Ngaku Lakukan KDRT di Depan Anak, Armor Toreador Mesti Tahu Kondisi Psikologis Buah Hatinya Terancam!
Armor Toreador mengaku sudah lebih dari lima kali melakukan KDRT terhadap istrinya selebgram Cut Intan Nabila sejak 2020. Mirisnya lagi, hal tersebut dilakukan di depan ketiga anaknya.
Hal tersebut disampaikannya saat konferensi pers di Polres Bogor pada Rabu (14/8) saat ditetapkan menjadi tersangka atas perbuatannya tersebut. Suami Cut Intan Nabila itu bahkan tak memikirkan kondisi psikologis anak-anaknya saat melakukan KDRT.
"Tidak (mikirin anak)," kata Armor Toreador. "Pernah (KDRT depan anak), tapi kebanyakan berdua ya. Sudah lebih dari lima kali dari tahun 2020," jelasnya lagi.
Tentu saja, dampak KDRT yang dilakukan Armor Toreador, bukan hanya dirasakan Cut Intan Nabila sebagai istri, tapi juga anak-anak mereka. Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro menyebut, anak-anak mereka menjadi trauma bertemu laki-laki.
Baca Juga: Hukum Islam Minta Cerai Karena KDRT, Dipukul Sekali Istri Boleh Minta Cerai?
"Dari informasi yang kita dapat dari lingkungan dan ART bahwa anak-anak korban sangat takut bertemu dengan laki-laki," jelas Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro.
Suami selebgram Cut Intan Nabila, Armor Toreador usai jadi tersangka tindak KDRT di Mapolres Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/8/2024). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]Diduga hal itu disebabkan karena anak-anak tersebut sering melihat kekerasan yang dilakukan ayahnya. Ya, dikutip Halodoc, anak-anak bisa mengalami dampak buruk KDRT hanya dengan menyaksikannya saja.
Jenis kekerasan tersebut bisa memengaruhi kesehatan mental anak dan menyebabkan berbagai gangguan psikologi, seperti kecemasan, depresi, dan lain-lain. Nah, berikut dampak KDRT bagi psikologis anak:
1. Menyebabkan kecemasan
Anak-anak korban KDRT akan selalu merasa gelisah melihat kekerasan yang sering dilakukan salah satu orangtua mereka terhadap yang lain. Mereka juga bisa hidup dengan perasaan cemas setiap hari, karena tidak tahu kapan serangan fisik atau verbal berikutnya terjadi di rumah mereka. Hal ini bisa menyebabkan anak mengalami gangguan kecemasan.
Baca Juga: Sebuah Kode? Cut Intan Nabila Unggah Konten "Gak Bisa Yura" sebelum Bongkar Aksi KDRT Suami
Bagi anak-anak prasekolah yang menyaksikan KDRT, mereka tidak jarang mengalami kemunduran mental dan kembali pada kebiasaan pada waktu bayi. Contohnya seperti mengisap jempol, mengompol, dan lebih sering menangis atau merengek.
Sedangkan dampak menyaksikan KDRT bagi anak usia sekolah, mereka bisa mengembangkan sifat antisosial dan mungkin bergumul dengan rasa bersalah. Hal itu karena anak-anak korban KDRT tidak jarang disalahkan atas kekerasan yang terjadi di antara orangtua mereka.
2. Gangguan stres pasca trauma
Dampak KDRT lainnya yang juga cukup mengkhawatirkan adalah adanya risiko gangguan stres pasca trauma pada anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kekerasan tersebut.
Meski terhindar dari kekerasan fisik, trauma yang ditimbulkan dari KDRT cukup menyebabkan perubahan berbahaya pada perkembangan otak anak. Perubahan-perubahan ini bisa menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, kemarahan, sifat lekas marah, sulit berkonsentrasi, dan anak-anak kadang-kadang berpotensi melakukan kembali aspek-aspek pelecehan traumatis yang mereka amati pada orang lain.
3. Depresi
Seorang anak yang memiliki kecemasan akibat tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak sehat dan penuh kekerasan, bisa bertumbuh menjadi orang dewasa yang mengidap depresi. Trauma menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga secara rutin membuat anak berisiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, gangguan konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.
Mengingat ada banyak dampak buruk KDRT bagi psikologis anak, penting bagi orangtua untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Perbedaan pendapat dan argumen memang tidak bisa dihindari dalam rumah tangga, tapi cobalah untuk bertengkar secara sehat dan tidak di depan anak.
Tag: #ngaku #lakukan #kdrt #depan #anak #armor #toreador #mesti #tahu #kondisi #psikologis #buah #hatinya #terancam