Berkaca dari Konflik Nikita Mirzani-Lolly, Pahami Cara Mengelola Emosi sebagai Orangtua
Anak perempuan dan orang tua sedang bercengkerama.(Pexels/KETUT SUBIYANTO)
17:15
21 Januari 2025

Berkaca dari Konflik Nikita Mirzani-Lolly, Pahami Cara Mengelola Emosi sebagai Orangtua

Berita tentang Nikita Mirzani dan Lolly kembali hangat diperbincangkan.

Setelah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Lolly diserahkan kembali kepada keluarganya, meski dia menolak keras.

Sebelumnya, ibu dan anak perempuan remaja ini sering berkonflik, karena adanya perbedaan pandangan.

Psikolog klinis keluarga Anna Surti Ariani, atau yang akrab disapa Nina, mengatakan, saat dihadapkan dengan situasi serupa, orangtua sebaiknya tidak terbawa emosi, karena bisa memperkeruh keadaan.

Menurut Nina, ada empat cara mengelola emosi yang bisa dilakukan orangtua untuk menghindari konflik dengan anak perempuan remaja.

1. Tenangkan Diri Sebelum Merespons

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menenangkan diri sebelum memberikan respons kepada anak.

Ketika emosi memuncak, orangtua akan cenderung berseaksi impulsif dan menyakiti perasaan anak.

Oleh karena itu, saat merasakan emosi, orangtua perlu menenangkan diri sejenak sebelum bereaksi atau memberikan respons.

"Orangtua perlu lebih menenangkan dirinya sendiri," ujar Nina saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (15/1/2025).

2. Fokus pada Masalah, Bukan Anak

Saat menegur anak, orangtua cenderung memberikan argumen yang tidak jelas dan cenderung menyudutkan anak.

Padahal, argumen yang baik adalah argumen yang berfokus kepada masalah, bukan menyalahkan anak atau mengungkit masalah-masalah yang telah selesai di masa lampau.

"Yang sehat, hanya berargumen untuk masalah yang jelas. Yang tidak sehat, melebar ke hal-hal lain, misalnya mengaitkan dengan masalah lain yang sudah selesai di masa lalu," jelas Nina.

Nina juga menambahkan bahwa menyerang karakter anak dapat menghancurkan rasa percaya diri dan hubungan antara orang tua dan anak.

3. Tidak Melibatkan Emosi Saat Berargumen

Hal lain yang sering disalahpahami orangtua adalah melibatkan emosi saat berargumen dengan anak.

Dengan melibatkan emosi, orangtua tidak akan berpikir jernih dan cenderung berteriak atau memukul dan membanting barang.

"Yang tidak sehat, diam saja atau saling berteriak, bahkan melibatkan pukulan atau bantingan barang," jelas Nina.

Ia juga menjelaskan, argumen semestinya dilakukan dengan suasana hati yang damai, tidak saling berteriak, dan keduanya sama-sama duduk dengan tenang.

"Yang sehat, argumen dilakukan lewat pembicaraan atau diskusi, dapat dilakukan sambil sama-sama duduk dengan tenang," tambahnya.

4. Minta Bantuan Pihak Profesional

Jika orangtua merasa kesulitan mengelola emosi atau menghadapi perilaku anak yang kurang sopan di mata orang tua, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pihak profesional.

Orangtua dapat meminta bantuan profesional jika diikuti denga tanda-tanda seperti konflik yang tidak berujung, perasaan tertekan yang berkepanjangan, dan kesulitan menenangkan diri.

"Ketika konflik terasa melelahkan, baik untuk remaja maupun orangtua, sebaiknya mulai ditangani secara profesional," terang Nina.

Pihak profesional yang menangani masalah-masalah ini, seperti psikolog klinis atau konselor pendidikan, dapat memberikan saran yang tepat untuk memperbaiki pola komunikasi antara orangtua dan anak.

Meski orangtua dan anak sering berbeda pandangan, orangtua perlu mengetahui cara mengelola emosi untuk menghindari konflik.

Dengan begitu, orangtua dan anak dapat menyelesaikan masalah dengan baik tanpa melibatkan emosi.

Editor: Lintang Pramatyanti

Tag:  #berkaca #dari #konflik #nikita #mirzani #lolly #pahami #cara #mengelola #emosi #sebagai #orangtua

KOMENTAR