



Mengundang Malapetaka! Inilah 7 Pantangan di Bulan Suro yang Sudah Terbukti Bikin Hidup Sengsara Jika Dilanggar
- Bulan Suro bukan sekadar awal kalender Jawa, tetapi waktu yang dianggap sakral dan penuh makna spiritual.
Dalam tradisi Jawa, bulan ini diyakini sebagai saat di mana dunia nyata dan gaib saling bersinggungan. Karena itu, masyarakat menjaga kesunyian, menghindari pesta, serta melakukan doa dan tirakat.
Berbagai larangan seperti menikah, pindah rumah, atau keluar malam pada malam satu Suro dipercaya bisa mendatangkan musibah.
Meski ada yang menganggapnya mitos, banyak yang masih meyakini nilai-nilai ini sebagai bentuk perlindungan dan upaya menjaga harmoni dengan alam.
Bulan Suro bukan tentang ketakutan, melainkan saat untuk introspeksi, menyucikan batin, dan kembali pada kearifan leluhur.
Lalu apa saja sih tujuh larangan di bulan Suro yang bisa mengundang malapetaka? Simak daftar lengkap penjelasannya seperti dikutip dari kanal YouTube MBAH EKO DAENG, Rabu (2/6).
1. Larangan menikah di bulan Suro — Cinta yang tertunda, hidup yang selamat
Dalam tradisi Jawa, menikah di bulan suro dianggap tabu. Bukan tanpa sebab, kepercayaan ini berpijak pada pemahaman bahwa Suro adalah bulan untuk menyendiri dan membersihkan diri, bukan untuk bersukacita.
Maka, menggelar hajatan pernikahan yang penuh gelak tawa dan keramaian dianggap tidak selaras dengan energi spiritual bulan ini.
Dulu, banyak pasangan yang memaksa menikah di bulan Suro mengalami hal-hal tak diinginkan. Rumah tangga yang tak langgeng, sakit yang berkepanjangan, bahkan kematian mendadak.
Apakah itu kebetulan, atau ada getaran yang memang terganggu? Filosofinya dalam. Menikah bukan sekadar menyatukan dua orang, tapi juga dua nasib dan dua garis hidup.
Jika dimulai di waktu yang salah, bisa-bisa pondasinya rapuh sejak awal. Suro mengajarkan, tahan sebentar, tunda demi keselamatan. Kadang cinta diuji bukan oleh jarak, tapi oleh waktu yang tak tepat.
2. Larangan pindah rumah dan buka usaha — Awal yang salah bisa akhiri segalanya
Pindah rumah atau membuka usaha baru di bulan Suro sering dianggap mendatangkan nasib buruk.
Larangan ini berpijak pada keyakinan bahwa Suro adalah masa transisi alam, ketika energi belum stabil dan roh leluhur serta makhluk halus sedang berkelana.
Jika seseorang memulai sesuatu yang besar seperti pindah tempat tinggal atau membuka usaha di tengah ketidakstabilan energi, maka hasilnya dikhawatirkan tidak akan awet.
Bangunan yang dihuni akan terasa berat, usaha yang dibuka akan jalan di tempat. Suro adalah saat untuk merenung, bukan mengganti nasib.
Waktu terbaik untuk berpindah dan memulai adalah setelah energi bumi kembali netral. Sabar sebulan, bisa selamat seumur hidup.
3. Larangan berpesta dan hura-hura
Ini karena Suro bukan waktu menantang semesta, mengadakan pesta, merayakan ulang tahun besar-besaran, bahkan sekadar karaoke sampai malam dianggap tidak pantas di bulan Suro.
Mengapa? Karena bulan ini diyakini sebagai masa sunyi. Saat dunia kasat mata dan gaib berdekatan, riuh rendah dianggap bisa menantang entitas tak kasat mata yang sedang berjalan.
