



Perang Pecah di Sejumlah Negara, Diaspora Indonesia Petakan Tantangan Capai Indonesia Emas 2025 di Tengah Dinamika Geopolitik
Peperangan terus bermunculan di penjuru dunia. Paling hangat adalah peperangan antara Iran dengan Israel. Kondisi tersebut menjadi perhatian para diaspora atau WNI yang menetap di luar negeri.
Secara khusus komunitas diaspora menyorot tantangan mencapai Indonesia Emas 2045 di tengah situasi geopolitik global yang tidak stabil. Mereka berupaya menjawab pertanyaan besar, apakah dengan situasi global seperti sekarang visi Indonesia Emas 2045 dapat tercapai. Termasuk bagaimana sikap generasi muda Indonesia sebagai penerus estafet kepemimpinan Indonesia.
Menyikapi pertanyaan besar itu, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Britania Raya (PPI-UK) menggelar ajang Indonesian Scholars International Convention (ISIC). Topik diskusi yang dibahas lebih spesifik membahas tentang Bridging the Islands – Empowering the Golden Generation 2045.
"ISIC 2025 bukan sekadar konvensi. Ini adalah ruang temu gagasan, tempat kita bersama-sama menyusun ulang masa depan Indonesia dari para Diaspora Indonesia yang bermukim di mancanegara," kata Ketua ISIC 2025 Brevadhya Bulandra Anwari dalam keterangannya Kamis (26/6).
Dia mengatakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia, mereka berharap pertemuan para diaspora indonesia dapat memberikan sumbangsih yang nyata. Khususnya untuk menjaga kedaulatan bangsa. Serta memperkaya ide dan membekali generasi masa depan Indonesia emas 2045.
Rencananya sejumlah akademisi dan profesional diaspora akan tampil sebagai pembicara utama. Di antaranya Bagus Mulyadi dan Benny Tjahjono, yang akan membedah berbagai isu strategis Indonesia dalam menyikapi tantangan global dan geopolitik yang kian dinamis.
Nantinya selama 5-6 Juli 2025, ratusan Diaspora Indonesia akan berjumpa langsung di Imperial College London. Mereka akan memetakan gagasan dan ide dalam delapan topik yang saling berkaitan untuk menjembatani Indonesia Emas 2045.
Mulai dari tema ekonomi, keuangan, dan bisnis. Tema seputar sains, teknologi, teknik, dan matematika. Kemudian tema infrastruktur dan tata ruang, pendidikan, kesehatan dan ilmu pengetahuan alam. Energi, lingkungan, dan keberlanjutan. Lalu soal hukum, politik, dan kebijakan publik. Serta tema seputar humaniora, seni, media, dan ilmu komunikasi.
Menurut Brevadhya, ISIC juga menjadi panggung bagi para pemenang kompetisi esai untuk mempresentasikan ide-ide mereka di hadapan panelis dan peserta lainnya. Presentasi ini diharapkan dapat memperkaya diskusi, memberi kontribusi berarti bagi Indonesia, serta menginspirasi lahirnya solusi konkret atas tantangan pembangunan nasional.
"Tak hanya forum ilmiah, ISIC turut menghadirkan pameran seni lintas medium—mulai dari lukisan, fotografi, ilustrasi, instalasi, AR/VR, hingga desain UI/UX," katanya.
Tag: #perang #pecah #sejumlah #negara #diaspora #indonesia #petakan #tantangan #capai #indonesia #emas #2025 #tengah #dinamika #geopolitik