Memahami Dampak dari Pola Asuh Anak: Orang yang Terlalu Dimanja saat Kecil Biasanya Menunjukkan 8 Ciri Kepribadian ini
Anak-anak itu seperti spons yang menyerap apapun di sekitarnya. Hal ini terutama berlaku ketika melihat anak-anak yang terlalu dimanja saat tumbuh dewasa.
Memanjakan anak bukan hanya tentang menuruti semua keinginannya, tetapi juga tentang dampak pada kepribadian mereka saat beranjak dewasa. Memanjakan anak secara berlebihan biasanya akan menghasilkan beberapa sifat kepribadian yang unik.
Dilansir dari Geediting, inilah 8 sifat paling umum yang mungkin ditemukan pada orang dewasa yang terlalu dimanja saat masih anak-anak. Ingat, ini bukan tentang menyalahkan orang tua atau menyalahkan orang lain.
Ini tentang memahami dampak dari pola asuh orang tua dan bagaimana hal itu dapat membentuk seseorang menjadi seperti sekarang.
1. Rasa berhak
Bila anak-anak terlalu dimanja, mereka akan tumbuh dengan keinginan dan kebutuhan yang harus selalu dipenuhi. Hal ini berpotensi menimbulkan rasa berhak di masa dewasa. Hak istimewa adalah keyakinan bahwa seseorang berhak atas hak istimewa atau perlakuan khusus.
Ini seperti mengharapkan untuk mendapatkan promosi di tempat kerja hanya karena mereka telah bekerja paling lama di sana, terlepas dari kinerja yang sebenarnya. Sifat ini tidak hanya tidak sehat bagi individu tersebut, tetapi juga merusak hubungan dengan teman, keluarga, dan kolega.
Meskipun tingkat harga diri tertentu sangat penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan, rasa berhak yang berlebihan dapat menyebabkan kekecewaan dan frustasi ketika dunia nyata tidak memenuhi harapan yang tinggi.
2. Kesulitan menangani penolakan
Mereka terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya dan tidak dapat memahami mengapa mereka gagal. Ini adalah sifat umum pada mereka yang telalu dimanja saat kecil.
Mereka seringkali berjuang untuk melawan penolakan atau kegagalan karena tidak terbiasa mendengarkan kata 'tidak'. Menghadapi kekecewaan adalah bagian penting dalam hidup.
Bila anak-anak tidak terbiasa mengatasinya, mereka akan tumbuh tanpa memiliki ketahanan yang dibutuhkan untuk bangkit kembali dari kegagalan di masa dewasa. Mereka akhirnya belajar ketika dewasa tetapi membutuhkan waktu dan banyak refleksi diri.
3. Kurangnya disiplin diri
Anak-anak yang terlalu dimanja seringkali dimanjakan oleh orang tua mereka. Mereka tidak perlu membersihkan kamar, mengerjakan pekerjaan rumah, atau bahkan menyiapkan makanan sendiri. Akibatnya, mereka menjadi kesulitan untuk mendisiplinkan diri saat dewasa.
Disiplin diri adalah kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan mengatasi kelemahan seseorang. Ini adalah kemampuan untuk mengejar apa yang menurut seseorang benar meskipun ada godaan untuk meninggalkannya.
Sebuah studi dalam Journal of Personality menilai pengendalian diri pada lebih dari 1.000 individu dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Penelitian ini menemukan bahwa individu yang memiliki pengendalian diri lebih besar saat anak-anak cenderung menjadi orang dewasa yang lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih sukses.
Di sisi lain, mereka yang memiliki tingkat pengendalian diri yang rendah di masa kanak-kanak, mungkin karena terlalu dimanja, cenderung menghadapi lebih banyak tantangan di masa dewasa. Mereka lebih mungkin memiliki masalah kesehatan, keuangan, dan bahkan catatan kriminal.
