Trump Usulkan Rekonstruksi Gaza Pasca Perang
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengajukan rencana untuk membangun kembali Gaza yang hancur akibat perang antara Israel dan Hamas.
Pernyataan ini disampaikan kepada wartawan di Air Force One pada Sabtu (25/1/2025).
Trump mengungkapkan keinginannya agar Mesir dan Yordania mengambil alih warga Palestina dari wilayah tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah.
Sebelumnya, Trump telah melakukan pembicaraan dengan Raja Yordania Abdullah II mengenai masalah ini dan berharap dapat berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Minggu (26/1/2025).
Ia menyatakan, lokasi di Gaza kini berubah menjadi puing-puing akibat konflik yang dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023.
"Saya ingin Mesir menerima orang. Dan saya juga ingin Yordania menerima orang," kata Trump, seperti dikutip dari kantor berita AFP.
"Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kami hanya membersihkan seluruh tempat itu. Anda tahu, selama berabad-abad telah terjadi banyak konflik di tempat itu," imbuhnya.
Trump juga menyampaikan, sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi, bahkan dilakukan berkali-kali.
Ia menegaskan, pemindahan penduduk Gaza dapat dilakukan secara sementara atau jangka panjang.
"Saat ini, tempat itu benar-benar seperti lokasi pembongkaran, hampir semuanya hancur dan orang-orang sekarat di sana," tambahnya.
"Saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi lain tempat mereka mungkin dapat hidup dengan damai untuk perubahan," harap Trump.
Diketahui, serangan balasan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Palestina, dengan infrastruktur yang rusak parah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa proses rekonstruksi akan memakan waktu bertahun-tahun.
Pada Oktober lalu, selama kampanye presidennya, Trump menyatakan, Gaza yang dilanda perang bisa lebih baik daripada Monaco jika dibangun kembali dengan cara yang benar.
Menantu Trump, Jared Kushner, yang juga mantan karyawan Gedung Putih, sebelumnya menyarankan agar Israel mengosongkan Gaza dari warga sipil untuk membuka potensi properti tepi lautnya.
Namun, bagi warga Palestina, setiap upaya untuk memindahkan mereka dari Gaza akan membangkitkan kenangan sejarah kelam tentang apa yang disebut dunia Arab sebagai "Nakba," atau bencana pemindahan massal warga Palestina selama pembentukan Israel 75 tahun yang lalu.