Militer Israel Akui Angka Bunuh Diri Personel IDF Melonjak, Ratusan Tentara Tewas Selama 2024
Seorang tentara Israel menyandarkan kepalanya di laras senapan howitzer artileri gerak sendiri ketika tentara Israel mengambil posisi di dekat perbatasan dengan Gaza di Israel selatan pada 9 Oktober 2023. Terkejut dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayahnya, Israel yang berduka telah memperhitungkan lebih dari 1000 orang tewas dan melancarkan rentetan serangan di Gaza yang telah meningkatkan jumlah korban tewas di sana menjadi 493 menurut para pejabat Palestina. (JACK GUEZ / AFP
17:40
2 Januari 2025

Militer Israel Akui Angka Bunuh Diri Personel IDF Melonjak, Ratusan Tentara Tewas Selama 2024

Militer Israel (IDF) mengakui adanya peningkatan jumlah dugaan bunuh diri di kemiliteran negara pendudukan itu di tengah perang yang dijalani Israel di berbagai front, mulai di Jalur Gaza hingga Suriah, dan Iran.

Peningkatan angka jumlah bunuh diri anggota IDF itu diakui militer Israel saat merilis statistik kematian dalam dua tahun terakhir.

Menurut data IDF, 38 tentara diyakini telah bunuh diri pada tahun 2023 dan 2024 — 28 di antaranya setelah serangan 7 Oktober 2023 yang memulai perang yang sedang berlangsung.

Pada tahun 2022, IDF mencatat 14 kasus bunuh diri dan pada tahun 2021 mencatat 11 kasus.

"Tidak mengherankan karena perang di Jalur Gaza dan pertempuran di Lebanon dan di garis depan lainnya, jumlah kematian di IDF pada tahun 2023 dan 2024 telah menjadi yang tertinggi dalam beberapa dekade," tulis laporan media Times of Israel, Selasa (2/12/2024).

Menurut IDF, 558 tentara tewas pada tahun 2023, termasuk 512 selama “aktivitas operasional”.

"Angka ini tampaknya termasuk ratusan yang tewas selama serangan Hamas pada 7 Oktober — dan tiga dalam serangan lintas perbatasan," kata laporan itu.

Data itu juga menyatakan sebanyak enam belas prajurit tewas dalam kecelakaan — dua saat latihan, empat dalam kecelakaan mobil sipil, lima dalam kecelakaan mobil militer, satu akibat pelepasan senjata secara tidak sengaja, dan empat dalam insiden lainnya — dan 10 meninggal karena sakit pada tahun 2023.

Pada tahun 2023, IDF mengatakan kalau 17 tentara diyakini telah bunuh diri.

"Mereka termasuk tujuh wajib militer, empat tentara karier, dan enam tentara pasukan cadangan," papar laporan tersebut. 

Tujuh dari dugaan bunuh diri pada tahun 2023 terjadi setelah serangan 7 Oktober.

Para petugas medis militer pasukan pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi dua tentara Israel yang terluka dalam serangan sergapan kelompok pembebasan Palestina, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, di Jabalia, Gaza Utara, Jumat (27/12/2024) Para petugas medis militer pasukan pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi dua tentara Israel yang terluka dalam serangan sergapan kelompok pembebasan Palestina, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, di Jabalia, Gaza Utara, Jumat (27/12/2024) (khaberni/tangkap layar)

Ratusan IDF Tewas Selama 2024

Selama tahun lalu, jumlah total kematian di IDF telah menurun dibandingkan dengan tahun 2023, tetapi jumlah bunuh diri telah meningkat, menurut data IDF.

Pada tahun 2024, IDF mencatat total 363 kematian di militer, termasuk 295 dalam aktivitas operasional di tengah perang dan 11 dalam serangan Hamas.

Dua puluh tiga prajurit tewas dalam kecelakaan — 17 dalam kecelakaan mobil sipil, tiga dalam kecelakaan mobil militer, dan tiga dalam insiden lainnya — dan 13 meninggal karena sakit pada tahun 2024.

