Rilis Koleksi Marine Debris, Organic Culture Angkat Isu Sampah dan Biota Laut
- Jenama fesyen lokal, Organic Culture asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengangkat isu limbah plastik dan biota laut yang terancam punah lewat koleksi Marine Debris.
COO Organic Culture, Wanda mengatakan, idenya berkaitan dengan fenomena tahunan yang terjadi pantai selatan Pulau Jawa, ketika angin muson barat bertiup dari Australia ke Indonesia.
“Koleksi ini berdasarkan fenomena marine debris (penumpukan sampah),” tutur Wanda saat ditemui di acara Langkah Membumi oleh Blibli di Jakarta Selatan, Minggu (9/11/2025).
Marine debris atau marine litter adalah ketika sampah yang mengotori lautan terhempas ke tepi pantai karena embusan angin, dalam hal ini angin muson barat.
“Fenomena menumpuknya sampah di sepanjang pesisir pantai selatan ini terjadinya dari Oktober sampai Januari,” ucap Wanda.
Menyortir sampah laut untuk produk fesyen
Produk fesyen dari jenama lokal asal Banyuwangi bernama Organic Culture. Mereka memanfaatkan sumber daya alam di kawasan, serta limbah plastik dan kain perca dari pesisir pantai yang dikumpulkan setiap kegiatan pembersihan pantai tahunan.
Wanda menuturkan, Organic Culture tidak hanya bergerak dalam bidang fesyen berkelanjutan, tapi juga dalam bidang sosial untuk menjaga lingkungan, khususnya area pantai.
Mereka berkolaborasi dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan pembersihan area tepi pantai setiap tahun.
“Nantinya, limbah plastik yang ditemukan di pesisir pantai bisa dijadikan produk fesyen kayak misalnya kancing dan kunci gesper. Limbah kain perca di pesisir pantai juga kita ada upaya untuk membuat bean bag,” ucap dia.
Sampah laut yang terkumpul dan dikelola cukup banyak. Bahkan, pada periode pengumpulan 3 Maret 2024 sampai 10 April 2025, Organic Culture telah mengelola 230 kilogram sampah plastik laut berjenis HDPE, alias plastik yang kuat dan tahan lama.
“Kami sudah mengumpulkan sampah plastik laut kayak tutup botol dan jerigen, untuk dibuat produk seperti kancing dan ring gesper,” tutur Wanda.
Aksesori pelengkap tersebut bisa dilihat dalam sembilan model outfit di koleksi Marine Debris, salah satunya pada vest serbaguna yang bisa digunakan sebagai vest dan tote bag.
Biota laut yang punah
Produk fesyen dari jenama lokal asal Banyuwangi bernama Organic Culture. Mereka memanfaatkan sumber daya alam di kawasan, serta limbah plastik dan kain perca dari pesisir pantai yang dikumpulkan setiap kegiatan pembersihan pantai tahunan.
Di koleksi Marine Debris, lanjut Wanda, pihaknya menampilkan pola batik berupa biota laut.
"ami memiliki pola batik berupa biota laut, yang menggambarkan biota laut yang semakin lama semakin punah karena laut sudah tercemar," ujar dia.
Beberapa biota laut yang bisa dilihat dalam bentuk pola di koleksi ini adalah penyu dan pesut.
Terkait motif batik biota laut, Organic Culture sengaja tidak menggambarnya menyerupai bentuk aslinya.
“Kenapa di sini biota lautnya tidak berbentuk seperti aslinya karena pendiri Organic Culture (dr. Anita Yuni) mempelajari Islamic fashion. Tidak boleh merepresentasikan (makhluk hidup) dalam bentuk nyata,” pungkas Wanda.
Organic Culture adalah jenama fesyen lokal dari kawasan Sky Farm Glenmore di Dusun Krajan, Tegalharjo, Kecamatan Glenmore, yang didirikan pada tahun 2021 oleh dr. Anita Yuni.
Mereka berdiri atas keresahan akan limbah tekstil yang semakin menggunung setiap tahunnya, baik dari pabrik tekstil, produsen pakaian, maupun fast fashion.
Tag: #rilis #koleksi #marine #debris #organic #culture #angkat #sampah #biota #laut