Tugas Pertama Joseph Aoun setelah Jadi Presiden Lebanon, Bahas Gencatan Senjata Hizbullah-Israel
Pembahasan itu dilakukan Joseph Aoun dengan melakukan pertemuan dengan Kepala Komando Pusat (CENTCOM) AS, Jenderal Eril Kurilla.
Erik Kurilla bertemu dengan Presiden Joseph Aoun bersama beberapa pejabat tinggi militer AS.
Tak hanya Kurilla, Ketua Mekanisme Pelaksanaan Gencatan Senjata, Mayjen Jasper Jeffers juga hadir dalam pertemuan itu.
Gencatan senjata awal selama 60 hari disetujui November lalu, yang menetapkan bahwa pasukan Israel akan mundur dari Lebanon sebagai imbalan atas penarikan mundur pejuang dan senjata Hizbullah.
Dalam pidato penerimaannya, Aoun mengatakan negara akan memiliki monopoli atas semua senjata, yang kemudian disambut tepuk tangan meriah dari Parlemen.
Kantor Aoun mengatakan pada Senin (13/1/2025) bahwa pertemuannya dengan Kurilla menyentuh situasi di Lebanon selatan “dan tahapan pelaksanaan penarikan pasukan Israel dari selatan”.
"Saya tahu bahwa Mayjen Jeffers dan tim yang melaksanakan mekanisme tersebut, bersama dengan Departemen Luar Negeri dan negara-negara lain, bekerja keras untuk memastikan gencatan senjata itu berlaku."
"Mereka bekerja keras untuk memastikan bahwa kita memahami apa yang dibutuhkan Angkatan Bersenjata Lebanon saat mereka mengambil alih keamanan dan melaksanakan gencatan senjata itu," kata Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder, dikutip dari Al Arabiya.
Ryder mengatakan mekanisme pemantauan gencatan senjata yang berbasis di Beirut diharapkan akan terus beroperasi setelah pemerintahan Trump menjabat pada 20 Januari.
Aoun memiliki hubungan kerja yang erat dengan Kurilla karena ia pernah menjabat sebagai komandan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF).
Di Beirut pada Senin (13/1/2025), mereka juga membahas cara-cara untuk meningkatkan kerja sama antara LAF dan militer AS, menurut kantor kepresidenan Lebanon.
Serangan Israel di Lebanon
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan, mereka telah menyerang beberapa lokasi Hizbullah di Lebanon pada Senin malam.
Menurut IDF, target yang dituju telah melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata.
Penyerangan itu dilakukan setelah mekanisme pemantauan gencatan senjata internasional gagal mengatasinya, meskipun telah diberi tahu tentang masalah tersebut.
"Sasarannya termasuk peluncur roket, lokasi militer yang tidak disebutkan namanya, dan rute di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon yang digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Hizbullah," kata militer dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Times of Israel.
Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon mengatakan pesawat Israel menargetkan pinggiran Janta di wilayah Baalbek timur, serta daerah dekat Nabatieh di selatan.
"IDF terus bertindak untuk menghilangkan ancaman apa pun terhadap Negara Israel dan akan beroperasi untuk mencegah upaya apa pun oleh Hizbullah untuk membangun kembali pasukannya sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata," kata IDF lagi.
Berdasarkan ketentuan perjanjian, yang memiliki batas waktu 26 Januari, Hizbullah harus mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan dengan Israel.
Sementara Israel harus mundur dari Lebanon selatan paling lambat 26 Januari, untuk digantikan oleh LAF dan pasukan penjaga perdamaian internasional UNIFIL.
Washington dilaporkan telah meyakinkan Beirut bahwa Israel akan menyelesaikan penarikan pasukan tepat waktu.
LAF mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah selesai mengerahkan pasukan di sektor barat Lebanon selatan menyusul penarikan pasukan Israel dari sana.
Pada hari Minggu, lembaga penyiaran publik Kan melaporkan bahwa pasukan Israel yang menyisir wilayah di bawah kendali IDF telah berulang kali menemukan senjata Hizbullah yang disembunyikan, termasuk mortir dan rudal anti-tank.
Pejabat Israel dilaporkan telah mengindikasikan bahwa IDF dapat tetap berada di Lebanon selatan melewati batas waktu penarikan pasukan, jika tentara Lebanon tidak segera menggantikan kehadiran Israel di sana.
IDF juga menuduh LAF gagal menyetujui permintaan untuk bertindak terhadap peluncur rudal Hizbullah yang terletak di Lebanon selatan, yang melanggar perjanjian, sehingga mendorongnya untuk menyerang peluncur tersebut.
Perdana Menteri Lebanon sebelumnya, Najib Mikati bersikeras pada hari Jumat bahwa negara akan mulai melucuti senjata Lebanon selatan.
Sementara Presiden baru Lebanon, Joseph Aoun berjanji dalam pidato pelantikannya bahwa negara akan memegang monopoli kekuasaan — ancaman terselubung terhadap Hizbullah, yang telah lama bertindak tanpa hukuman.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Tag: #tugas #pertama #joseph #aoun #setelah #jadi #presiden #lebanon #bahas #gencatan #senjata #hizbullah #israel