



Gara-Gara ''Menteri Kedelai'', Gaya Komunikasi Gubernur Jateng Disorot: Gak Ada Sense of Crisis!
Wawancara Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi baru-baru ini ramai dibicarakan publik setelah sebuah potongan video pernyataannya mengenai kenaikan harga kedelai beredar di media sosial.
Dalam video yang diambil dari rekaman TikTok @beritajateng_tv, saat menjawab pertanyaan wartawan tentang lonjakan harga komoditas tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyebut istilah “menteri kedelai”, yang memicu beragam reaksi dari masyarakat.
Pernyataan yang dimaksud terjadi dalam konteks tanya jawab antara wartawan dan sang Gubernur. Ketika ditanya mengenai respon pemerintah daerah atas naiknya harga kedelai, Ahmad Luthfi berkesan asbun alias asal bunyi.
“Waduh, nanti gampang. Operasi pasar lah atau di mana, tanya bagian menteri kedelai nanti ya,” pungkasnya dalam video yang Suara.com kutip daru akun X @Mdy_Asmara 1701 oada Selasa (22/4/2025).
Mantan Kapolda itu kemudian menambahkan bahwa Jawa Tengah memiliki potensi produksi kedelai lokal, khususnya di daerah Grobogan dan sejumlah wilayah lain.
Menurutnya, penguatan kedelai lokal dapat membantu menjaga kestabilan harga. Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah daerah akan melakukan koordinasi dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mendukung pemerataan harga kedelai di berbagai daerah, termasuk di wilayah Jawa Tengah.
Meski substansi pernyataan tersebut menyebut upaya-upaya penanggulangan melalui operasi pasar dan koordinasi dengan instansi terkait, penggunaan istilah “menteri kedelai” menjadi perhatian utama masyarakat.
Ungkapan itu tidak merujuk pada jabatan resmi di pemerintahan pusat, karena tidak ada posisi menteri yang secara khusus menangani kedelai.
Hal ini menimbulkan kesan keliru di tengah situasi ekonomi yang sensitif bagi masyarakat, terutama pelaku usaha kecil seperti pengrajin tahu dan tempe yang sangat bergantung pada kedelai sebagai bahan baku utama.
Reaksi publik terhadap pernyataan ini pun beragam dan sebagian besar disampaikan melalui platform media sosial X.
Sejumlah warganet menyoroti gaya komunikasi Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi yang dianggap kurang serius dalam menghadapi isu pangan yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Emang ada Menteri Kedelai, Pak?,” tanya akun yang memposting ulang video ini.
Sementara akun lain menyoroti gaya tubuh dan mimik wajah Gubernur dalam menyampaikan pernyataan tersebut yang dianggap tidak mencerminkan sikap kepemimpinan.
"Coba perhatiin gesture badannya, ga ada tegap2nya, jawab juga sembari cengar cengir. Udah ga paham, asbun, sok ngelucu. Paket komplit buat kepala daerah mayoritas 58%," ujar @dito****.
Ada pula yang mengomentari bahwa pernyataan semacam ini dapat memunculkan persepsi bahwa isu strategis seperti pangan belum menjadi perhatian utama pejabat daerah.
"Gusti… ngenes bgt jadi WNI. Pejabat pemerintah yg tanggung jawabnya kepada rakyat gede banget, malah begini tingkahnya. Gak ada sense of crisis blasss. Rakyat hidup susah bayarin hidup mewah mereka sekeluarga. Tapi mereka malah seenaknya. Gk cuma dia, tapi hampir semua pejabat," ucap @ysl****.
Selain itu, komentar dari pengguna akun @gad**** menyindir dengan nada bercanda bahwa bisa saja akan ada kementerian baru untuk urusan kedelai.
"Sinyal baru kl bakal ada departemen baru khusus ngurusin kedelai mbg juga sepertinya butuh menteri dan wamen serta stafsus dan utusan baru," tambah @gad****.
Tanggapan ini menggambarkan bagaimana pernyataan spontan seorang pejabat publik dapat dengan cepat menjadi bahan pembahasan yang meluas di tengah masyarakat yang aktif menggunakan media sosial.
Meskipun tidak ada klarifikasi lanjutan dari pihak Gubernur hingga saat ini, peristiwa ini memperlihatkan pentingnya kehati-hatian dalam berkomunikasi, khususnya ketika menyangkut isu-isu yang berdampak luas.
Di tengah tantangan ekonomi, masyarakat umumnya berharap agar pejabat pemerintah menyampaikan informasi dengan akurat, serius, dan memberikan harapan melalui langkah konkret.
Tag: #gara #gara #menteri #kedelai #gaya #komunikasi #gubernur #jateng #disorot #sense #crisis