Orang yang Tak Pernah Mendapat Pujian Saat Kecil Biasanya Menunjukkan 7 Perilaku Menurut Psikologi
Perilaku orang yang tak pernah mendapat pujian saat kecil menurut psikologi. (Freepik/ freepik)
18:04
16 Juni 2025

Orang yang Tak Pernah Mendapat Pujian Saat Kecil Biasanya Menunjukkan 7 Perilaku Menurut Psikologi

 

 Menurut psikologi, pengalaman masa kecil yang minim pujian atau apresiasi sering kali meninggalkan jejak mendalam dalam pembentukan kepribadian dan pola perilaku seseorang saat dewasa.

Mereka yang tumbuh tanpa merasakan validasi atau penghargaan sejak kecil cenderung memperlihatkan sejumlah perilaku khas sebagai bentuk kompensasi atas luka batin yang tak pernah disadari.

Ketidakmampuan untuk merasa cukup dan dihargai sering kali membuat mereka terjebak dalam lingkaran overthinking, takut gagal, dan merasa tidak layak atas kesuksesan yang diraih.

Inilah alasan mengapa memahami berbagai perilaku orang yang tak pernah mendapat pujian saat kecil penting dalam sudut pandang psikologi, karena setiap tindakan mereka kerap berakar dari luka masa lalu yang belum selesai.

Dilansir dari Hack Spirit pada Senin (16/6), diterangkan bahwa ada tujuh perilaku orang yang tak pernah mendapat pujian saat kecil menurut psikologi.

  1. Keterlaluan untuk berprestasi

Dorongan internal untuk membuktikan kemampuan diri menjadi motivasi tersendiri bagi mereka yang tidak mendapatkan pengakuan semasa kecil.

Setiap pencapaian dianggap sebagai kesempatan untuk menunjukkan potensi yang tersembunyi.

Mereka cenderung bekerja lebih keras dibandingkan rekan sebayanya dalam berbagai bidang kehidupan.

Akademik, profesi, hingga hobi menjadi medan untuk memperoleh pengakuan yang selama ini terlewatkan.

Mekanisme pertahanan diri ini mendorong individu untuk selalu mencapai standar tertinggi dalam setiap aktivitas.

Tanpa disadari, mereka menggunakan prestasi sebagai alat untuk memvalidasi eksistensi dirinya.

Keberhasilan bukan sekadar pencapaian, melainkan pembuktian diri. Namun, penting untuk memahami bahwa motivasi semacam ini dapat berdampak positif maupun negatif tergantung perspektif individu.

  1. Kesulitan menerima pujian

Respon awal ketika menerima apresiasi adalah penolakan atau pengalihan pembicaraan. Mekanisme pertahanan diri yang terbentuk sejak masa kanak-kanak membuat mereka merasa tidak layak menerima pengakuan.

Setiap kali mendapatkan pujian, mereka cenderung merendahkan diri atau membuat lelucon untuk meredakan ketidaknyamanan.

Akar masalah ini berasal dari pengalaman masa kecil di mana prestasi selalu diabaikan atau dianggap biasa saja.

Proses penerimaan pujian membutuhkan kerja keras dalam pengembangan diri dan kesadaran diri.

Mereka perlu belajar mengakui kemampuan sendiri tanpa merasa bersalah atau tidak pantas.

Upaya untuk mengubah pola pikir ini memerlukan waktu dan proses introspeksi yang mendalam.

Secara perlahan, mereka mulai membangun kepercayaan diri dan kemampuan menerima apresiasi dengan lapang dada.

  1. Ketakutan akan kegagalan

Teori psikologis menunjukkan bahwa kurangnya penghargaan di masa kecil dapat membentuk pola pikir yang tidak fleksibel.

Individu mengembangkan keyakinan bahwa kemampuan mereka bersifat statis dan tidak dapat dikembangkan.

Setiap tantangan dianggap sebagai ancaman potensial yang dapat mengungkap ketidakmampuan mereka.

