Hidup untuk Likes dan Komentar: 8 Tanda Citra Digital Lebih Penting dari Kehidupan Nyata Menurut Psikologi
Dewasa ini, internet dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Bahkan, banyak orang menemukan diri mereka lebih peduli dengan bagaimana mereka tampil di dunia maya dibandingkan dengan bagaimana mereka menjalani kehidupan nyata.
Media sosial memberikan ilusi bahwa setiap momen harus sempurna, setiap gambar harus menginspirasi, dan setiap kata harus mendapatkan persetujuan.
Bagi sebagian orang, citra daring bukan hanya sekadar tambahan, melainkan menjadi inti dari identitas mereka.
Namun, apa yang terjadi ketika perhatian pada citra online ini mulai mengganggu hubungan, tanggung jawab, dan kebahagiaan mereka di dunia nyata?
Dilansir dari Baselinemag.com, inilah delapan perilaku yang sering dilakukan oleh mereka yang terlalu fokus pada kehidupan digital menurut para psikolog.
1. Terus-Menerus Memeriksa Pembaruan
Salah satu tanda utama bahwa seseorang terlalu terobsesi dengan citra online mereka adalah kebutuhan untuk terus memeriksa pembaruan di media sosial.
Mereka sering memantau notifikasi untuk melihat apakah ada yang menyukai postingan terbaru mereka, meninggalkan komentar, atau membagikan konten mereka.
Bahkan dalam situasi yang seharusnya bebas dari distraksi, seperti saat makan bersama keluarga atau bekerja, pikiran mereka tetap tertuju pada aktivitas di dunia maya.
Perilaku ini sering kali mencerminkan ketergantungan pada validasi eksternal.
Mereka merasa relevansi atau keberadaan mereka diukur dari seberapa banyak perhatian yang mereka dapatkan di media sosial.
Hal ini dapat menguras waktu mereka, mengalihkan perhatian dari tugas-tugas penting, dan menciptakan rasa gelisah yang berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan respons yang diharapkan.
2. Merasa Cemas Saat Tidak Online
Ketidakhadiran di dunia maya sering kali membuat orang yang terlalu terobsesi dengan citra daring merasa gelisah atau bahkan panik.
Apakah itu karena perangkat mereka mati, mereka berada di tempat tanpa sinyal, atau mereka memutuskan untuk tidak memeriksa ponsel sementara, kecemasan yang muncul menunjukkan betapa besar pengaruh media sosial dalam hidup mereka.
Kecemasan ini sering kali memicu perilaku kompulsif, seperti terus-menerus mencari Wi-Fi, membawa power bank ke mana-mana, atau bahkan memprioritaskan koneksi internet dibandingkan kebutuhan mendasar lainnya.
Bagi mereka, kehilangan akses internet sama saja dengan kehilangan koneksi dengan dunia, yang menunjukkan bahwa kesejahteraan emosional mereka sangat tergantung pada kehadiran di media sosial.
3. Menciptakan Versi Ideal Diri Secara Daring
Media sosial sering kali menjadi tempat untuk menampilkan versi terbaik dari diri sendiri.
Namun, bagi sebagian orang, hal ini berubah menjadi obsesi. Mereka menciptakan persona daring yang sempurna, sering kali jauh dari kenyataan kehidupan mereka.
Mereka hanya memposting foto yang telah diedit dengan hati-hati, berbagi momen yang direncanakan untuk terlihat bahagia, dan menyembunyikan aspek kehidupan yang menurut mereka tidak layak untuk dilihat.
Pada akhirnya, mereka hidup dengan dua identitas: satu untuk konsumsi publik dan satu lagi untuk kehidupan pribadi.
Ketidakselarasan ini tidak hanya melelahkan tetapi juga dapat menciptakan tekanan emosional karena mereka merasa harus selalu tampil sempurna di mata orang lain.
4. Menghabiskan Waktu Berlebihan untuk Membuat Postingan yang Sempurna
Bagi orang-orang yang terobsesi dengan citra daring, setiap postingan adalah proyek besar.
Sebelum mempublikasikan sesuatu, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih filter yang tepat, merancang caption yang menarik, dan memastikan bahwa setiap elemen terlihat sempurna.
Meskipun perhatian terhadap detail bukanlah hal yang buruk, kebiasaan ini dapat mengalihkan fokus mereka dari menikmati momen itu sendiri.
Alih-alih hadir secara penuh dalam pengalaman nyata, mereka lebih sibuk mendokumentasikan dan mengkurasi momen untuk memenuhi ekspektasi audiens daring mereka.
5. Merasa Rendah Diri Ketika Tidak Mendapatkan Respons yang Diinginkan
Ketergantungan pada validasi eksternal adalah salah satu efek samping terbesar dari terlalu fokus pada citra daring.
Ketika sebuah postingan tidak mendapatkan jumlah likes, komentar, atau shares yang mereka harapkan, mereka mungkin merasa rendah diri, tidak cukup baik, atau bahkan gagal.
Perasaan ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh media sosial terhadap harga diri mereka.
Alih-alih merasa puas dengan pencapaian mereka di dunia nyata, mereka membiarkan dunia maya menentukan nilai diri mereka.
Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan mental mereka, menciptakan siklus ketergantungan yang sulit diputus.
6. Mengabaikan Hubungan di Dunia Nyata Demi Hubungan Daring
Orang yang terlalu peduli dengan citra online mereka sering kali lebih fokus pada interaksi di media sosial dibandingkan hubungan nyata di sekitar mereka.
Mereka mungkin melewatkan percakapan penting dengan teman atau keluarga demi menjawab komentar atau pesan daring.
Ketika ini terjadi, hubungan di dunia nyata mereka bisa terganggu. Meskipun mereka tampak memiliki banyak koneksi di media sosial, sering kali mereka merasa terisolasi karena kurangnya hubungan yang mendalam dan autentik.
Pada akhirnya, hubungan virtual yang dangkal tidak dapat menggantikan kebutuhan manusia untuk koneksi emosional yang nyata.
7. Terlalu Banyak Berbagi Informasi Pribadi
Dalam upaya untuk tetap relevan di dunia maya, beberapa orang cenderung berbagi terlalu banyak informasi pribadi.
Mereka memposting tentang masalah hubungan, kesulitan finansial, atau konflik pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Meskipun ini bisa memberikan perhatian sementara, perilaku ini sering kali merusak privasi mereka sendiri.
Selain itu, mereka juga menjadi lebih rentan terhadap kritik, gosip, atau bahkan eksploitasi oleh orang-orang yang mungkin tidak memiliki niat baik.
8. Mengabaikan Tanggung Jawab dalam Kehidupan Nyata
Ketika seseorang terlalu fokus pada dunia maya, mereka sering kali mengabaikan tanggung jawab penting dalam kehidupan nyata.
Mereka mungkin menunda pekerjaan, melewatkan tugas rumah tangga, atau bahkan melewatkan waktu bersama keluarga karena sibuk dengan media sosial.
Perilaku ini tidak hanya merusak produktivitas mereka tetapi juga memengaruhi hubungan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Ketika dunia maya menjadi prioritas utama, mereka mungkin menemukan diri mereka lebih jauh dari kebahagiaan yang sebenarnya.
***
Tag: #hidup #untuk #likes #komentar #tanda #citra #digital #lebih #penting #dari #kehidupan #nyata #menurut #psikologi