Menurut Psikologi, Ini Dampak dan Cara Mengatasi Silent Treatment yang Mampu Merusak Kesehatan Mental Korban
Sebagai manusia, kita menginginkan hubungan yang memberikan dukungan, perhatian, dan pengakuan.
Selain itu, kita juga berharap pasangan dapat hadir untuk memenuhi kebutuhan ini.
Sayangnya, silent treatment tidak akan memenuhi harapan tersebut dan justru mencerminkan penolakan serta pengabaian emosional.
Silent treatment merupakan bentuk agresi pasif yang menyakitkan. Selain itu, praktik silent treatment pada orang dewasa biasanya berhubungan dengan pengalaman serupa dari orang tua, serta dapat berkaitan dengan rendahnya harga diri.
Dikutip dari psychologytoday.com, berikut ini dampak dan cara mengatasi silent treatment menurut psikologi.
Dampak dari Silent Treatment
Silent treatment jelas menciptakan keadaan yang penuh kecemasan, ketakutan, dan kesedihan yang mengganggu rasa aman.
Hal ini berpotensi menyebabkan ketidakbahagiaan dan kerusakan psikologis yang sering kali meningkatkan konflik dalam hubungan.
Seseorang yang mengalami perlakuan ini bisa merasa marah, ditinggalkan, ditolak, dan tertekan.
Dalam sebuah penelitian terhadap 581 pasangan, ditemukan bahwa pasangan melaporkan tingkat kepuasan yang jauh lebih rendah ketika pasangan mereka menggunakan komunikasi emosional yang terputus.
Keengganan berkomunikasi semacam itu juga terbukti menjadi pemicu kuat bagi perasaan terasing, penurunan harga diri, dan nilai relasional yang lebih rendah, serta hal yang buruk di mana ini bisa meningkatkan untuk bertindak agresif terhadap pasangan.
Selain itu, korban silent treatment umumnya akan merasa ragu dan menyalahkan diri sendiri, bahkan dapat memicu kritik diri yang negatif. Mereka mungkin terobsesi melakukannya sebagai cara untuk mengakhiri keheningan tersebut.
Menjadi sasaran perlakuan diam merupakan tantangan bagi siapa pun, namun hal ini khususnya sulit bagi orang dengan harga diri rendah atau yang memiliki keterikatan cemas.
Pola ini mencakup ketakutan terhadap stabilitas dan ketergantungan dalam hubungan yang semakin diperburuk oleh perlakuan diam.
Orang tersebut mungkin lebih cepat merasakan penolakan yang intens dan perasaan takut akan terjadinya kehilangan. Keheningan semacam ini dirasakan sebagai pengkhianatan dan pengabaian.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidak dapat mengaitkan pengucilan dengan penyebab tertentu lebih rentan terhadap ancaman terhadap rasa memiliki dan harga diri mereka dibandingkan dengan mereka yang dapat mengidentifikasi penyebabnya.
Alasan di Balik Silent Treatment
Orang memakai silent treatment karena berbagai alasan, yakni sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran diri: Seseorang mungkin bingung atau kewalahan dengan perasaannya dan ingin menunjukkan bahwa mereka merasa kesal.
2. Penghindaran konflik: Mereka mungkin tidak merasa cukup aman untuk mengungkapkan perasaan mereka, baik karena takut terhadap reaksi mereka sendiri atau reaksi orang lain yang berlawanan dengan pandangan mereka.
3. Kurangnya keterampilan komunikasi: Beberapa orang merasa tidak mempunyai kemampuan dalam mengekspresikan diri dengan baik.
4. Hukuman: Perlakuan diam bisa menjadi bentuk pelecehan saat digunakan untuk menghukum, mengendalikan, atau memperoleh kekuasaan atas orang lain.
5. Membuat orang lain merasa buruk: Tindakan ini kadang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti perasaan orang lain.
6. Agar tidak terlihat kasar: Beberapa orang memilih keheningan supaya tak terlihat tidak sopan di hadapan orang lain.
7. Untuk menghindari tanggung jawab: Perlakuan diam juga bisa menjadi cara guna menghindari menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.
Cara Bereaksi terhadap Silent Treatment
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan saat seseorang mengalami silent treatment, yaitu:
1. Penerimaan dengan pertanyaan: Apa yang dirasakan oleh orang lain mencerminkan diri mereka sendiri.
Kamu bisa memberi tahu mereka bahwa kamu menyadari mereka kesal, tetapi tidak bisa membaca pikiran mereka, dan kamu ingin menyelesaikan konflik.
2. Hindari menyalahkan diri sendiri: Waspadai kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri, merespons dengan kemarahan, atau memohon.
Walaupun kamu mungkin telah melukai perasaan pasangan, cara mereka bereaksi adalah pilihan mereka.
3. Perhatikan pola: Tentukan apakah perilaku ini merupakan pola. Jika perlakuan diam jarang terjadi, kamu mungkin bisa mengabaikannya.
Namun, apabila hal ini sering terjadi dan dimaksudkan untuk mengendalikanmu, tunjukkan otonomimu alih-alih memanjakan reaksi mereka.
4. Evaluasi situasi: Apabila perlakuan diam disertai bentuk kekerasan lain, seperti teriakan, ancaman, kecemburuan, usaha untuk mengisolasimu dari orang lain, pengendalian finansial, atau menyalahkanmu, pertimbangkan apakah hubungan ini benar-benar baik bagimu.
5. Jaga kesehatan mental: Hindari berpikir bahwa kamu bertanggung jawab atas hubungan tersebut.
Perlakuan diam biasanya mencerminkan keengganan untuk menghadapi konflik yang ada.
6. Tetap terhubung: Jangan melakukan isolasi diri. Pertahankan hubungan dengan keluarga dan teman.
7. Praktikkan rasa mengasihi diri sendiri: Hargai perasaan dan identitasmu, serta usahakan untuk tetap terhubung dengan nilai-nilai intimu.
8. Cari bantuan profesional: Jika kamu berada dalam hubungan yang berpotensi kekerasan, pertimbangkan untuk mencari layanan profesional atau konseling.
Tag: #menurut #psikologi #dampak #cara #mengatasi #silent #treatment #yang #mampu #merusak #kesehatan #mental #korban