Dari Riau, Kim Teng Bantu Kemerdekaan RI, Selundupkan Senjata di Bawah Tumpukan Garam
- Tang Kim Teng menjadi salah satu tokoh yang mewarnai perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di kawasan Riau semasa Revolusi Fisik.
Meski dirinya berdarah Tionghoa, Kim Teng ikut menjaga kemerdekaan Indonesia bersama teman-temannya yang berasal dari Tiongkok dan India.
Melansir buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia (2014), karya Iwan Santosa, pria yang lahir di Singapura pada 1921 ini mulanya diajak sahabatnya yang bernama Tan Teng Hun dan Hasan Basri untuk ikut berjuang.
Kim Teng, yang tidak berpikir panjang, langsung mengiyakan ajakan sahabatnya.
Kebanyakan dari rekan seperjuangannya adalah teman masa kecilnya dari berbagai suku bangsa.
Kim Teng pun berjuang di bawah komando Lettu RA Priodipuro. Ia terlibat dalam urusan mata-mata dan perbekalan.
Pada intinya, tugas Kim Teng adalah menyediakan amunisi, bahan peledak, senjata, pakaian tentara, sepatu, obat-obatan, dan perbekalan lain bagi para pejuang.
Nantinya, apa yang ia sediakan itu akan diberikan ke Pekanbaru untuk disampaikan kepada Resimen IV Divisi IX Banteng-Sumatera Tengah.
Kim Teng sendiri berkali-kali beroperasi dengan berlayar dari Pekanbaru ke Singapura. Dari Singapura, ia menyelundupkan senjata 'war surplus' yang dikuasai Inggris di sana untuk dibawa ke Pekanbaru.
Setelah berhasil melakukan aksi penyelundupan ke Pekanbaru, senjata-senjata itu akan dipasok ke militer, polisi, dan brigade mobil.
Hanya saja, setelah Agresi Militer I pada 21 Juli 1947 dan Agresi Militer II pada 18 Desember 1948, posisi Indonesia semakin terdesak.
Kondisi ini membuat Kim Teng harus menyamar menjadi pedagang demi bisa menembus blokade laut Belanda.
Aksinya itu ia lakukan untuk tetap memasok senjata sekaligus memberikan informasi intelijen perihal rute patroli dan kekuatan Angkatan Laut (AL) Belanda di perairan Riau-Singapura.
Operasi menegangkan pun pernah dialami Kim Teng. Kala itu, ia yang sedang membawa 30 ton garam, menyelundupkan senjata di bawah tumpukan curah garam.
Kim Teng sengaja berlayar di malam hari untuk menghindari patroli Belanda di sekitar Tanjung Uban.
Sesampainya di Tanjung Samak, kapal Kim Teng dicegat patroli Belanda pada siang hari.
Beruntung, ia berhasil lolos dari penggeledahan karena membawa surat pengantar Konsul Belanda di Singapura.
Kapal pun bergerak ke Pekanbaru atau Bengkalis, sesuai dokumen dari Singapura.
Walhasil, Kim Teng tetap dapat menyelundupkan senjata dengan selamat kepada Resimen IV.
Rekan seperjuangan Kim Teng, Burhanudin, bercerita bahwa sahabatnya itu memang hebat, padahal hanya beroperasi dengan kapal pengangkut sagu sederhana.
Kata Burhanudin, Kim Teng sering berlayar dalam kondisi cuaca buruk sekalipun, demi bisa menembus blokade patroli Belanda.
Ia kerap kucing-kucingan dengan AL Belanda yang berpatroli di Selat Malaka.
Veteran lainnya, HM Syafei Abdullah, menyebut dirinya sempat meragukan Kim Teng akan berjuang secara tulus.
Akan tetapi, ada seorang pria bernama Subrantas yang berhasil meyakinkan Syafei untuk mempercayai Kim Teng.
Kecintaan Kim Teng terhadap Indonesia terbukti ketika Syafei melihat pria keturunan Cina itu berulangkali mengantar perbekalan kepada para pejuang dengan menggunakan sampan kayuh.
Seusai perjuangan, Kim Teng membuka kedai kopi di Pekanbaru.
Kedai Kopi Kim Teng ini menjadi tempat para veteran 1945 untuk bersilaturahmi melepas rindu.
Tag: #dari #riau #teng #bantu #kemerdekaan #selundupkan #senjata #bawah #tumpukan #garam