Pada tahun 2024, IDF mengatakan sedikitnya 21 tentara tewas karena dugaan bunuh diri — termasuk tujuh wajib militer, dua tentara karier, dan 12 tentara cadangan.

Tingginya angka bunuh diri prajurit cadangan disebabkan oleh IDF yang memanggil hampir 300.000 prajurit cadangan selama perang.

Pasukan cadangan (reserve division) di ketentaraan Israel terdiri dari warga sipil yang memenuhi syarat wajib militer.

Ke-38 kasus dugaan bunuh diri pada tahun 2023 dan 2024 semuanya berjenis kelamin laki-laki.

IDF mengatakan pihaknya berupaya mencegah bunuh diri di militer, termasuk dengan membuka saluran bantuan 24/7, yang telah menerima lebih dari 3.900 panggilan sejak didirikan pada Oktober 2023. IDF juga telah memanggil lebih dari 800 perwira kesehatan mental cadangan di tengah perang.

Sejak awal perang, IDF mengatakan 891 tentara telah tewas, tidak semuanya dalam pertempuran.

Mereka termasuk 329 selama serangan 7 Oktober, sedikitnya 390 selama pertempuran di Gaza, 37 dalam serangan di Israel utara, 50 selama pertempuran di Lebanon, dan 11 di Tepi Barat.

Ilustrasi Tentara Israel (ist)

Burnout Jadi Bencana

Pakar militer Israel mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza punya masalah besar yang bisa memicu bencana bagi Israel.

Avi Askhenazi, nama pakar itu, dengan tegas mengatakan masalah itu ialah burnout atau kelelahan fisik dan mental.

Askhenazi yang menjadi kontributor media Israel Maariv menyebut burnout merupakan perkara besar, tetapi tidak terperikan.

Menurutnya, perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun membuat para tentara Israel merasa tidak nyaman dan memunculkan kesalahan di medan tempur.

Awalnya Askhenazi menyinggung tewasnya seorang kapten Israel di Gaza yang bernama Amit Levi.

Kematian Levi masih misterius. Belum diketahui dengan pasti apakah dia tewas ditembak oleh rekan sendiri ataukah diserang pejuang Hamas.

Pada saat kejadian, pasukan Levi sedang bergerak di atas sebuah kendaraan. Kendaraan itu melaju tanpa penerangan.

Diyakini ada ada pasukan lain yang beroperasi di area itu dan melepaskan tembakan setelah melihat gerakan misterius.

Pasukan Israel dalam agresi militernya di Jalur Gaza mendapat serangan sergapan berupa peledakan rumah jebakan oleh kelompok milisi pembebasan Palestina, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. Pasukan Israel dalam agresi militernya di Jalur Gaza mendapat serangan sergapan berupa peledakan rumah jebakan oleh kelompok milisi pembebasan Palestina, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. (Khaberni)

“Tampaknya pasukan Levi didentifikasi sebagai pasukan musuh [oleh pasukan Israel lainnya] dan tidak ada koordinasi di antara dua pasukan itu,” kata Askhenazi dalam kolom di Maariv hari Kamis, (26/12/2024).

Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari IDF mengenai penyebab pasti kematian misterius Levy.

Lalu, Askhenazi mengatakan Divisi 99 dan 162 IDF sudah beroperasi di Gaza selama berbulan-bulan. Tingkat keletihan kedua divisi itu sangat tinggi.

Dia mengatakan tentara Israel yang beroperasi di tempat yang sama memunculkan burnout.

“Tentara mulai membuat kesalahan, fokus dalam misi mulai berkurang, ketegangan operasional berkurang, risiko kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa meningkat,” kata seorang narasumber militer yang dikutip oleh Askhenazi.

