Sambut Tahun Baru Muharram, Kemenag Bagi-bagi Uang Rp 15 Juta untuk Masjid, Rp 10 Juta untuk Mushola
Ngaji Budaya Tradisi Muharram di Nusantara yang diselenggarakan oleh Kemenag di Jakarta, Senin (23/6). (istimewa)
20:32
24 Juni 2025

Sambut Tahun Baru Muharram, Kemenag Bagi-bagi Uang Rp 15 Juta untuk Masjid, Rp 10 Juta untuk Mushola

- Menyambut Tahun Baru Muharram 1447 Hijriyah, Kemenag menggelar sejumlah acara. Diantaranya adalah pencanangan 1.000 masjid inklusif. Masjid-masjid atau mushola yang masuk dalam program ini, akan mendapatkan bantuan pendanaan Rp 15 juta. 

Informasi tersebut disampaikan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Abu Rokhmad di Jakarta pada Selasa (24/6). Dia mengatakan, untuk kategori masjid anggaran yang disalurkan Rp 15 juta per unit. Sedangkan untuk mushola, besarannya Rp 10 juta per unit. 

Dia menegaskan, sesuai dengan tujuannya, dana yang dikucurkan itu digunakan untuk memenuhi kelengkapan masjid atau mushola. "Supaya bisa lebih ramah lansia dan difabel," katanya.

Jadi, syarat yang ditetapkan Kemenag, anggaran itu digunakan untuk membeli perlengkapan seperti kursi bagi lansia untuk salat. Kemudian juga bisa digunakan untuk membangun jalur kursi roda. Atau melengkapi tempat wudhu dengan pengaman khusus bagi lansia atau difabel. 

Kemenag menargetkan di setiap provinsi di Indonesia ada satu masjid dan mushola ikut ambil bagian dalam program itu. Sehingga bisa jadi contoh untuk masjid atau mushola lainnya. Kemenag ingin membantu semua masjid dan mushola, tetapi terbentur dengan keterbatasan anggaran. 

Kegiatan lain yang dilaksanakan Kemenag menyambut Tahun Baru Muharam 1447 adalah Ngaji Budaya Tradisi Muharram di Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (23/6). Kegiatan yang bernuansa seni dan budaya ini dibuka langsung oleh Menag Nasaruddin Umar. Dia menyebut bahwa seni atau kesenian bisa menjadi media untuk mendekatkan diri dengan Allah atau Tuhan.

Menurut Nasaruddin, tradisi ngaji budaya merupakan bentuk sujud budaya yang bukan hanya ritual fisik. Lebih dari itu, juga menjadi simbol penundukan batin manusia di hadapan Tuhan. "Tradisi seperti ini harus dilestarikan di Kemenag, apa pun agama kita," ujar Nasaruddin.

Imam Besar Masjid Istiqlal itu menjelaskan, seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk penajaman hati. Dia lantas mengutip pesan Imam Ghazali bahwa orang yang tidak punya rasa seni, hatinya kering. Menurut dia seni adalah salah satu jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

"Cara mencintai Tuhan bisa lewat seni. Jadi, membaca Al-Qur’an pun harus dengan lantunan yang indah, azan juga begitu. Jadi, tradisi Muharram ini adalah upaya menajamkan hati nurani kita," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Abu Rokhmad menyampaikan ada dua pesan dalam Ngaji Budaya supaya dipahami dan dihayati seluruh masyarakat Indonesia. Dia menyebut, Muharram memiliki kekayaan tradisi di berbagai daerah dan suku di Nusantara.

Abu mencontohkan, di Semarang masyarakat biasa mandi di sungai dekat Tugu Soeharto pada malam satu Syuro. Ritual ini diiringi doa sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memperoleh energi dan semangat baru menyambut Tahun Baru Hijriah. 

"Hal-hal semacam ini perlu kita refleksikan kembali agar maknanya tetap hidup di tengah masyarakat," kata Abu.

Pesan kedua yang ingin disampaikan adalah pentingnya nilai ekoteologi dalam tradisi Muharram. Dikatakan Abu, masyarakat di masa lalu sering menyampaikan cerita-cerita mistis untuk menanamkan kesadaran menjaga alam.

Kisah-kisah yang terkesan menakutkan itu sejatinya adalah cara leluhur mengingatkan agar manusia senantiasa merawat dan melestarikan lingkungan sekitar. "Cerita-cerita itu adalah simbol bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab spiritual," terang Abu.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #sambut #tahun #baru #muharram #kemenag #bagi #bagi #uang #juta #untuk #masjid #juta #untuk #mushola

KOMENTAR