Psikologi Ungkap Kebiasaan Orang yang Suka Mengkritik Orang Lain tapi Tidak pada Dirinya Sendiri, Salah Satunya Suka Bergosip
Ilustrasi gosip kantor jadi kebiasaan buruk di tempat kerja. (Sumber foto: Freepik)
13:36
10 November 2024

Psikologi Ungkap Kebiasaan Orang yang Suka Mengkritik Orang Lain tapi Tidak pada Dirinya Sendiri, Salah Satunya Suka Bergosip

Pernahkah Anda melihat orang yang banyak mengkritik hal di luar dirinya tapi tak mengkritik dirinya sendiri?   Orang-orang tipe ini tiap melihat sesuatu seolah ada saja yang salah dan membuatnya ingin memperbaiki itu. Orang ini tak pernah bisa berhenti mengkritik. Namun, saat melihat pada dirinya sendiri, tingkat kritik ini menurun, bahkan hilang sama sekali.   Menurut psikologi, orang yang sering mengkritik banyak hal, tetapi tidak para dirinya sendiri memiliki 4 kebiasaan buruk ini, dikutip dari Blog Herald:  

  1) Kebutuhan kuat untuk mengontrol   Orang yang punya kebiasaan mengkritik orang lain menunjukkan kebutuhan kuat untuk mengendalikan.   Mereka merasa dituntut untuk mengendalikan bukan hanya kehidupan mereka sendiri, melainkan juga kehidupan orang-orang di sekitar mereka. Ini yang membuat mereka cenderung sering mengkritik.   Kritik mereka berfungsi sebagai alat untuk memanipulasi situasi dan orang agar sesuai dengan narasi mereka sendiri.   Dengan menggunakan kritik untuk mengendalikan orang lain, mereka menciptakan rasa keteraturan yang menenangkan kecemasan batin mereka.   2) Rendah empati   Empati mungkin terasa seperti bahasa asing bagi mereka yang kesulitan dengannya, salah satunya orang yang sering mengkritik.    Orang yang sering menyoroti kekurangan orang lain merasa sulit untuk melihat situasi dari sudut pandang selain sudut pandang mereka sendiri. Sebab, dunia mereka tetap berpusat pada pandangan, emosi, dan pengalaman pribadi, sehingga tidak banyak ruang untuk memahami orang lain.   Empati yang terbatas ini bermula dari keengganan untuk menghadapi emosi pribadi. Berfokus pada kekurangan orang lain akan mengalihkan perhatian dari pengakuan terhadap perasaan dan kelemahan diri sendiri.  

  3) Ketertarikan pada gosip   Gosip bukan sekadar omong kosong; gosip adalah aktivitas sosial, cara orang-orang untuk menjalin keakraban, berbagi cerita, dan menciptakan koneksi.    Ketika obrolan ini bergeser dari sekadar berbagi cerita yang tidak berbahaya menjadi fokus yang terus-menerus pada kekurangan orang lain, maka gosip sudah melewati batas, menjadi berbahaya alih-alih mempererat hubungan.   Mereka yang terpaku pada kekurangan orang lain menggunakan gosip bukan hanya untuk interaksi santai, tetapi juga untuk memvalidasi penilaian mereka.    Dengan cara tertentu, ini mencerminkan wawasan Socrates : "Pikiran yang kuat mendiskusikan ide, pikiran rata-rata mendiskusikan kejadian, pikiran yang lemah mendiskusikan orang."   Dengan berbagi kesalahan dan kesialan yang mereka rasakan, mereka memperkuat rasa superioritas mereka sendiri, menggunakan kisah-kisah ini sebagai “bukti” untuk mendukung pola pikir kritis mereka.   Dinamika ini mungkin memperkuat citra diri mereka untuk sementara tetapi akhirnya mengisolasi mereka dari hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna.   4) Kurangnya kesadaran diri   Orang yang sering mengkritik biasanya kurang kesadaran diri. Hal kni melibatkan pemahaman yang jelas tentang karakter, perasaan, motif, dan keinginan diri sendiri, yang berfungsi sebagai dasar bagi pertumbuhan pribadi dan kecerdasan emosional.    Orang yang cepat menunjukkan kekurangan orang lain tidak memiliki kesadaran ini, tetap buta terhadap kekurangan mereka sendiri dan memproyeksikan hal ini kepada orang lain. Carl Jung mengamati, "Segala sesuatu yang membuat kita kesal tentang orang lain dapat menuntun kita untuk memahami diri kita sendiri."   Kritik mereka menyingkapkan apa yang secara tidak sadar tidak mereka sukai tentang diri mereka sendiri.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #psikologi #ungkap #kebiasaan #orang #yang #suka #mengkritik #orang #lain #tapi #tidak #pada #dirinya #sendiri #salah #satunya #suka #bergosip

KOMENTAR