Ciri-ciri Sekolah Montessori Menurut Pakar, Tak Hanya dari Kurikulum
- Apa saja ciri-ciri sekolah Montessori? Sebaiknya berhati-hati dalam memilih karena saat ini sudah banyak sekolah yang mengklaim bahwa mereka sudah menerapkan metode pendidikan Montessori.
Untuk diketahui, Montessori adalah metode belajar atau pendekatan pembelajaran yang berfokus pada anak-anak, serta kesempatan mereka untuk bebas eksplorasi, mencoba, dan melakukan hal-hal secara mandiri.
Berikut beberapa ciri khas sekolah Montessori selengkapnya.
Ciri-ciri sekolah Montessori
1. Ruang kelas dengan banyak alat peraga
Banyak sekolah mengklaim memakai metode Montessori. Kenali ciri-ciri sekolah Montessori menurut psikolog.
Metode pendidikan Montessori menitikberatkan pada kemandirian. Untuk menunjang hal tersebut, guru perlu melakukan observasi yang mendalam pada kemampuan masing-masing anak.
Seorang expert di Tentang Anak, psikolog Gianti Amanda, M.Psi. T, Montessori, diploma, mengatakan, observasi dilakukan agar guru bisa menghadirkan alat peraga penunjang kegiatan pembelajaran.
“Bedanya sama metode lain adalah observasinya sangat tinggi di metode Montessori, dan adanya alat-alat spesifik yang digunakan,” ucap Gianti saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Beberapa alat yang sering digunakan dalam metode Montessori adalah menara silinder, kubus binominal, dan menara merah muda.
Ruangan yang disesuaikan dengan hasil observasi membuat anak lebih percaya diri dalam melakukan eksplorasi mandiri. Sebab, anak tahu bahwa apa pun yang ingin dilakukan, dipelajari, dan dimainkan, tersedia di ruangan.
“Sekolah yang benar-benar menerapkan metode Montessori, anak-anak di kelasnya itu asyik sendiri karena mereka sudah tahu mau melakukan apa, belajar apa, main apa, dan kelasnya cenderung tenang karena mereka lagi konsentrasi dan fokus,” tutur Gianti.
2. Ada kurikulum sendiri
Banyak sekolah mengklaim memakai metode Montessori. Kenali ciri-ciri sekolah Montessori menurut psikolog.
Ada beragam kurikulum di Indonesia, seperti kurikulum Waldorf, Reggio Emilia, dan Cambridge.
Montessori pun punya kurikulum sendiri yang fokus pada lima area yaitu Practical Life alias kegiatan sehari-hari, Sensori, Bahasa, Matematika, dan Budaya alias pengetahuan umum.
Metode pendidikan lainnya mungkin lebih mendorong anak untuk belajar dengan membaca sendiri lewat buku yang dimiliki dan pemaparan di papan tulis, atau mendengarkan guru menerangkan.
“Di Montessori, masing-masing area itu ada alat-alatnya. Pokoknya kegiatannya banyak banget, di Montessori diajarin banget step by step-nya (langkah demi langkah),” tutur Co-owner dari Amanda Montessori dan Bandung Montessori School ini.
3. Kelas tidak dipisah berdasarkan usia
Banyak sekolah mengklaim memakai metode Montessori. Kenali ciri-ciri sekolah Montessori menurut psikolog.
Dalam metode pendidikan Montessori, anak-anak juga tidak dipisah berdasarkan usia. Biasanya, metode ini sudah bisa diterapkan ketika anak berusia tiga tahun.
“Anak usianya itu digabung, usia tiga sampai enam tahun digabung. Kenapa bisa? Karena mereka fokus di kegiatannya masing-masing,” kata Gianti.
Dengan demikian, anak-anak berusia tiga tahun akan mengerjakan kegiatan sesuai usia mereka, begitu pula dengan anak-anak berusia enam tahun.
Semuanya bisa terjadi ketika ruangan disiapkan dengan baik berdasarkan observasi tenaga pengajar.
4. Ada sesi kegiatan kelompok di luar jam belajar formal
Karena metode pendidikan Montessori mengedepankan kemandirian, kegiatan yang bersifat kelompok dilakukan di luar jam belajar formal.
“Di beberapa sekolah ada juga kegiatan misalnya kayak musik, atau agama, biasanya ada yang dilakukan berkelompok, tapi di luar Montessori time,” terang Gianti.
Untuk lebih memastikan apakah sebuah sekolah memang benar menerapkan metode ini, tentunya orangtua harus berkunjung untuk melihat langsung dan mengobrol dengan para guru.
Semua metode pendidikan sama pentingnya untuk anak
Banyak sekolah mengklaim memakai metode Montessori. Kenali ciri-ciri sekolah Montessori menurut psikolog.
Terlepas dari metode pendidikan yang akhirnya dipilih oleh orangtua, Gianti menegaskan bahwa semua metode pendidikan sama pentingnya untuk anak.
“Saya tidak melihat bahwa Montessori itu yang paling bagus. Kalau menerapkan Montessori pun enggak secara utuh, anak-anak mungkin juga enggak akan secara optimal mendapatkan hasilnya,” kata dia.
Dari setiap metode pendidikan, anak bisa tumbuh menjadi sosok yang cerdas, bijaksana, dan penuh empati, apabila tenaga pengajar menerapkannya secara optimal.
Meskipun ruang kelas mungkin kurang memadai, tetapi ketika guru sepenuh hati mengajar para anak didik, hasil yang diperoleh para murid pun akan optimal.
“Kalau guru-gurunya tetap bersemangat, mencintai pekerjaan dan anak-anaknya, menurut saya hasilnya juga insyaallah akan optimal,” ucap Gianti.
“Memang itu bukan Montessori, cuma bukan berarti itu kurang daripada Montessori. Saya selalu berusaha menjelaskan ke orang-orang, jangan punya pandangan seperti itu (merendahkan metode pendidikan selain Montessori),” lanjut dia.
Tag: #ciri #ciri #sekolah #montessori #menurut #pakar #hanya #dari #kurikulum