Tak Ingin Kecanduan Pinjol? Ini Cara Mencegahnya Menurut Psikolog
Pinjol tak cuma soal utang. Tekanan finansial bisa memicu stres, konflik, dan gangguan mental dalam keluarga. Simak tips psikolog menghadapinya.(freepik)
17:40
17 Desember 2025

Tak Ingin Kecanduan Pinjol? Ini Cara Mencegahnya Menurut Psikolog

Pinjaman online atau pinjol kerap dijadikan solusi cepat ketika kebutuhan finansial datang mendesak.

Prosesnya mudah, pencairan cepat, dan nyaris tanpa tatap muka.

Namun, di balik kemudahan tersebut, pinjol menyimpan risiko psikologis yang tidak kecil, terutama jika digunakan berulang hingga memicu ketergantungan.

Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi menjelaskan, kecanduan pinjol bukan semata persoalan pengelolaan keuangan, tetapi berkaitan erat dengan kondisi emosional dan cara seseorang merespons stres.

“Pinjol menawarkan gratifikasi instan. Saat seseorang sedang tertekan secara finansial atau emosional, solusi cepat ini terasa sangat menenangkan, meski risikonya besar di kemudian hari,” ujar Meity saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/12/2025).

Mengapa pinjol bisa memicu ketergantungan?

Secara psikologis, pinjol bekerja dengan mekanisme kelegaan sesaat. Ketika dana cair, kecemasan menurun dan muncul rasa lega.

Namun, ketenangan ini bersifat sementara. Saat tagihan datang, stres justru kembali dengan intensitas lebih tinggi.

“Dalam kondisi tertekan, otak cenderung memilih jalan tercepat untuk mengurangi ketidaknyamanan emosional. Jika pola ini diulang, seseorang bisa belajar bahwa pinjol adalah cara paling mudah untuk meredakan stres,” jelas Meity.

Pola inilah yang lama-kelamaan membentuk kebiasaan, bahkan ketergantungan, meski secara rasional individu menyadari dampak negatifnya.

Kenali pemicu emosional sebelum berutang

Langkah awal mencegah kecanduan pinjol adalah menyadari pemicu emosional yang mendorong keinginan berutang.

Apakah karena kebutuhan mendesak, rasa cemas, tekanan sosial, atau keinginan mempertahankan gaya hidup?

“Sering kali pinjol digunakan bukan karena benar-benar butuh, tetapi karena ingin menghindari rasa tidak nyaman, seperti takut dianggap gagal atau tertinggal dari lingkungan,” kata Meity.

Dengan mengenali emosi di balik keputusan berutang, seseorang bisa menahan diri dan mencari alternatif yang lebih sehat.

Latih kemampuan menunda kepuasan

Salah satu cara efektif mencegah ketergantungan adalah melatih kemampuan menunda kepuasan atau delayed gratification.

Alih-alih langsung mencari pinjol, beri jeda waktu untuk berpikir dan mengevaluasi risiko.

“Menunda keputusan memberi ruang bagi pikiran rasional untuk bekerja. Dalam banyak kasus, keinginan berutang bisa mereda setelah emosi lebih stabil,” ujar Meity.

Teknik sederhana seperti menarik napas dalam, menulis kekhawatiran, atau berdiskusi dengan orang tepercaya dapat membantu meredam impuls.

Menjelang akhir tahun, pengeluaran rumah tangga sering meningkat tanpa disadari, sehingga perempuan sebagai pengelola keuangan keluarga dituntut lebih cermat agar tidak terjebak utang dan pinjol ilegal. Rista Zwestika mengingatkan pentingnya anggaran realistis dan disiplin finansial untuk menjaga stabilitas.Freepik/wirestock Menjelang akhir tahun, pengeluaran rumah tangga sering meningkat tanpa disadari, sehingga perempuan sebagai pengelola keuangan keluarga dituntut lebih cermat agar tidak terjebak utang dan pinjol ilegal. Rista Zwestika mengingatkan pentingnya anggaran realistis dan disiplin finansial untuk menjaga stabilitas.

Susun rencana keuangan yang realistis

Perencanaan keuangan yang sederhana dan realistis juga berperan penting.

Menyusun daftar kebutuhan prioritas dan memahami kemampuan finansial dapat memberi rasa kontrol, sehingga dorongan mencari solusi instan berkurang.

Menurut Meity, rasa memiliki kendali atas situasi keuangan dapat menurunkan kecemasan dan mencegah keputusan impulsif.

“Langkah kecil, seperti mencatat pengeluaran atau menetapkan batas darurat, bisa berdampak besar pada kondisi psikologis,” katanya.

Jangan hadapi sendiri, cari dukungan

Banyak orang terjebak pinjol karena merasa harus menyelesaikan masalah sendirian. Padahal, dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Berbagi cerita dengan keluarga, teman, atau pasangan dapat mengurangi beban emosional dan membuka perspektif baru. Jika tekanan sudah mengganggu keseharian, bantuan profesional menjadi langkah penting.

“Konsultasi dengan psikolog dapat membantu mengelola kecemasan, rasa malu, dan perasaan tidak berdaya yang sering menjadi akar kecanduan pinjol,” tutur Meity.

Fokus pada pemulihan, bukan menyalahkan diri

Meity menegaskan, mencegah kecanduan pinjol bukan tentang menyalahkan diri, melainkan membangun kesadaran dan kebiasaan baru yang lebih sehat.

“Setiap orang bisa berada dalam situasi sulit. Yang penting adalah mengenali tanda-tandanya sejak awal dan berani mencari bantuan,” pungkasnya.

Jika penggunaan pinjol mulai memengaruhi kesehatan mental, hubungan sosial, atau kualitas hidup, segera cari dukungan profesional agar dampaknya tidak semakin luas.

Tag:  #ingin #kecanduan #pinjol #cara #mencegahnya #menurut #psikolog

KOMENTAR