John Lie, ''The Smuggler of The Bible'', Jagoan Penyelundup Senjata di Awal Kemerdekaan
John Lie atau Jahja Daniel Dharma(IKPNI)
08:54
29 Januari 2025

John Lie, ''The Smuggler of The Bible'', Jagoan Penyelundup Senjata di Awal Kemerdekaan

- Almarhum Laksamana Muda (Purn) TNI Tarmizi Taher pernah mengatakan dalam satu kesempatan bahwa tanpa peran Laksamana Muda Jahja Daniel Dharma atau lebih dikenal John Lie, sejarah Indonesia bisa berbeda sekali dengan yang kita tahu sekarang.

John Lie merupakan satu dari sekian banyak tokoh Tionghoa yang ikut berjuang di dalam kemerdekaan Indonesia. Tak hanya dinobatkan sebagai pahlawan nasional, nama John Lie pun turut disematkan pada salah satu kapal perang milik TNI Angkatan Laut, yaitu KRI John Lie (358).

Mengutip buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara sampai Indonesia, karya Iwan Santosa, John Lie merupakan pria kelahiran Manado yang taat beribadah. Ia selalu membawa dua Alkitab di dalam setiap penugasannya.

Di buku itu turut tertulis artikel yang ditulis wartawan Majalah Life, Roy Rowan, bahwa John Lie selalu membawa Alkitab berbahasa Inggris dan Belanda.

Alkitab berbahasa Inggris bahkan selalu dipegang di tangan kanannya, dengan kutipan ayat yang berbunyi "Come to me all ye that labour and are heavy laden and I will give you rest."

Selain itu, ruang kemudi kapal juga dipenuhi dengan tulisan ayat Alkitab. Salah satunya "Run this ship for God, my country and the good of humanity," tulis Iwan dalam bukunya, mengutip artikel Roy Rowan, edisi 26 September 1949.

Masa keemasan John Lie

John Lie diketahui memiliki jaringan yang luas di Asia. Bahkan, karena seringnya ia mengarungi lautan Asia, pria asal Manado, Sulawesi Utara ini dijuluki Hantu Selat Malaka, karena jaringan kerjanya meliputi Filipina hingga India.

Selain itu, John Lie juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Terbukti dengan banyaknya dukungan yang didapat dari orang-orang Amerika, Eropa, dan beragam bangsa Asia yang bersimpati pada kemerdekaan Indonesia.

Pasca-kemerdekaan RI, kiprah John Lie kian terlihat. Saat itu, Indonesia tengah membeli sejumlah kapal cepat dari luar negeri, untuk memasok kebutuhan perlengkapan perjuangan.

John Lie kemudian mengikuti seleksi pelaut yang bertugas memasok kebutuhan itu, dan lolos. Ia akhirnya memimpin kapal cepat bernama "The Outlaw".

Operasi perdana kapal cepat itu melayani rute Singapura-Labuan Bilik dan Port Swettenham.

Pada Oktober 1947, "The Outlaw" memuat perlengkapan militer seperti senjata semi otomatis, ribuan butir peluru, hingga perbekalan dari salah satu pulau di Selat Johor ke Sumatera.

Tiba lah momen memacu adrenalin ketika kapal sampai di Labuan Bilik.

Tampak pesawat Belanda terbang rendah berkeliling pelabuhan. Pesawat itu pun meminta "The Outlaw" menjauhi pelabuhan.

Saat itu, John Lie berupaya agar kapal itu tetap bisa bersandar. Caranya, dengan berbohong dan menyebutkapal sedang kandas.

John Lie tidak takut meski di saat bersamaan dua pengarah senjata pesawat sudah siap menarik pelatuk ke arah "The Outlaw".

Namun, ada keajaiban di sana.

Pesawat justru menjauh dari "The Outlaw" setelah memutar dan sedikit menukik. Kesempatan itu digunakan John Lie untuk ke kabin.

Di situ, ia mengucap syukur pada Tuhan sembari berlutut.

Di dalam kabin kapal itu, dia berdoa karena Tuhan menjadikan "The Outlaw" berwibawa menghadapi pesawat siap tembak tersebut.

Rupanya, belakangan diketahui bahwa alasan pesawat Belanda itu menjauhi "The Outlaw" karena bahan bakar yang mulai menipis.

Meski demikian, kenyataannya John Lie sukses menjalankan misi perdananya.

Ia bersama 22 awak kapal lainnya kemudian membongkar muatan senjata dan amunisi.

Kemudian, muatan itu diserahkan ke Bupati Usman Effendi serta komandan pejuang setempat, Abu Salam.

Tak sampai situ, "The Outlaw" yang dipimpin John Lie kembali menorehkan kesuksesan dengan banyak keajaiban pada misi-misi selanjutnya.

Roy Rowan pernah mencatat bahwa kapal cepat yang dibeli dari Inggris di Singapura itu pernah ditembaki 60 kali salvo meriam kapal Angkatan Laut Belanda.

Meski diketahui, "The Outlaw" sama sekali tidak bersenjata saat itu.

Hal ini tak lepas dari kenekatan dan kesalehan John Lie, "The Smuggler With The Bible".

Adapun John Lie diberi gelar pahlawan nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana pada 2009 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

John Lie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Editor: Nicholas Ryan Aditya

Tag:  #john #smuggler #bible #jagoan #penyelundup #senjata #awal #kemerdekaan

KOMENTAR