Askhenazi mengatakan tentara Israel dikerahkan terlalu lama di medan tempur akan merasa lebih aman dan kurang terancam. Hal itu membuat banyak musuh bisa mendekat tanpa diketahui.

“Ada kekacauan di dalam batalion. Para tentara dan komandan sudah letih. Ada masalah dengan para penjaga, ada masalah dengan keputusan komandan kompi yang merencanakan keluarnya kita dari posisi bertahan dengan cara yang berbahaya,” kata salah satu tentara Israel yang terluka karena kecelakaan.

Askhenazi menyebut IDF telah mengakui bahwa keletihan tentara akibat operasi militer memang tinggi, terutama di Divisi 162 dan 99 yang hanya beroperasi di Gaza.

Sementara itu, satuan dan divisi lain beroperasi di zona tempur berbeda, misalnya di Israel, Lebanon, dan Suriah.

Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. Dua Tentara Israel di pagar keamanan yang memisahkan wilayah pendudukan Israel dengan Jalur Gaza. (Khaberni)

Banyak tentara Israel alami trauma

Awal tahun ini media-media Israel menyebutkan bahwa ada banyak tentara Israel yang mengalami trauma dan stres setelah dibebastugaskan dari operasi di Gaza.

Salah satu dari mereka bahkan dilaporkan menembak kawan sendiri di Tel Aviv.

“Seorang tentara Israel yang baru-baru saja kembali dari pertempuran di Jalur Gaza membunuh kawannya di dalam apartemen,” demikian laporan Channel 12.

Sementara itu, Haaretz pada bulan Desember 2023 menyebut sebanyak 18 persen dari tentara Israel yang ikut dalam serangan di Gaza mengalami masalah kesehatan mental.

Salah seorang dari mereka ada yang tiba-tiba bangun dari mimpi buruk lalu menembakkan senjata.

Jumlah tentara Israel yang tewas

IDF mengklaim jumlah tentara Israel yang tewas sejak perang meletus ialah 822 personel.

Sebanyak 390 di antaranya tewas sejak operasi militer Israel di Gaza. Adapun korban luka mencapai 5.524 tentara.

Di sisi lain, warga Palestina yang tewas karena serangan Israel kini mencapai lebih dari 45.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Israel Juga Krisis Penduduk

Buntut perang yang kian memanas antara militer IDF dan Hamas beserta sekutunya, lebih dari 82.000 warga Yahudi meninggalkan negara Israel sepanjang tahun 2024.

Biro Pusat Statistik Israel mengatakan bahwa 82.700 orang meninggalkan Israel pada 2024. Jumlah ini melonjak dari sekitar 55.000 pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, hanya ada 23.800 orang yang kembali ke negara tersebut di periode yang sama.

“Angka resmi menunjukkan lebih dari 82.000 warga Israel telah meninggalkan negara itu pada tahun 2024 di tengah perang genosida Tel Aviv di Jalur Gaza,” kata Biro Pusat Statistik Israel  dikutip dari Anadolu.

Imbas eksodus massal itu, pertumbuhan penduduk Israel turun 1,1 persen pada tahun 2024.

Angka itu turun dari 1,6 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini jadi perlambatan pertama yang tercatat sejak tahun 2020 selama pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, dampak dari kaburnya penduduk Israel dalam jumlah luar biasa itu juga berisiko membalik demografi di wilayah tersebut.

Gambarannya, saat ini ada sekitar 7,7 juta imigran Yahudi dari Eropa dan Timur Tengah di seantero wilayah Palestina yang kini menjadi wilayah Israel. Sementara itu, total populasi penduduk asli Palestina sekitar 7,5 juta. 

Biro Pusat Statistik Israel mencatat eksodus massal tahun ini mulai melonjak pada Juli lalu, dimana jumlah warga Israel yang meninggalkan negaranya secara permanen meningkat 285 persen setelah tanggal 7 Oktober 2023.

