Cerita Iky Menghadapi Istri yang Merasa Belum Sempurna Menjadi Seorang Ibu
- Tidak sedikit perempuan yang diam-diam memikul perasaan gagal menjadi seorang ibu, meskipun pada kenyataannya mereka telaten dalam mengurus sang buah hati.
Di balik senyuman manis saat bersama anak, seorang istri bisa saja sedang bertarung dengan suara-suara kecil yang mengatakan bahwa ia tak cukup baik menjadi seorang ibu.
Di momen inilah kehadiran seorang suami penting untuk menjadi support system istri yang merasa seperti ini. Ini adalah kisah tentang Iky (27) dan Kartika (28).
“Biasanya, ketika Kartika merasa enggak baik jadi ibu, aku selalu meyakinkan saja. Karena kan keputusan punya anak adalah kemauan bersama. Apa pun yang terjadi, kami jalani bareng-bareng. Hadapi bersama,” ucap Iky saat dihubungi pada Sabtu (29/11/2025).
Apa yang membuat Kartika merasa gagal sebagai seorang ibu adalah seluruh upaya yang dikerahkan selama hamil dirasa belum maksimal, lantaran anaknya, Baskara, lahir prematur.
Setiap kali bocah yang kini berusia satu tahun tiga bulan itu sakit, Kartika selalu cemas dan merasa bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh kelahiran Baskara yang prematur.
Kartika juga merasa bersalah ketika harus melewati momen-momen terberat menjadi seorang ibu, yaitu menitipkan anak ke orang lain ketika dirinya masih bekerja, dan mengurus anak tanpa bantuan orangtua.
Menemani istri menghadapi berbagai tekanan
Iky dengan sigap selalu mendampingi sang istri ketika ia menghadapi berbagai tekanan. Salah satunya ketika terjadi perbedaan pandangan tentang pengasuhan antara Kartika dengan ibunya.
“Suka ada perbedaan pandangan antara orangtua zaman dulu sama yang sekarang. Contohnya kayak soal penggunaan baby walker. Mungkin orang lihat, ‘Eh ngapain sih baby walker aja diberantemin’. Tapi kan menurut yang langsung bergesekan, itu beda,” tutur dia.
Untuk menenangkan istrinya, Iky selalu menyarankan agar Kartika cukup mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang, tanpa diambil hati.
Sebab, yang lebih tahu tentang dinamika keluarga mereka dan juga tumbuh kembang Baskara, adalah Iky dan Kartika. Lagipula, keputusan yang mencakup keluarga dan anak tetap di tangan keduanya.
Kartika, seorang ibu yang masih berjuang melawan pikirannya sendiri yang mengatakan bahwa ia belum cukup baik menjadi seorang ibu.
“Support-nya itu, ‘Mungkin mama dulu diajarin dari orangtuanya (pakai baby walker) seperti itu. Balik lagi, sekarang kamu mau nerusin itu ke Baskara atau enggak’. Kita ambil sikap yang bijaksana saja. Dengerin, iya-iya aja',” terang Iky.
Tekanan lainnya masih datang dari ibu mertua Iky, kali ini soal akikah. Ia dan Kartika memahami bahwa ibunya ingin Baskara lekas melalui proses akikah. Namun, karena beberapa pertimbangan, mereka masih menundanya.
Ketika istri merasa tidak cukup baik jadi ibu
Terlepas dari apa pun masalah yang muncul, bagi Iky, Kartika sudah menjadi sosok ibu yang sempurna bagi Baskara. Di sisi lain, ia juga memahami bahwa istrinya terlalu cemas dan terlalu memikirkan kemahirannya sebagai seorang ibu.
Untungnya, setiap kali sang istri merasa seperti itu, ia selalu bercerita. Iky sebagai suami, ayah, dan teman hidup Kartika, meyakinkan bahwa memiliki anak adalah keputusan bersama.
Apa pun masalah yang dihadapi, serta kekhawatiran dan kecemasan yang dirasakan oleh Kartika, Iky mengingatkan bahwa semuanya akan dihadapi bersama-sama.
“Apapun yang terjadi, kita jalanin bareng-bareng, hadapi bareng-bareng. Mau ada masalah dari apapun, hadapi,” tutur dia.
Jadi pendengar yang baik dan ajak nongkrong
Dukungan lainnya yang diberikan oleh Iky untuk Kartika adalah menjadi pendengar yang baik, mendengarkan apa pun yang disampaikan oleh istrinya.
Pasalnya, menjadi seorang ibu sudah cukup menambah beban mental perempuan. Belum lagi jika ibu harus menjadi seorang IRT, dan mendapat tekanan dari dalam rumah.
Iky memahami bahwa Kartika membutuhkan teman untuk bercerita.
“Aku jadi teman curhatnya dan dengerin dia ngomong karena menurutku, kadang enggak semua istri mau cerita ke suaminya. Aku dengerin cerita soal kesehariannya, lagi dapat tekanan dari mana. Pokoknya aku jadi tempat dia ngeluarin semua emosinya,” ujar Iky.
Ketika seluruh perasaan kurang mengenakkan sudah dikeluarkan, Kartika bisa kembali melanjutkan perannya sebagai ibu tanpa beban. Ia bisa lebih leluasa dalam mengasuh dan mengajak anak bermain.
“Dan paling sesimpel ngajak jalan. Misalnya jajan cilok, atau beli kopi. Saat momen-momen kayak gitu, mungkin di rumah Kartika enggak mau cerita, pas lagi jalan-jalan jadi mau,” kata dia.
Pesan untuk istri yang berharga
Iky mengaku, selalu bangga dengan istrinya karena telah berjuang untuk mengandung, melahirkan, dan mengasuh anaknya.
“Kalau ada kesempatan untuk menyampaikan pesan tentang betapa berharganya Kartika, aku enggak bisa ngomong. Kayaknya mau meluk aja. Enggak ada kata-kata selain ‘terima kasih’ dan ‘maaf’,” ungkap dia.
Iky ingin meminta maaf belum bisa menghabiskan banyak waktu dengan Baskara, sebanyak Kartika menghabiskan waktu dengan Baskara.
Tuntutan mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga, membuatnya harus bekerja.
“Sebenarnya aku dan Kartika sama-sama berkorban. Kartika berkorban untuk melahirkan dan mengasuh anak. Sama-sama berkorban, cuma dari sisi yang berbeda, dengan porsi yang sama,” tutur Iky.
“Jadi, kalau ingin diomongin, ya aku terima kasih banyak-banyak, dan mohon maaf memang belum bisa kasih yang terbaik untuk Kartika sebagai istri, ataupun ke anak,” pungkas dia.
Tag: #cerita #menghadapi #istri #yang #merasa #belum #sempurna #menjadi #seorang