4. Keterampilan memecahkan masalah yang buruk
Keterampilan ini mungkin tidak dimiliki oleh anak-anak yang terlalu dimanja. Saat tumbuh dewasa, jika mereka menghadapi masalah atau rintangan apapun, orang tua mereka seringkali turun tangan dan menyelesaikannya untuk mereka.
Meskipun hal ini mungkin tampak membantu pada saat itu, hal itu tidak memungkinkan anak untuk belajar cara menangani masalahnya sendiri. Sebagai orang dewasa, mereka mungkin merasa sulit untuk menghadapi masalah yang paling sederhana sekalipun tanpa mencari bantuan.
Mereka mungkin akan merasa kewalahan bahkan mengalami stres saat menghadapi masalah karena tidak mampu menemukan solusi tanpa meminta bantuan. Namun, keterampilan ini dapat diasah saat dewasa. Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan keterampilan hidup ini.
5. Perjuangan dalam hubungan
Hubungan adalah tentang memberi dan menerima. Sebuah hubungan membutuhkan kesabaran, kompromi, dan pengertian. Namun, bagi mereka yang terlalu dimanja saat kecil, keseimbangan ini seringkali tidak seimbang.
Bayangkan menjalani hidup dengan selalu menjadi pusat perhatian atau selalu mendapatkan apa yang diinginkan saat menginginkannya. Lalu, tiba-tiba mereka berada dalam hubungan di mana perlu mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan orang lain.
Orang-orang ini mungkin akan mengalami kesulitan memahami bahwa mereka tidak selalu bisa menjadi prioritas. Mereka mungkin kesulitan menangani konflik atau menerima kritik yang membangun dari pasangannya.
6. Kesulitan dengan tanggung jawab keuangan
Orang tuanya tidak pernah mengajarkannya nilai uang karena mereka tidak pernah membutuhkannya untuk memahaminya, mereka selalu ada untuk menyediakannya. Seiring bertambahnya usia, sikap terhadap uang ini tidak berubah.
Ini adalah hal umum bagi mereka yang terlalu dimanja saat kecil. Mereka mungkin kesulitan mengelola uang dan tanggung jawab finansial karena mereka tidak pernah perlu untuk mengkhawatirkannya.
7. Kurangnya empati
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain. ini adalah sifat yang memungkinkan seseorang untuk terhubung dengan orang lain pada tingkat yang lebih dalam dan menumbuhkan hubungan yang bermakna.
Namun, individu yang terlalu dimanja saat masih kanak-kanak mungkin kesulitan dengan hal ini. Anak-anak yang manja seringkali menjadi pusat perhatian di rumah mereka. Segala sesuatu berputar di sekitar kebutuhan dan keinginannya.
Akibatnya, mereka mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa begitulah seharusnya dunia bekerja. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya empati di masa dewasa karena mereka mungkin merasa sulit menempatkan diri pada posisi orang lain.
8. Takut gagal
Mungkin sifat ini yang paling berdampak yang ditunjukkan anak-anak yang terlalu dimanja saat mereka dewasa, yaitu rasa takut gagal. Bila anak-anak terus menerus diberi apa yang mereka inginkan, mereka tidak akan sering mengalami kegagalan, jika memang mereka mengalaminya.
Hal ini dapat menyebabkan rasa takut gagal yang mendalam di masa dewasa. Hal ini karena mereka tidak terbiasa menghadapi kemunduran atau kekecewaan. Ketakutan akan kegagalan dapat menghambat orang untuk mengambil risiko atau mengejar tujuannya.
Ketakutan ini dapat menyebabkan mereka menghindari tantangan dan kehilangan kesempatan untuk berkembang. Kegagalan bukanlah akhir dari dunia. Bahkan, kegagalan merupakan bagian penting dari pertumbuhan pribadi dan profesional.
***
Tag: #memahami #dampak #dari #pola #asuh #anak #orang #yang #terlalu #dimanja #saat #kecil #biasanya #menunjukkan #ciri #kepribadian