Itu menunjukkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober 2023 dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

Laporan terbaru mengenai eksodus warga Israel membenarkan data yang diterbitkan dua bulan setelah serangan 7 Oktober yang menunjukkan bahwa hampir setengah juta orang meninggalkan Israel.

Warga Israel Ogah Terlibat Perang

Biro tersebut tidak merinci alasan kepergian warga Israel tersebut.

Namun, laporan media lokal Israel menyebut eksodus atau perpindahan massal ini terjadi akibat perang yang tak berkesudahan yang memicu datangnya roket dari Lebanon, Jalur Gaza, dan Yaman.

Data dari CBS menunjukkan bahwa banyak warga Israel yang memiliki pilihan untuk memiliki rumah kedua di luar negeri memilih untuk pindah pada saat konflik meningkat, mencari keamanan dan stabilitas di tempat lain.

Tren ini sangat kontras dengan klaim yang dibuat oleh para pendukung Zionisme yang berpendapat bahwa Israel adalah tempat perlindungan utama bagi orang-orang Yahudi di seluruh dunia.

Banyak dari warga Israel mengatakan mereka ingin hengkang karena mereka kecewa dengan cara pemerintah menangani perang di Gaza.

40.000 Perusahaan Gulung Tikar 

Tak hanya memicu eksodus, perang yang semakin memanas membuat lebih dari 40.000 perusahaan Israel bangkrut dan gulung tikar sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.

Menurut laporan surat kabar Israel Maariv perusahaan yang terdampak  77 persen berasal dari usaha kecil diantaranya bisnis konstruksi dan industri seperti keramik, AC, aluminium, dan bahan bangunan.

Perang yang terus memanas juga membuat sektor perdagangan, termasuk fesyen, furniture dan peralatan rumah tangga, serta sektor jasa, termasuk kafe, hiburan dan jasa hiburan, serta transportasi juga ikut terkena dampaknya.

Selain banyaknya perusahaan yang tutup, aktivitas korporasi di berbagai sektor juga menurun drastis sejak dimulainya perang.

 EO perusahaan informasi bisnis CofaceBDI, Yoel Amir mengonfirmasi bahwa dalam jajak pendapat terkini, sekitar 56 persen manajer perusahaan komersial di Israel mengatakan telah terjadi penurunan signifikan dalam upaya kegiatan mereka sejak dimulainya perang.

Ia menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Israel menghadapi saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat sulit.

Hal ini diperparah dengan adanya kekurangan tenaga kerja, penurunan penjualan, masalah transportasi dan logistik, kekurangan bahan baku, ditambah dengan munculnya masalah lonjakan suku bunga tinggi dan biaya pembiayaan tinggi.

Apabila permasalahan ini terus terjadi dan tak segera diatasi dengan bijak, para analis memprediksi bahwa pada akhir tahun 2024, sekitar 60.000 perusahaan di Israel akan tutup permanen.

Ekonomi Israel Diambang Kehancuran

Konflik Israel vs Hizbullah juga membuat negara Zionis ini perlahan mengalami kerugian finansial. Diantaranya pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran yang melonjak,

Tercatat selama beberapa bulan terakhir,  anggaran militer Israel mengalami pembengkakan sebesar  582 miliar shekel atau sekitar 155 miliar dolar AS untuk digunakan membeli perlengkapan dan alat tempur serta membiayai perekrutan tentara cadangan yang akan dikirim ke Gaza.

Dampaknya perekonomian Israel kini berada di ambang kehancuran, sejak Oktober hingga Juli kemarin defisit atau pengeluaran negara membengkak mencapai 8,1 persen  jadi 8,5 miliar shekel atau naik 2,2 miliar dolar AS dari produk domestik bruto (PDB).

Angka tersebut melesat jauh dari target defisit Israel di tahun 2024 yang hanya dipatok 6,6 persen.

Tag:  #militer #israel #akui #angka #bunuh #diri #personel #melonjak #ratusan #tentara #tewas #selama #2024

KOMENTAR