaten #bogor #terapkan #zero #waste