Bamsoet: Jika Kita Abai dan Lalai, Masuknya Berbagai Paham Asing Akan Menggeser Jati Diri Bangsa
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI hari ke-9 dalam kunjungannya ke Dapil-7 Jawa Tengah bersama MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Jumat (26/1/2024). 
18:13
27 Januari 2024

Bamsoet: Jika Kita Abai dan Lalai, Masuknya Berbagai Paham Asing Akan Menggeser Jati Diri Bangsa

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menuturkan, seiring dengan derasnya arus globalisasi dan lompatan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, sekat-sekat teritorial antar bangsa menjadi kabur.

Berbagai paham dan ideologi asing yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa, begitu mudahnya masuk sebagai arus informasi tanpa filtrasi.

Di sisi lain, kompetisi antar bangsa yang semakin meningkat, tidak hanya mewujud pada hadirnya persaingan dalam bidang perekonomian dan perdagangan, atau potensi ancaman-ancaman yang bersifat tradisional dan kasat mata. Tetapi telah meluas pada rivalitas dalam membentuk hegemoni, persaingan antar pandangan, nilai-nilai, dan ideologi.

"Jika kita abai dan lalai, masuknya berbagai pengaruh dan paham asing tersebut akan menggeser karakter dan jati diri kita sebagai sebuah bangsa. Kita akan menjadi bangsa yang akan kehilangan identitas nasional karena tercerabut akar budayanya dan terpinggirkan oleh budaya dan faham asing yang mendompleng arus globalisasi dalam balutan nomenklatur modernitas zaman," ujar Bamsoet.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI hari ke-9 dalam kunjungannya ke Dapil-7 Jawa Tengah bersama MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, Jumat (26/1/2024).

Acara ini turut dihadiri Deputi Bidang Pengkajian dan Pemasyarakatan Konstitusi Sekretariat Jenderal MPR Hentoro Cahyono, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Purbalingga Tenny Juliawaty serta Ketua MPC Pemuda Pancasila Purbalingga Gatot Bondan Kurniawan.

Lebih lanjut Bamsoet menambahkan memaparkan, urgensi penguatan wawasan kebangsaan dapat dirujuk pada beberapa aspek.

Pertama, fitrah bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dengan keberagaman adat, budaya, agama, suku, bahasa, menjadikan Indonesia dalam posisi rentan dari perpecahan. Sejarah membuktikan, bahwa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah karena adanya politik adu domba kolonial.

"Kedua, sebagai negara kepulauan yang wilayah teritorialnya terpisah oleh lautan, negara kita juga rentan dari infiltrasi. Gugusan ribuan pulau menyulitkan kita untuk dapat menjaga satu demi satu batas teritorial, sehingga tidak hanya rentan terhadap aksi penyelundupan, namun juga pada infiltrasi budaya," kata Bamsoet.

Ia pun mengatakan, sebagai negara yang kaya akan sumberdaya dan posisi geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan dunia, Indonesia menjadi 'center of gravity' bagi banyak kepentingan global. Jika tidak pandai membaca situasi, maka tanpa disadari, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa 'kuli di negeri sendiri'.

"Di sinilah pentingnya penguatan wawasan kebangsaan, yaitu kesamaan pandangan, kesadaran dan komitmen kolektif kita sebagai sebuah bangsa yang memandang kemajemukan sebagai kekayaan. Memandang wilayah negara kesatuan tidak hanya secara teritorial fisik, tapi juga berdimensi ideologis," ujar Bamsoet.

"Kemudian, menyadari sepenuhnya bahwa kekayaan sumberdaya alam harus dikelola secara cerdas, dijaga kelestariannya, dan diperuntukkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia," pungkasnya. (*)

Editor: Content Writer

Tag:  #bamsoet #jika #kita #abai #lalai #masuknya #berbagai #paham #asing #akan #menggeser #jati #diri #bangsa

KOMENTAR