Mengurangi Kualitas Diri, Ini 5 Dampak Anak Kecanduan Media Sosial yang Patut Diwaspadai dan Dicegah
Ilustrasi anak kecanduan media sosial/freepik.com
20:52
13 November 2024

Mengurangi Kualitas Diri, Ini 5 Dampak Anak Kecanduan Media Sosial yang Patut Diwaspadai dan Dicegah

 

 

Sebagian besar aplikasi media sosial mensyaratkan pengguna berusia minimal 13 tahun. Akan tetapi, menurut Dokter Umum AS, hampir 40% anak usia 8 hingga 12 tahun dan 95% anak usia 13 hingga 17 tahun telah menggunakan media sosial.

Dokter Bedah Umum AS bahkan mengeluarkan peringatan tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak dan remaja. Salah satu fakta mencemaskan adalah remaja yang menghabiskan lebih dari tiga jam sehari di media sosial yang punya dua kali lipat risiko mengalami depresi dan kecemasan.

Jika anakmu memakai media sosial, kamu perlu berdiskusi dengan mereka mengenai media sosial, aturan yang berlaku, dan kenyataan bahwa media sosial tidak selalu mencerminkan kehidupan yang sebenarnya. Melansir kualitas diri terjaga.

1. Kekhawatiran terhadap diri

Dunia digital, terutama media sosial, telah mengubah cara kita melihat diri sendiri. Akses mudah ke berbagai aplikasi menciptakan fokus pada penampilan fisik yang sering menjadi sumber perhatian utama. Pemakaian media sosial yang berlebihan, terutama di kalangan remaja, bisa menimbulkan masalah kesehatan mental seperti ketidakpuasan tubuh.

Penelitian menunjukkan bahwa waktu berlebihan di media sosial berhubungan dengan penurunan rasa percaya diri, gangguan makan, dan perasaan tidak puas terhadap penampilan. Fenomena ini lebih terlihat pada remaja putri, dengan hampir 50% merasa kurang percaya diri usai menggunakan media sosial.

Dr. Eshleman menjelaskan bahwa kemajuan teknologi mempermudah orang dalam mengedit foto mereka hingga tampak sempurna. Citra ideal yang tidak realistis ini membentuk standar yang sulit dicapai, dan perbandingan sosial yang berlebihan bisa memicu kecemasan, rendah diri, bahkan depresi.

2. Perundungan dunia maya

Kita sering mendengar mengenai penindasan di sekolah, tetapi perundungan di dunia maya terjadi melalui teknologi dan media sosial, bahkan sangat umum. Konten berbahaya seperti bahasa, gambar, dan video yang menghina banyak tersebar, dengan 64% remaja melaporkan terpapar konten kebencian.

Dr. Eshleman menyatakan bahwa perundungan siber sulit dihindari karena terus ada, bahkan lebih cepat menyebar, hingga membuat dampak negatifnya terasa lebih luas dan lebih jauh melampaui lingkaran sosial seseorang.

3. Predator daring

Sayangnya, ada orang di media sosial yang menargetkan anak-anak dan remaja untuk tujuan eksploitasi, pemerasan finansial, atau perdagangan obat terlarang. Anak-anak dan remaja sering kesulitan mengetahui apa yang aman dibagikan pada media sosial.

Statistik mengkhawatirkan menunjukkan hampir 60% gadis remaja telah dihubungi orang asing di media sosial dengan cara yang memicu kecemasan atau rasa tidak aman. Interaksi ini sering melibatkan perilaku yang tidak diharapakan, maka kesadaran terhadap risiko dunia maya menjadi penting, terutama bagi remaja yang sedang berkembang.

Dr. Eshleman menyarankan orang tua supaya berbicara dengan anak-anak mereka tentang bahaya ini. Orang tua bisa mengajarkan mereka apa yang harus diwaspadai dan memperingatkan agar tidak berbagi informasi dengan orang yang tidak dikenal secara pribadi.

4. Mengalami tic

Sebuah studi lain mengungkapkan bahwa anak-anak yang sering memakai TikTok melaporkan mengalami tics atau gangguan gerakan yang mirip dengan tics. Gangguan ini tampaknya dipicu oleh stres dan kecemasan, selain itu kemungkinan diperburuk oleh semakin tingginya penggunaan media sosial di kalangan remaja.

5. Tren viral yang berbahaya

Tren viral yang beredar di media sosial biasanya menarik perhatian, namun tidak mempertimbangkan konsekuensi serius yang bisa timbul, seperti penangkapan, kecelakaan, atau bahkan kematian. Tindakan berbahaya ini bisa melibatkan perilaku yang merugikan diri sendiri atau melanggar hukum.

Mengapa remaja mudah terpengaruh oleh tren berisiko ini? Dr. Eshleman memaparkan bahwa otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan, belum sepenuhnya matang dalam hal pengambilan keputusan dan penilaian risiko.

Hal ini menyebabkan remaja lebih impulsif dan rentan terhadap tekanan teman sebaya, serta kurang mampu menilai bahaya yang mungkin timbul dari suatu tindakan. Selain itu, keinginan menjadi populer di media sosial turut mendorong mereka mengikuti tren yang bisa berbahaya.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #mengurangi #kualitas #diri #dampak #anak #kecanduan #media #sosial #yang #patut #diwaspadai #dicegah

KOMENTAR