



Bagaimana Sejarawan Negara Menulis Perkosaan Massal Saat Fadli Zon Menyangkal?
- Bagaimana para sejarawan yang sedang mengerjakan proyek Kementerian Kebudayaan RI bakal menuliskan soal sejarah pemerkosaan massal tahun 1998? Apakah bakal sama dengan pandangan Fadli Zon atau berbeda?
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyangkal sifat massal pada peristiwa pemerkosaan etnis Tionghoa pada Mei 1998.
Di sisi lain, para sejarawan, arkeolog, hingga ilmuwan sosial sedang mengerjakan proyek penulisan ulang sejarawan nasional, proyek Rp 9 miliar. Penulisan sudah mencapai 90 persen lebih.
“Kecuali untuk periode yang terakhir itu memang belum banyak sejarawan yang menulis. Misalnya zaman reformasi, itu memang perlu effort (usaha) yang ekstra,” ujar editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia, Profesor Singgih Tri Sulistiyono, kepada Kompas.com, Senin (23/6/2025).
Singgih memahami, hal yang tidak disepakati Fadli Zon adalah sifat “massal” dari peristiwa pemerkosaan tersebut.
“Istilah massal ini yang ditemukan tim pencari fakta, menurut beliau (Fadli Zon) belum konklusif,” kata Singgih.
Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Diponegoro (Undip) ini lantas menjelaskan soal objektivitas sejarah yang tidak mungkin bebas kepentingan. Objektivitas sejarah ada pada validitas sumber yang otentik dan kredibel.
Lantas, apakah tim penulis ulang sejarah akan menuliskan peristiwa di pengujung era Orde Baru itu sebagai pemerkosaan massal atau tidak massal?
“Ya kalau itu saya belum berdiskusi ya dengan penulisnya. Mengenai narasinya, sabar dulu,” ujar Singgih.
Apakah ada intervensi Fadli Zon dalam penulisan ulang sejarah ini?
Secara umum, dia mengatakan Fadli Zon hanya menyampaikan pesan persatuan yang perlu termuat dalam produk historiografi nasional.
“Ya Pak menteri hanya menyampaikan konsepnya bahwa penulisan sejarah ini jangan justru menjadi pemecah belah bangsa tetapi menjadi merekatkan kohesivitas kebangsaan. Kedua, penulisan ini memungkinkan adanya reinventing Indonesian identity, jati diri bangsa Indonesia melalui narasi ini,” tutur Singgih.
Tag: #bagaimana #sejarawan #negara #menulis #perkosaan #massal #saat #fadli #menyangkal