7 Perilaku yang Membuat Orang Kehilangan Rasa Hormat Padamu Secara Perlahan Tanpa Kamu Sadari
Ilustrasi. (Pexels.com)
18:06
2 Juli 2025

7 Perilaku yang Membuat Orang Kehilangan Rasa Hormat Padamu Secara Perlahan Tanpa Kamu Sadari

 

- Kebiasaan-kebiasaan kecil sering kali luput dari perhatian, tapi justru itulah yang perlahan-lahan menggerogoti kredibilitas seseorang. 

Hari ini, mungkin kamu masih jadi orang yang dipercaya dan dihormati. Tapi tanpa sadar, orang-orang mulai berhenti meminta masukan, atau tak lagi melibatkanmu dalam proyek penting.

Bukan karena satu kesalahan besar, tapi karena pola berulang yang tak seorang pun menegur karena terlihat terlalu sepele. 

Berikut tujuh pola yang diam-diam bisa merusak rasa hormat orang lain terhadapmu, seperti dilansir dari VegOut.

Masing-masing ditulis dengan fokus yang praktis dan berdasarkan prinsip psikologi sosial, agar kamu bisa mengenali dan menghentikannya sebelum reputasimu terkikis habis.

1. Membual Secara Terselubung dengan Kedok “Berbagi Kemenangan”

Kalimat seperti, “Aku terkejut saat Wakil Presiden memintaku presentasi—kayaknya keberuntungan itu nyata!” terdengar seperti kerendahan hati. Padahal, sering kali itu hanya bentuk membual yang dibungkus sopan santun.

Masalahnya, sinyal seperti ini membingungkan. Otak sosial menangkap pesan ganda: “Aku hebat, tapi pura-pura tidak.” Dan itu memicu kecurigaan.

Apa yang lebih baik dilakukan:

  • Sebut saja pencapaianmu secara jelas (“Hari ini aku memimpin presentasi”) lalu arahkan ke nilai atau pelajaran yang bisa dibagikan.

  • Kalau merasa canggung, cukup ungkapkan rasa terima kasih: “Senang dipercaya oleh tim.”

Keaslian lebih dihargai daripada kesederhanaan yang dibuat-buat.

2. Keterlambatan Kronis yang Terlihat seperti “Sibuk Karena Gaya”

Terlambat lima menit, lalu sepuluh menit. Orang lain mungkin tidak mengeluh langsung, tapi mereka mulai membentuk ekspektasi negatif: kamu tidak bisa diandalkan. 

Di balik diamnya, ada pemikiran bahwa kamu menganggap waktu mereka kurang penting dari waktumu.

Langkah perbaikan:

  • Audit rutinitas pagimu—hambatan terjadi biasanya bukan karena lalu lintas, tapi transisi tugas yang buruk.

  • Kirim agenda lebih awal agar pertemuan tetap bisa berjalan meski kamu datang terlambat.

Konsistensi adalah mata uang dalam hubungan profesional maka gunakan dengan bijak.

3. Keluhan Kecil yang Meracuni Suasana

Keluhan tentang kopi yang kurang panas, lift yang lambat, atau email klien yang datang di menit terakhir terasa sepele. 

Tapi studi tentang penularan emosi menunjukkan bahwa suasana negatif menyebar lebih cepat daripada energi positif. Dalam jangka panjang, orang-orang mulai menjauh secara emosional.

Untuk memperbaiki suasana:

  • Ubah keluhan menjadi tindakan: “Liftnya lambat—bagaimana kalau kita buat laporan pemeliharaan?”

  • Latih diri untuk menyebut dua hal positif setiap kali kamu menyampaikan satu hal negatif.

Orang akan lupa apa yang kamu katakan, tapi mereka akan selalu ingat bagaimana kamu membuat mereka merasa.

4. Membocorkan Informasi Pribadi dalam Percakapan “Aman”

Menyebut rencana resign rekan kerja karena “sebentar lagi juga semua orang tahu” atau membagikan dokumen penting demi efisiensi bisa terlihat tidak berbahaya. 

Tapi setiap kali kamu menyebarkan sesuatu yang bukan milikmu, kepercayaan orang mulai goyah.

Cara menutup kebocoran:

  • Saat tergoda berbagi informasi, tanya: “Apakah ini cerita milikku?” Jika tidak, tahan diri.

  • Jika perlu membagikannya, mintalah izin secara eksplisit dan jelaskan tujuannya.

Jadilah orang yang dikenal menjaga rahasia maka rasa hormat orang lain akan meningkat secara otomatis.

 5. Komunikasi Pasif-Agresif: Emoji Samar, Komentar Kabur

Balasan seperti “Tentu (emoji jempol)” padahal sebenarnya kamu tidak setuju, atau komentar samar seperti “Pilihan yang menarik” tanpa penjelasan, menempatkan beban tafsir pada orang lain. Ini membingungkan, melelahkan, dan mengikis kepercayaan.

Lebih baik begini:

  • Ganti isyarat dengan fakta: “Aku khawatir jadwal ini terlalu ketat—boleh kita bahas alternatifnya?”

  • Jika komunikasi tertulis terasa tidak pas, tambahkan pesan suara singkat atau langsung lakukan panggilan.

Keterusterangan yang lembut selalu lebih baik daripada ketidakjelasan yang sopan.

6. Membatalkan Janji Kecil dengan Mudah

Janji-janji seperti “Aku kirim slidenya malam ini,” atau “Kita ngopi minggu depan,” mudah diucapkan dan mudah pula dilupakan. Tapi setiap janji mikro yang tidak ditepati mengikis rasa percaya sedikit demi sedikit.

Untuk mengembalikan kepercayaan:

  • Jangan terlalu mudah membuat komitmen. Jika berjanji, jadwalkan saat itu juga.

  • Jika lupa, akui secara langsung dan tawarkan solusi konkret (“Maaf, belum terkirim. Kamu akan terima slidenya paling lambat besok pagi.”)

Permintaan maaf yang cepat dan jelas jauh lebih berkesan daripada penjelasan yang panjang.

7. Menghindari Tanggung Jawab dengan Alasan Kreatif

“IT sedang error.” “Brief-nya kurang jelas.” Kalimat-kalimat seperti ini bisa terdengar wajar sekali dua kali. Tapi jika terus diulang, orang akan mulai melihat pola: kamu lebih sibuk menyelamatkan ego daripada menyelesaikan masalah.

Balikkan polanya:

  • Kalimat pertama setelah ada kesalahan: “Ini yang bisa aku lakukan lebih baik.”

  • Kalimat kedua: solusi, bukan pembelaan.

Tanggung jawab tidak selalu menyenangkan, tapi justru di situlah rasa hormat dibangun kembali.

Kehilangan rasa hormat jarang terjadi secara tiba-tiba. Ia hilang dalam bentuk kecil—lewat kata, kebiasaan, dan keputusan yang diabaikan. 

Tapi kabar baiknya, hal-hal kecil juga bisa jadi jalan untuk membangunnya kembali. Dan itu bisa dimulai dari sekarang.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #perilaku #yang #membuat #orang #kehilangan #rasa #hormat #padamu #secara #perlahan #tanpa #kamu #sadari

KOMENTAR