Jika Anda Memiliki Kebiasaan Menertawakan Rasa Sakit Anda Sendiri untuk Membuat Orang Lain Merasa Nyaman, Sepertinya Anda Memiliki 9 Sifat Ini
seseorang yang menertawakan rasa sakitnya sendiri. (Freepik/freepik)
18:00
22 Juni 2025

Jika Anda Memiliki Kebiasaan Menertawakan Rasa Sakit Anda Sendiri untuk Membuat Orang Lain Merasa Nyaman, Sepertinya Anda Memiliki 9 Sifat Ini

 

JawaPos.com - Dalam pergaulan sehari-hari, tak jarang kita menemui orang yang terlihat selalu ceria dan suka bercanda, bahkan saat membicarakan pengalaman pahit mereka sendiri.

Mereka kerap menertawakan luka batin atau rasa sakit pribadi seolah hal itu adalah bagian dari lelucon, semua demi membuat orang lain merasa nyaman.

Dilansir dari Geediting pada Minggu (22/6), jika Anda termasuk orang yang memiliki kebiasaan seperti ini, bisa jadi Anda bukan hanya berjiwa humoris, tetapi menyimpan sembilan sifat khas yang menarik jika dilihat dari kacamata psikologi.

1. Empati yang Sangat Tinggi

Orang yang suka menertawakan rasa sakitnya sendiri sering kali memiliki empati yang kuat.

Mereka tidak ingin membuat orang lain merasa canggung, sedih, atau terbebani oleh cerita duka mereka.

Mereka memilih mengemas kesedihan dengan humor agar suasana tetap ringan.

Dalam banyak kasus, empati ini berasal dari pengalaman pribadi yang membuat mereka lebih peka terhadap perasaan orang lain.

2. Kecenderungan Menyembunyikan Luka Batin

Menurut psikologi, kebiasaan ini juga bisa menandakan adanya mekanisme pertahanan diri bernama self-deprecating humor atau humor yang mengorbankan diri sendiri.

Dengan menertawakan rasa sakitnya, seseorang bisa menghindari perasaan rapuh, terhakimi, atau dikasihani.

Namun di balik tawa itu, sering kali tersembunyi luka batin yang belum benar-benar sembuh.

3. Rasa Tanggung Jawab Emosional Terhadap Lingkungan Sekitar

Orang seperti ini cenderung merasa bertanggung jawab untuk menjaga kenyamanan emosional orang-orang di sekitarnya, bahkan jika itu berarti mengorbankan kenyamanan diri sendiri.

Mereka ingin memastikan bahwa orang lain tidak merasa bersalah, tidak canggung, dan tidak terbebani.

4. Sulit Meminta Bantuan

Mereka terbiasa tampil kuat, bahkan saat sedang hancur di dalam.

Dengan menjadikan rasa sakit sebagai bahan tertawaan, mereka mengirim pesan tidak langsung bahwa mereka "baik-baik saja", padahal kenyataannya bisa jadi sebaliknya.

Psikologi menyebut ini sebagai bentuk emotional masking, yakni menyamarkan emosi sebenarnya untuk menghindari perhatian atau kelemahan.

5. Memiliki Kepintaran Emosional (Emotional Intelligence) yang Tinggi

Butuh kecerdasan emosional yang tinggi untuk bisa memahami konteks sosial dan menyesuaikan ekspresi diri agar tidak membebani orang lain.

Orang yang bisa menyulap penderitaan pribadi menjadi bahan candaan ringan biasanya mampu membaca suasana hati orang lain dengan sangat baik.

6. Rendah Hati dan Tidak Ingin Menjadi Pusat Perhatian

Salah satu alasan mereka menertawakan kesedihan sendiri adalah karena tidak ingin menjadi pusat perhatian yang dikasihani.

Mereka merasa lebih nyaman ketika perhatian teralihkan atau ketika suasana tetap hangat, alih-alih sunyi karena cerita sedih mereka.

7. Pengalaman Masa Lalu yang Menempa

Sering kali, kebiasaan ini dibentuk oleh pengalaman masa kecil atau remaja yang sulit.

Dalam banyak studi psikologi, orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang keras atau tidak memberi ruang untuk menunjukkan kerentanan, akan belajar bahwa menyamarkan kesedihan dengan tawa adalah cara bertahan hidup yang efektif.

8. Ketangguhan Mental yang Jarang Disadari

Meski tampak ringan dan jenaka, orang yang mampu tertawa di atas penderitaannya sendiri sebenarnya memiliki daya tahan mental yang luar biasa.

Mereka bukan hanya bertahan dalam situasi sulit, tapi juga berhasil memodifikasinya menjadi sesuatu yang bisa diterima secara sosial, bahkan menghibur.

9. Cenderung Mengabaikan Kesejahteraan Diri Sendiri

Sayangnya, kebiasaan ini sering membuat mereka lupa bahwa diri sendiri pun butuh ruang untuk didengarkan, disembuhkan, dan dirawat.

Mereka terlalu sibuk membuat orang lain nyaman, hingga melupakan pentingnya memberi kenyamanan untuk diri sendiri.

Dalam jangka panjang, ini bisa mengarah pada kelelahan emosional atau burnout jika tidak ditangani dengan bijak.

Penutup: Tawa Tidak Selalu Pertanda Bahagia

Jika Anda terbiasa menertawakan rasa sakit sendiri demi membuat orang lain nyaman, Anda mungkin memiliki kekuatan emosional yang luar biasa.

Namun jangan lupa, Anda juga manusia yang berhak merasakan dan menunjukkan kesedihan.

Memberi kenyamanan kepada orang lain memang mulia, tapi memberi ruang bagi diri sendiri untuk sembuh adalah bentuk cinta diri yang sama pentingnya.

Tidak ada yang salah dengan menertawakan luka, selama Anda juga memberi waktu untuk menyembuhkannya.

Karena dalam dunia psikologi, tawa dan air mata sering kali berjalan beriringan—dan keduanya adalah bagian sah dari menjadi manusia yang utuh.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #jika #anda #memiliki #kebiasaan #menertawakan #rasa #sakit #anda #sendiri #untuk #membuat #orang #lain #merasa #nyaman #sepertinya #anda #memiliki #sifat

KOMENTAR