Penutupan Selat Hormuz Berpotensi Timbulkan Harga Minyak Tinggi, Dampaknya untuk Indonesia?
Peta Selat Hormuz. Amerika Serikat menyerukan China agar mencegah Iran menutup Selat Hormuz, jalur vital 20 persen pasokan minyak dunia. Ketegangan meningkat usai serangan udara AS ke Iran.(Wikimedia Commons)
16:50
23 Juni 2025

Penutupan Selat Hormuz Berpotensi Timbulkan Harga Minyak Tinggi, Dampaknya untuk Indonesia?

- Analis geopolitik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Dina Sulaeman menilai, potensi penutupan Selat Hormuz di Iran, sebagai balasan atas serangan AS ke negaranya dalam konflik dengan Israel, bakal berdampak pada kenaikan harga barang di Indonesia.

Adapun Selat Hormuz merupakan jalur distribusi strategis pasokan minyak global. Lebih dari 20 juta barrel minyak atau setara dengan 20 persen konsumsi minyak dunia melewati Selat ini setiap hari.

"Kalau (Selat Hormuz) benar-benar ditutup, ya dampaknya pasti besar dari sisi ekonomi. Dan semua akan kena termasuk kita Indonesia, karena ketika harga minyak naik, harga gas naik, ya pastilah merembet ke mana-mana," kata Dina saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6/2025).

Dosen Hubungan Internasional (HI) ini tidak memungkiri, kenaikan harga sejumlah komoditas akan membuat daya beli masyarakat menurun. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat, dari yang ditargetkan.

"Ya (pertumbuhan melambat karena daya beli menurun). Harga-harga semuanya juga akan naik dan perekonomian kita di Indonesia akan semakin sulit," ucapnya.

Di sisi lain ia memprediksi, keterlibatan AS dalam konflik dua negara tersebut sejauh ini tidak serta-merta mengobarkan kembali ancaman Perang Dunia III.

Pasalnya, serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran masih sangat terbatas dan simbolis. Keterbatasan serangan itu terlihat dari pernyataan kubu Iran, yang mengeklaim bahwa tidak ada banyak gangguan pascaserangan AS.

Iran juga menyatakan bahwa material nuklir dan staf sudah dievakuasi sebelum serangan. Oleh karenanya, kecil kemungkinan negara sekutu Iran, seperti China dan Rusia, terlibat dalam waktu dekat.

"Saya pikir mereka nggak akan terlibat dalam waktu dekat ini, dan Perang Dunia juga masih jauh juga kalau situasinya masih seperti ini," beber Dina.

Lebih lanjut ia berpandangan, serangan terbatas itu dilakukan Presiden AS Donald Trump sebagai upaya menyeimbangkan tekanan di dalam negeri yang tidak menginginkan perang, dan tekanan dari pihak lain yang justru sebaliknya.

AS juga menyadari bahwa terlibat perang artinya siap rugi besar, ketika Negeri Paman Sam berupaya tengah membangun perekonomian.

Begitu pun mengancam keselamatan pasukan AS yang kini berada di pangkalan militer miliknya di negara-negara Teluk.

"Saya pikir AS juga sangat berhati-hati. Memang sebenarnya AS tahu bahwa rugi besar kalau dia harus melibatkan diri dalam perang ini. Rugi dalam ekonomi, karena biayanya sangat besar kalau seandainya betul-betul melibatkan diri dalam perang," tandas Dina.

Sebelumnya diberitakan, konflik Israel-Iran menemui babak baru ketika AS turut menyerang Iran.

Serangan udara itu dilancarkan AS pada Sabtu (21/6/2025) ke tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.

Hal ini memicu kekhawatiran internasional terhadap potensi eskalasi lebih lanjut.

Terlebih, ada potensi penutupan Selat Hormuz—jalur distribusi krusial minyak dunia.

Terbaru, Parlemen Iran telah menyetujui langkah strategis untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan militer AS.

Adapun semula, konflik ini dipicu oleh serangan Israel pada Jumat (13/6/2025), yang menyasar perumahan hingga fasilitas nuklir Iran.

Iran kemudian melakukan serangan balasan pada Sabtu (14/6/2025), yang merusak fasilitas ekonomi Israel.

Tag:  #penutupan #selat #hormuz #berpotensi #timbulkan #harga #minyak #tinggi #dampaknya #untuk #indonesia

KOMENTAR