Satgas PKH Bakal Telusuri Dugaan Pembalakan Hutan Usai Bencana Sumatera
Warga mengamati sampah kayu gelondongan pasca banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). Sampah kayu gelondongan tersebut menumpuk di pemukiman warga dan sungai pasca banjir bandang pada Selasa (25/11). ANTARA FOTO/Yudi Manar/bar(ANTARA FOTO/Yudi Manar/bar)
14:32
1 Desember 2025

Satgas PKH Bakal Telusuri Dugaan Pembalakan Hutan Usai Bencana Sumatera

Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan (PKH) akan menelusuri dugaan pembalakan hutan usai bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda sejumlah titik di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

“Iya. Satgas PKH akan teliti kondisi hutan di sana,” kata Ketua Pelaksana Satgas PKH, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Febrie Adriansyah, saat dikonfirmasi, Senin (1/12/2025).

Febrie mengungkapkan, penelusuran dugaan pembalakan hutan oleh Satgas PKH bakal berlangsung setelah penanganan terhadap korban sudah rampung.

“Ya setelah kondisi kesulitan masyarakat bisa diatasi dulu,” jelas kata Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) itu.

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Anang Supriatna menekankan, Kejagung akan menindak tegas jika menemukan pelanggaran hukum di balik bencana alam di Pulau Sumatera.

“Yang jelas nantikan dari fakta-fakta di media akan di… maksudnya nanti akan didalami. Apakah itu memang bencana alam seperti apa, kalau memang ada perbuatan manusia, akan…,” kata Anang.

“Tapi nanti itu masih didalami dulu ya. Kita lihat perkembangan berikutnya. Yang ketika nanti ada di situ, ada unsur kesengajaan, pastinya penegak hukum ke depan akan mengambil tindakan hukum,” ujar dia.

Hingga Minggu (30/11/2025), Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat 442 orang meninggal dunia, 402 orang hilang, dan 646 orang luka-luka akibat banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Dari angka itu, 217 orang yang meninggal dunia berada di wilayah Sumut, 129 orang di Sumbar, dan 96 orang di Aceh.

Sementara itu, 209 orang di Sumut masih dinyatakan hilang, di Sumbar ada 118 orang dinyatakan hilang, dan 75 orang dinyatakan hilang di Aceh.

Pakar geospasial Institut Teknologi Bandung Heri Andreas menilai kerusakan lingkungan, perubahan tutupan lahan, dan menurunnya kapasitas tampung wilayah memperburuk dampak banjir yang disebabkan curah hujan ekstrem.

"Saat presipitasi turun, sebagian air meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sementara sisanya mengalir di permukaan sebagai (runoff). Proporsi antara keduanya sangat bergantung pada tutupan lahan dan karakteristik tanah," kata Heri.

Heri menyebut kawasan dengan vegetasi alami seperti hutan dan rawa memiliki serapan air jauh lebih tinggi dibanding wilayah yang berubah menjadi permukiman atau perkebunan.

"Ketika kawasan penahan air alami hilang, wilayah tersebut kehilangan kemampuan menahan limpasan. Akibatnya, hujan yang turun langsung mengalir cepat ke sungai dan memicu banjir," ujar dia.

Tag:  #satgas #bakal #telusuri #dugaan #pembalakan #hutan #usai #bencana #sumatera

KOMENTAR