



Mengenal Stoikisme dan 9 Praktiknya
Belakangan, hidup ala stoic atau filsafat stoikisme menjadi pedoman yang cukup digandrungi oleh banyak orang.
Tak sedikit, buku bacaan maupun media sosial dipenuhi oleh berbagai perbincangan mengenai stoikisme ini.
Lantas apa sebenarnya stoikisme ini? Apa yang dimaksud dengan hidup ala stoik? Bagaimana mempraktikkanya?
Dosen filsafat dari Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (Unair), Listiyono Santoso menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan filsafat stoikisme.
Menurutnya, stoikisme mengajarkan hidup yang realitis, reflektif, selalu antisipasi dan melakukan evaluasi diri.
Seseorang yang menerapkan hidup ala stoik berarti ia harus siap dalam berbagai tantangan maupun hambatan.
“Hidup harus benar-benar realistis dan tidak mengkhayalkan sesuatu yang tidak-tidak. Kita juga harus mengantisipasi untuk hidup dalam kemungkinan situasi terburuk. Orang Jawa menyebutnya nrimo ing pandhum, yakni tidak berlebihan, menghadapi dunia apa adanya, dan berorientasi pada kesejahteraan dan kebahagiaan,” ungkap Wadek I tersebut yang dikutip dari unair.ac.id pada Jum’at (22/3).
Filsafat yang telah ada sejak abad ketiga sebelum masehi ini dicetuskan oleh filsuf Yunani Kuno di Athena bernama Zeno.
Kemudian dikembangkan oleh banyak filsuf stoa lainnya, mulai dari Chrisippus, Cicero, Epictetus, Marcus Aurelius, Seneca dan yang lainnya.
Mereka mendebatkan banyak hal. Namun, yang menjadi konsentrasi utama adalah tentang kebajikan hidup.
“Penyebutan Stoa oleh karena para filsuf tersebut berdebat dan berdialog di Stoa. Mereka membicarakan ragam isu dan tema, dari soal teologi, astronomi, fisika, logika, hingga etika. Pembicaraan utamanya adalah mengenai filsafat kebajikan hidup dalam etika dan teologia,” tutur Dosen kelahiran Sleman tersebut.
Adapun beberapa praktik stoikisme yang dapat dilakukan sebagaimana yang dikutip dari dailystoic.com pada Jum’at (22/3).
- Jangan sampai hal-hal eksternal, seperti media sosial atau pergaulan dan lain sebagainya mempengaruhi pikiran internal.
- Jangan pernah menyia-nyiakan waktu, karena ia sangat berharga.
- Raihlah kebahagiaan, pencapaian, karir untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.
- Ketika dihadapkan pada banyak pilihan, tetapkan fokus pada tujuan dan komitmen awal.
- Buang jauh-jauh rasa ego dan kesombongan, dan teruslah untuk selalu belajar dan memetik dari apa yang dipelajari.
- Menulislah, karena itu cara efektif menjaga kesadaran, meningkatkan kreativitas, meningkatkan rasa syukur serta sekaligus berfungsi sebagai terapi.
- Pertahankan status sosial yang dimiliki.
- Selalu berhati-hati dan siap menghadapi segala kenyataan termasuk hal terburuk sekalipun, serta belajar dari semua itu.
- Ingat, tidak ada sesuatu yang abadi, pencapaian dan lain sebagainya boleh dikejar, namun hal itu tidak bisa bertahan selamanya.