Jadi Pj Ketum PBNU, Keponakan Ma’ruf Amin Tawarkan Gus Yahya Bertemu
- Penjabat (Pj) Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Zulfa Mustofa, membuka peluang rekonsiliasi dengan menawarkan pertemuan kepada Ketua Umum PBNU hasil Muktamar ke-34 Yahya Cholil Staquf.
Zulfa mengatakan bahwa dirinya sudah berkomunikasi dan menawarkan pertemuan dengan Gus Yahya, walakin waktu serta tempatnya belum ditentukan.
“Saya sudah menawarkan pertemuan, tapi beliau sedang mempertimbangkan dan kemudian tentunya ada hal-hal yang harus dibahas, apa saja tawaran-tawarannya yang tidak bisa disampaikan di sini,” ujarnya saat ditemui usai rapat pleno PBNU di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (9/12/2025) malam.
Meski begitu, keponakan Wakil Presiden ke-13 RI Ma'ruf Amin itu optimistis pertemuan tersebut dapat terwujud. Sebab, dia menilai Yahya sebagai sosok yang berbesar hati untuk mencari solusi terbaik bagi PBNU.
“Saya yakin insya Allah beliau bersedia. Beliau orang besar, beliau pasti berbesar hati. Saya yakin Gus Yahya orang besar, putra kiai besar, cucu kiai besar. Beliau pasti berbesar hati untuk bisa bertemu mencari solusi bersama,” tutur Zulfa.
Dalam kesempatan itu, Zulfa juga menegaskan bahwa dirinya telah menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk mereka yang berbeda pandangan di internal PBNU untuk mencairkan ketegangan.
“Banyak, sudah. Ya, kami sudah komunikasi dengan para pihak yang kemarin-kemarin terjadi perbedaan pendapat, ya, friksi-friksi,” ujarnya.
Menurut Zulfa, komunikasi intensif itu dilakukan untuk menemukan solusi bersama demi mengembalikan solidaritas PBNU.
“Ya, kita sedang mencari formula untuk menjadi titik temu yang kemudian bisa saling menerima, the win-win solution di antara kita semua,” kata keponakan Wakil Ma’ruf Amin itu.
Ketika dimintai tanggapan soal kemungkinan Gus Yahya menempuh langkah hukum terkait polemik posisi pucuk pimpinan PBNU, Zulfa menyatakan tidak meyakini hal tersebut akan terjad.
“Ya, saya enggak yakin beliau akan melakukan. Oke,” singkatnya.
Dalam kesempatan yang sama, Rais Syuriah PBNU M Nuh menegaskan bahwa pihaknya tidak khawatir akan terjadinya dualisme kepengurusan di tubuh PBNU.
Pasalnya, Rais Syuriah PBNU meyakini Zulfa mampu melakukan pendekatan-pendekatan dan menyatukan kembali kubu yang berseberangan.
“Insya Allah tidak. Insya Allah. Insya Allah,” ujarnya.
Terkait rencana kubu Gus Yahya yang juga akan menggelar rapat pleno pada 11 Desember 2025, Nuh mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi persoalan.
“Enggak apa-apa, enggak apa-apa. Kita tetap jalan. We are the big family. Kita adalah keluarga besar. Insya Allah dengan pendekatan-pendekatan beliau, semuanya bisa cair dan bisa menjadi satu kesatuan,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, rapat pleno PBNU pada Selasa (9/12/2025) di Hotel Sultan resmi menetapkan KH Zulfa Mustofa sebagai Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU.
Dalam struktur sebelumnya, keponakan Wakil Presiden ke-13 RI Ma’ruf Amin itu menjabat Wakil Ketua Umum Tanfidziyah PBNU.
“Penetapan Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU masa bakti sisa sekarang ini yang mulia Bapak KH Zulfa Mustofa,” ujar M Nuh selaku pimpinan rapat pleno.
Dia menegaskan bahwa Zulfa akan memimpin PBNU hingga Muktamar 2026.
Dalam rapat pleno tersebut, seluruh peserta juga menerima risalah rapat harian Syuriah PBNU yang digelar 20 November 2025.
“Alhamdulillah seluruh rapat pleno bisa menerima dengan baik apa yang telah diputuskan di rapat harian Syuriah yang lalu,” kata Nuh.
Sebagai informasi, polemik internal PBNU mencuat setelah beredar surat edaran bertanggal 25 November 2025 yang menyatakan bahwa Yahya Cholil Staquf diberhentikan sebagai Ketua Umum PBNU sejak 26 November 2025.
Surat tersebut juga menyebut Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar akan memegang kendali sementara PBNU.
PBNU kemudian dikabarkan akan menggelar rapat pleno pada 9 Desember 2025 untuk menetapkan Pj Ketua Umum yang baru.
Di sisi lain, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya masih menjabat sebagai Ketua Umum PBNU hasil Muktamar ke-34 tahun 2021.
Dia pun menyebutkan bahwa rapat pleno dengan agenda penetapan Pj Ketum pada Selasa lalu tidak sah.
“Ini sendiri kan secara aturan tidak bisa disebut pleno,” ujar Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Menurut dia, rapat pleno tidak bisa digelar hanya oleh Syuriah.
“Yang mengundang hanya Syuriyah, ini ndak bisa, karena pleno itu harus diundang oleh Syuriyah dan Tanfidziyah,” kata Yahya.
Tag: #jadi #ketum #pbnu #keponakan #maruf #amin #tawarkan #yahya #bertemu