



Cerita Eks Karyawan Startup Kena PHK Dua Kali, Kaget dan Ragu dengan Value Diri
Klara Livia harus menelan mentah-mentah kenyataan pahit saat surat pemutusan hubungan kerja (PHK) mendarat di mejanya pada Agustus 2024.
Perempuan yang sebelumnya bekerja di perusahaan startup teknologi ini mengaku tidak terlalu terkejut dengan kenyataan di hadapannya.
Selain karena ia sebelumnya sudah pernah merasakan PHK pada 2022, ia juga menyadari tanda-tanda yang mulai muncul beberapa minggu sebelumnya.
“Terus yang Agustus, aku enggak selamat. Yang pas waktu aku PHK yang kedua kali ini, tuh, aku udah melihat tanda-tanda,” kata Klara saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (10/4/2025).
Jauh sebelum ia masuk ke industri startup teknologi, Klara memulai kariernya dari bidang yang sangat berbeda.
Sebagai lulusan jurnalistik, ia sempat mencoba peruntungan di dunia media sebagai reporter.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia merasa tidak menemukan prospek jangka panjang di bidang tersebut.
“Aku tuh ngerasa pekerjaan reporter itu masa depannya kurang bagus gitu. Makanya, aku switching karier,” cerita Klara.
Tak ingin berlarut dalam ketidakpastian, ia memutuskan untuk mempelajari bidang lain yang lebih menjanjikan, yakni UI/UX.
Saat itu, UI/UX sangat digandrungi oleh banyak perusahaan digital yang tengah berkembang pesat, terutama di industri startup.
Dengan belajar lewat bootcamp dan menyusun portofolio, Klara berhasil berhasil mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai UX researcher.
“Tuhan baik banget sama aku. Aku belum selesai bootcamp, tapi udah keterima jadi UX researcher,” ungkapnya.
Setelah beberapa waktu bekerja di perusahaan tersebut, ia kemudian pindah ke startup lain yang fokus sebagai penyedia layanan penghubung bisnis.
Klara merasa nyaman dengan ritme pekerjaan dan lingkungannya. Pendapatannya di perusahaan pun cukup stabil.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Beberapa bulan setelah bergabung, perusahaan tempat Klara bekerja memutuskan untuk melakukan rebranding dan mengganti arah bisnis.
Perubahan besar itu membuat beberapa karyawan terpaksa dilepas. Pada Juni 2022, Klara terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya termasuk dalam daftar karyawan yang di-PHK.
“Jadi aku baru masuk Oktober 2021, cuma sampai Juni udah di-cut karena mereka mau rebranding, ganti haluan. Terus produk yang aku kerjain itu di-stop, kurang lebih kayak gitu,” jelasnya.
Saat pertama kali mendengar kabar tersebut, ia merasa seperti disambar petir. Perasaan kecewa dan cemas langsung menghantuinya, terlebih ia merasa baru saja menemukan tempat yang cocok untuk berkembang setelah beralih karier dari jurnalistik ke bidang UI/UX.
Namun, Klara mencoba untuk menerima kenyataan itu dan mencari pekerjaan baru. Meskipun awalnya merasa terkejut, ia segera memutuskan untuk bergerak cepat dan tidak terlarut dalam kekecewaan.
Untungnya, saat itu bidang UI/UX masih digandrungi banyak perusahaan. Alhasil, ia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai UX writer di perusahaan startup teknologi dalam kurun waktu yang tidak lama.
“UI/UX masih booming, jadi aku enggak terlalu kesulitan buat cari kerja. Dua minggu, tiga minggu doang, aku udah dapet lagi yang baru," kata Klara.
Di perusahaan itu, ia bekerja selama kurang lebih dua tahun. Selama bekerja, Klara merasa semakin berkembang dan nyaman dengan pekerjaannya sebagai UX writer.
Meskipun begitu, ketenangannya kembali diusik ketika perusahaan mengalami kendala internal akibat kesalahan manajemen.
Dampaknya, perusahaan harus melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran, termasuk memangkas jumlah karyawan.
Pada gelombang pertama dan kedua, Klara masih selamat. Namun, pada gelombang ketiga, ia harus menerima kenyataan bahwa namanya masuk dalam daftar karyawan yang di-PHK.
“(Perusahaan) udah sempat ngelakuin PHK tiga kali. Aku kena yang terakhir gitu,” ujarnya.
Kehilangan semangat
Meski sudah pernah mengalami PHK sebelumnya, kejadian tersebut tetap meninggalkan luka.
Terlebih, Klara merasa sudah mulai menemukan ritme dan semangat kerja di tempat tersebut.
Perasaan ragu dan kehilangan semangat sempat menghantui dirinya. Ia bahkan meragukan value-nya sebagai seseorang yang berkecimpung di bidang UI/UX.
“Terus kayak mempertanyakan value diri aku sampai aku merasa pekerjaanku gampang banget digantiin AI,” jelasnya.
Namun, ia tidak mau terus terlarut dalam perasaan itu. Ia memiliki prinsip untuk berusaha mencari cara mendapatkan penghasilan, apapun yang terjadi.
Ia menyadari bahwa hidup harus terus berjalan dan kebutuhan finansial tak bisa ditunda.
“Aku, sih, realistis aja, aku pengin duit. Aku enggak mau terpuruk terlalu lama karena dunia tuh berputar,” ujarnya.
Selain itu, Klara juga meyakini bahwa dia tidak sendirian. Ia merasa lebih tenang setelah bergabung dengan grup chat bersama rekan-rekan yang juga terkena PHK di perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.
Tidak lupa, ia berusaha untuk tetap bersyukur meski situasinya tidak mudah. Tak jarang, ia menonton konten-konten yang berkaitan dengan PHK di media sosial untuk mencari orang-orang yang bernasib sama dengannya.
“Aku, tuh, nyari di TikTok orang-orang yang kena (PHK) juga, jadi kayak ngerasa banyak teman,” kata Klara.
Saat ini, ia berhasil diterima di perusahaan korporat di Tangerang sebagai public relations specialist.
Meski sempat merasa kehilangan arah setelah dua kali di-PHK, Klara kini merasa lebih percaya diri dengan kemampuannya.
Baginya, perjalanan karier ini mengajarkannya untuk tidak cepat menyerah dan selalu memberikan hasil yang terbaik.
Selain itu, ia menyarankan untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau komunitas yang memiliki pengalaman serupa.
Menurutnya, berbagi cerita dengan sesama dapat membantu kita menghadapi tantangan yang harus dilewati.
“Pokoknya surround yourself with orang-orang yang supportive dan mendukung lu, misalnya kayak gue punya teman-teman dan keluarga segala macam,” tutupnya.
Tag: #cerita #karyawan #startup #kena #kali #kaget #ragu #dengan #value #diri