Dari sisi spiritual, bulan Suro bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk menenangkan jiwa. Banyak orang memilih berdoa, bertirakat, atau menyendiri.
Dalam ketenangan, jiwa manusia lebih mudah menangkap sinyal-sinyal dari langit. Dalam pesta, kadang justru kita kehilangan arah hidup.
Suro mengajarkan pengendalian. Jika kamu bisa menahan diri di bulan penuh godaan ini, kamu sedang melatih kekuatan batinmu untuk menghadapi badai kehidupan.
4. Larangan menggelar hajatan — Karena energi gaib tak bisa diajak kompromi
Mengadakan hajatan besar seperti khitanan, tasyakuran, atau ulang tahun desa pada bulan Suro dianggap tidak baik.
Larangan ini erat kaitannya dengan kepercayaan bahwa makhluk halus sedang banyak berkeliaran dan tempat-tempat keramaian menjadi sasaran paling rentan.
Ada cerita lama di desa-desa Jawa. Keluarga yang mengadakan hajatan di malam satu Suro mendadak terkena musibah.
Mulai dari makanan basi, hujan deras tak henti, hingga tamu yang kesurupan. Apakah itu kebetulan atau semesta sedang memperingatkan?
Dalam kepercayaan Jawa, bulan Suro adalah milik para leluhur dan penjaga alam. Maka, manusia dianjurkan untuk menghormatinya, bukan menyainginya dengan kegembiraan duniawi.
5. Larangan berkata sembarangan dan menantang takdir — Karena mulut adalah cermin takdirmu
Di bulan Suro, ucapan dianggap memiliki daya magis yang lebih kuat dari biasanya. Kata-kata adalah doa, dan bulan Suro diyakini mempercepat doa, baik atau buruk.
Jika kamu berseloroh tentang hal celaka, jangan kaget jika semesta menganggapmu serius. Bulan Suro mendidik kita untuk menjaga lisan.
Karena dari mulut, bisa lahir kedamaian atau kehancuran. Bicaralah yang baik, meskipun hatimu sedang gelap, karena bisa jadi itu yang menyelamatkanmu dari nasib buruk.
6. Larangan menyakiti dan membunuh — Karena balasan bisa datang lebih cepat dari biasanya
Ada kepercayaan bahwa perbuatan keji yang dilakukan di bulan Suro akan dibalas lebih cepat.
Menyakiti orang, menganiaya binatang, apalagi sampai membunuh, bahkan hewan kecil pun, dianggap sebagai tindakan yang menantang keadilan langit.
Konon, Suro adalah bulan pencatatan besar, di mana setiap tindakan dicatat lebih teliti. Jika seseorang sembrono dalam berbuat dosa, maka balasannya bisa datang tanpa jeda.
Banyak cerita tentang orang yang memukul hewan sembarangan di bulan Suro, lalu sakit aneh dan sulit sembuh.
Pesan Suro jelas, jangan dzolim meski pada yang lemah, karena semesta sedang sensitif. Dan jika semesta sedang memperhatikan, lebih baik kita memperbaiki diri daripada mencoba jadi penguasa sesaat.
7. Larangan keluar malam di satu Suro — Karena jalanan tidak sepi seperti yang kamu kira
Malam satu Suro dikenal sebagai malam keramat. Banyak yang melakukan tirakatan, berendam di sungai, atau menyepi di tempat sakral.
Tapi bagi yang tidak tahu apa-apa, keluar malam tanpa tujuan di malam ini justru dianggap berbahaya.
Konon, iring-iringan makhluk gaib seperti kirap keraton jin, rombongan arwah penasaran, atau parade roh penjaga desa akan melintasi bumi.
Jika seseorang tidak sengaja melintas atau mengganggu, bisa-bisa ketempelan, kerasukan, atau mengalami nasib buruk.
Tag: #mengundang #malapetaka #inilah #pantangan #bulan #suro #yang #sudah #terbukti #bikin #hidup #sengsara #jika #dilanggar