CEO McDonald's Akui Boikot Produk Pro-Israel Berdampak di Timur Tengah: Ini Mengecewakan
Sejak 7 Oktober, setelah serangan udara dan invasi darat Israel di Jalur Gaza yang tiada henti, seruan boikot beredar luas di berbagai media.
Aktivis pro-Palestina berbondong-bondong mengajak masyarakat untuk membeli produk alternatif, alih-alih barang-barang yang dipasarkan oleh merek-merek barat.
Bahkan, ritel makanan terbesar, McDonald's, terkena dampak parah akibat aksi boikot tersebut.
"Saya menyadari bahwa beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis akibat perang dan misinformasi, terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald's," kata CEO McDonald's melalui unggahan LinkedIn.
"Ini mengecewakan dan tidak berdasar," ucapnya.
Dua minggu setelah perang Israel-Hamas terjadi, cabang McDonald's di Israel mengunggah di akun media sosialnya bahwa mereka mengirimkan ribuan makanan gratis kepada personel tentara Israel.
Setengah unggahan itu, waralaba McDonald's di Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Yordania, Mesir, Oman, Arab Saudi, dan Lebanon mengeluarkan pernyataan, yang berisi sangkalan punya hubungan dengan waralaba Israel.
Beberapa di antaranya bahkan menjanjikan memberikan bantuan untuk Gaza.
"Sehubungan dengan pemberitaan bahwa McDonald's di Israel menyumbangkan makanan," terang waralaba McDonald's di Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
"Kami menegaskan bahwa ini adalah keputusan individu mereka," urai pernyataan tersebut.
"Baik McDonald's global, kami, maupun negara lain tidak memiliki peran atau hubungan dengan keputusan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung," tegas waralaba McDonald's di Arab Saudi.
Bukti nyata boikot berdampak
Bagi Shahed Helmy, warga Kuwait, pernyataan CEO McDonald's menjadi bukti bahwa boikot bisa berdampak dan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kesadaran akan perang Israel di Gaza.
"Saat ini, masyarakat berada pada titik di mana mereka telah menyaksikan kekejaman yang sangat besar di Gaza dan hal ini tidak dapat dimaafkan," katanya.
"Mereka akan mengingat apakah Anda mendukung genosida atau tidak. Jika Anda mendukung genosida, mereka akan memastikan Anda tidak melupakannya, dan itulah tujuan saya," katanya kepada Al Arabiya English.
"Satu-satunya cara untuk menyampaikan pesan kami adalah dengan menyampaikan bahasa mereka, yaitu melalui uang, dan kami memastikan bahwa mereka kehilangan banyak hal," lanjutnya.
"Satu-satunya cara agar mereka dapat mengubah cara hidup mereka adalah jika keadaan terus memburuk. Keberadaan mereka sepenuhnya bergantung pada dukungan kita," imbuhnya.
Dikutip Bloomberg, bagi Jawaher Abdulrahman, warga negara Saudi, keputusan untuk memboikot jaringan burger tersebut adalah keputusan yang mudah diambil.
"Kami akan memboikot karena warga Palestina kelaparan oleh Israel dan McDonald's mengirimkan makanan gratis kepada (tentara Israel)," ungkapnya.
"Merek-merek ini secara terbuka mendukung Israel, jadi kami akan terus melakukannya, kecuali mereka tiba-tiba memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan Israel," bebernya.
Nasib Starbucks
Aksi boikot tidak hanya berdampak pada McDonald's.
Bahkan belum lama ini, CEO Starbucks, Laxman Narasimhan meminta agar masyarakat berhenti memprotes kedai kopi tersebut.
Dikutip dari CNN, Narasimhan memohon agar operasional toko-tokonya tidak lagi diganggu.
Menurutnya, orang-orang telah disesatkan oleh informasi palsu yang tersebar secara luas di media sosial mengenai posisi perusahaan tersebut terkait perang Israel-Hamas.
"Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan," kata Narasimhan dalam suratnya kepada karyawan dan pelanggan Starbucks.
Starbucks dikabarkan akan menutup 7 outlet di San Francisco, AS. (USA Today)"Kota dan negara di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara, menyaksikan protes makin meningkat," lanjutnya.
Ia juga mengakui banyak toko Starbucks mengalami kejadian vandalisme.
"Kami telah bekerja sama dengan otoritas setempat untuk memastikan mitra dan pelanggan kami aman," urai Narasimhan.
Surat tersebut merupakan upaya untuk mengurai posisi Starbucks dari kontroversi terkait perang.
Starbucks juga berusaha menjauhkan diri dari posisi pro-Palestina yang diambil oleh Starbucks Workers United, sebuah serikat pekerja Starbucks, yang telah membuat marah beberapa pendukung pro-Israel.
Perusahaan kopi tersebut mengatakan beberapa protes terkait perang di Gaza diakibatkan langsung oleh komentar serikat pekerja.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Tag: #mcdonalds #akui #boikot #produk #israel #berdampak #timur #tengah #mengecewakan