Mereka cenderung menghindari situasi yang berisiko gagal untuk melindungi harga diri. Ketakutan akan penolakan membuat mereka memilih jalaman aman dan menghindari kesempatan pertumbuhan. Pikiran negatif selalu menghantui setiap langkah yang akan diambil.

Mereka membutuhkan waktu untuk membangun pola pikir yang lebih adaptif dan berkembang.

Transformasi mental ini memerlukan kesadaran diri dan tekad untuk melawan ketakutan yang selama ini mengekang.

  1. Perfeksionisme berlebihan

Standar yang tidak realistis menjadi karakteristik utama bagi mereka yang tidak mendapatkan apresiasi di masa kecil.

Setiap kesalahan dianggap sebagai indikasi ketidakmampuan total. Mereka membangun pertahanan diri dengan menciptakan standar kesempurnaan yang sangat tinggi.

Tujuannya adalah membuktikan bahwa mereka layak dicintai dan diterima. Tekanan internal untuk selalu tampil sempurna dapat menimbulkan stres berkepanjangan.

Mereka menghabiskan energi yang besar untuk memastikan tidak ada celah sedikitpun dalam setiap aktivitas.

Konsekuensinya adalah kelelahan mental dan emosional yang kronis. Pengalaman masa kecil telah membentuk keyakinan bahwa hanya kesempurnaan yang dapat diterima.

Mereka perlu belajar mengembangkan sikap lebih santai dan menerima keterbatasan manusiawi.

  1. Kesulitan mengekspresikan emosi

Mekanisme pertahanan diri yang terbentuk sejak masa kecil membuat mereka kesulitan mengungkapkan perasaan.

Emosi dianggap sebagai hal yang lemah dan tidak penting. Mereka membangun benteng pertahanan psikologis untuk melindungi diri dari kemungkinan penolakan.

Setiap dorongan untuk mengungkapkan perasaan akan segera diredam. Komunikasi emosional menjadi sesuatu yang sangat sulit dilakukan.

Mereka lebih memilih menyimpan segala sesuatu dalam diri sendiri. Proses introspeksi diperlukan untuk membongkar pertahanan ini. Dibutuhkan waktu dan keseriusan untuk mulai membuka diri.

Mereka perlu belajar bahwa mengekspresikan emosi bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, hal itu merupakan bentuk kekuatan dan kedewasaan.

  1. Kritik berlebihan

Fokus pada kekurangan menjadi kebiasaan yang melekat pada mereka yang tidak mendapatkan apresiasi di masa kecil. Setiap hal selalu dilihat dari sisi negatif dan membutuhkan perbaikan.

Mereka cenderung keras terhadap diri sendiri dan orang lain. Standar penilaian yang tinggi diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Pekerjaan, penampilan, hingga hubungan sosial selalu dianalisis dengan kacamata kritik. Mekanisme ini berkembang sebagai upaya melindungi diri dari kemungkinan penolakan.

Mereka percaya bahwa dengan terus mengkritik, mereka dapat mencegah kegagalan. Ironisnya, sikap ini justru dapat merusak hubungan interpersonal.

Mereka membutuhkan kesadaran untuk mengembangkan perspektif yang lebih seimbang dan konstruktif.

  1. Kebutuhan kontrol yang tinggi

Pengalaman masa kecil yang tidak menentu telah membentuk mekanisme pertahanan berupa kontrol yang ketat.

Setiap aspek kehidupan diatur dengan perhitungan cermat untuk menghindari ketidakpastian.

Mereka kesulitan mendelegasikan tugas karena merasa tidak ada yang dapat melakukan sebaik dirinya.

Keteraturan menjadi pelarian dari ketidaknyamanan masa lalu. Setiap penyimpangan dari rencana dianggap sebagai ancaman potensial.

Mereka menghabiskan energi yang besar untuk mengendalikan situasi. Fleksibilitas menjadi hal yang sulit dilakukan.

Ironisnya, upaya kontrol berlebihan justru dapat menimbulkan kecemasan tersendiri. Mereka perlu belajar melepaskan sebagian kontrol dan mempercayai proses.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #orang #yang #pernah #mendapat #pujian #saat #kecil #biasanya #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi

KOMENTAR