Media Timur Tengah Bongkar Strategi Bertahan Hamas di Gaza yang Buat Israel 'Gila'
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 
18:20
24 Januari 2025

Media Timur Tengah Bongkar Strategi Bertahan Hamas di Gaza yang Buat Israel 'Gila'

– Salah satu media Timur Tengah, The Cradle, menyebut strategi bertahan para pejuang Hamas di Jalur Gaza telah membuat Israel "gila".

The Cradle mengatakan pembebasan tiga warga Israel yang disandera Hamas memicu sorotan besar dari media-media Israel.

Lalu, peristiwa dramatis berupa keluarnya para pejuang Hamas dari puing-puing bangunan telah meruntuhkan narasi resmi pejabat Israel mengenai perang di Gaza dan perlakuan Hamas terhadap para sandera.

Warga Israel pun bertanya mengenai apa yang dilakukan Israel di Gaza selama 15 bulan belakangan.

"Brigade Al Qassam (sayap militer Hamas) mengatur setiap detail peristiwa itu untuk memastikan dampaknya. Mulai dari kantong berisi hadiah hingga seragam pejuang, pertunjukan itu memperlihatkan perhitungan yang akurat," kata media itu.

"Sebuah pawai militer bahkan digelar di Lapangan Saraya, sebuah area yang dikepung oleh pasukan pendudukan Israel."

Menurut media itu, Hamas sengaja memilih menggelar pawai di sana untuk menyimbolkan kekalahan Israel.

Hamas saat menyerahkan sandera Israel Hamas saat menyerahkan sandera Israel (Screenshot YouTube Sky News)

Pembebasan tiga sandera sempat ditunda beberapa jam sehingga menimbulkan kebingungan di antara warga Israel dan bahkan memunculkan dugaan pelanggaran gencatan senjata.

Namun, Brigade Al Qassam tiba-tiba mengejutkan warga Israel dengan mengumumkan nama sandera akan dibebaskan. Pengumuman itu disampaikan sebelum militer Israel bisa mengumumkannya.

Tiga sandera yang dibebaskan diberi sertifikat dalam bahasa Ibrani dan Arab. Hal ini mirip dengan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

Tiga sandera itu diberi suvenir, salah satunya peta mendetail tentang Jalur Gaza. Hal itu disebut untuk memberikan pesan kepada Israel, Hamas tidak kalah atau di ambang kehancurkan.

Media Israel Channel 12 mengatakan kesepakatan gencatan senjata itu bagaikan "sekantong kejutan yang sarkastik".

Mengenai pembebasan sandera, pada gencatan pertama tanggal 24 Februari 2023 ada tiga warga Palestina yang ditukar dengan setiap warga Palestina.

Dalam gencatan kedua itu, satu warga Israel harus ditukar dengan lebih banyak lagi warga Palestina.

"Indikasi yang jelas bahwa Israel kehilangan pengaruh," kata The Cradle.

"Gencatan senjata singkat selama enam hari memberikan kesempatan bagi faksi-faksi perlawanan Palestina untuk mengelompokk diri kembali."

Hamas saat menyerahkan sandera Israel Hamas saat menyerahkan sandera Israel (Screenshot YouTube Sky News)

Media itu mengatakan Hamas saat ini tidak hanya ada di Palestina, tetapi juga di dunia Arab dan Islam.

Narasumber The Cradle menyebut Operasi Banjir Al Aqsa yang dilakukan Hamas mendorong adanya rekrutmen personel. Ribuan pemuda Palestina ramai-ramai bergabung dengan Hamas.

Menurut narasumber dari Hamas, Israel telah membuat "dendam yang bertahan hingga banyak generasi".

Kata dia, perang di Gaza tidak hanya perang Israel melawan Hamas, tetapi juga perang Israel melawan seluruh warga Gaza.

"Tak bisa dihindari bahwa mereka yang bukan bagian dari Hamas telah menjadi bagian dari kelompok perlawanan itu," kata salah satu sumber Hamas.

Bahkan, jika Hamas berhenti beroperasi, gerakan baru dan lebih kuat akan muncul di Gaza.

Seorang pejabat keamanan Eropa pernah memperingatkan kemungkinan munculnya para pejuang baru di Gaza.

Dia menyebut ada sekitar 18.000 anak yatim akibat perang di Gaza. Belasan ribu anak itu bisa membentuk "tentara pembebasan" baru dalam satu dasawarsa dan bahkan lebih garang daripada para pendahulu mereka.

Strategi bertahan Hamas

Media itu menyebut pada enam bulan pertama perang, fokus Hamas tak hanya perihal senjata, tetapi juga pengembangan kepemimpinan dan kader.

Hamas memprioritaskan keamanan para pejuangnya dan efisiensi operasi militer. Kelompok itu memastikan sumber dayanya tidak terbuang sia-sia dan jalur mundur tetap aman.

Israel berupaya membuat pejuang Hamas kelaparan dengan cara membatasi keberadaan unsur gizi penting seperti protein hewani. Namun, Hamas beradaptasi dengan cepat  dan memitigasi dampaknya.

Faktor lain yang membuat Hamas tangguh adalah pendekatan sistematisnya dalam pengembangan kepemimpinan. Sebelum perang meletus, Brigade Al Qassam menjalankan program pelatihan dan memiliki akademi militer setengah resmi.

Struktur ini memungkinkan Hamas menjaga adanya pemimpin tingkat tinggi meski banyak panglimanya dibunuh Israel.

Keahlian dalam membuat senjata dan rudal bisa disebarkan dengan cepat sehingga operasi militer bisa terus berlangsung.

Lalu, divisi keamanan Hamas, termasuk intelijen, juga memainkan peran penting dalam menjaga struktur dan integritas organisasi itu selama perang.

"Sepanjang  aparat keamanan kuat, gerakan itu akan bertahan," kata salah satu sumber.

Meski Israel menargetkan intelijen Hamas, kelompok itu berhasil beradaptasi, mengerahkan ribuan personelnya, mengamankan tawanan perang, dan mengirimkan uang.

Semuanya dilakukan dalam jaringan keamanan yang sudah ada dan lewat metode baru yang dikembangkan saat perang.

Hamas juga menunjukkan kemampuan untuk melawan intelijen Israel. Hamas tidak hanya melancarkan serangan, tetapi juga memasang alat mata-mata.

Selain itu, Hamas memantau wartawan dan fotografer yang berada di antara para pengungsi untuk mencegah adanya kebocoran informasi yang bisa membahayakan para pejuang mereka beserta keluarga.

Menurut The Cradle, Hamas berhasil menguatkan kerangka lembaganya dan mempertahankan persatuan. Prestasi itu jarang dicapai oleh faksi-faksi Palestina lainnya.

(Tribunnews.com/Febri Prasetyo)

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #media #timur #tengah #bongkar #strategi #bertahan #hamas #gaza #yang #buat #israel #gila

KOMENTAR