Iran Ternyata Gunakan 'Gaya Rusia' saat Serang Israel, Ini Analisis Pengamat Militer
Ledakan menerangi langit di Hebron dan Tel Aviv selama serangan Iran terhadap Israel. Minggu (14/4/2024). Pengawal Revolusi Iran mengkonfirmasi bahwa serangan pesawat tak berawak dan rudal sedang dilakukan terhadap Israel, sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak yang mematikan pada tanggal 1 April di konsulatnya di Damaskus. 
12:00
16 April 2024

Iran Ternyata Gunakan 'Gaya Rusia' saat Serang Israel, Ini Analisis Pengamat Militer

Iran disebut menggunakan “gaya Rusia” saat menyerang Israel pada Minggu dini hari, (14/4/2024).

Pengamat militer dan keamanan bernama Brian Carter dan Frederick W. Kagan menduga serangan Iran itu memang tidak ditujukan untuk membuat kerusakan besar di Israel.

Hal itu agar Israel tidak terpicu untuk melancarkan serangan balasan besar-besaran.

Dalam tulisannya yang dimuat di laman Institute for the Study of War (ISW), keduanya menganggap serangan Iran itu meniru serangan yang berulang kali dilancarkan Rusia ke Ukraina.

Pakar itu kerusakan di Israel akibat serangan itu lebih kecil daripada yang diinginkan oleh Iran.

Menurut keduanya, hal itu karena Iran meremehkan keunggulan sistem pertahanan Israel dalam menghadapi serangan Iran jika dibandingkan dengan Ukraina.

Akan tetapi, Iran akan mengambil pelajaran dari serangan ini dan melakukan perbaikan agar bisa menembus pertahanan Israel seiring berjalannya waktu, seperti yang sudah dilakukan Rusia dalam serangan-serangan di Ukraina.

Diperkirakan ada sekitar 170 pesawat nirawak, 30 rudal penjelajah, dan 10 rudal balistik yang diluncurkan Iran dalam serangan ke Israel.

Screenshot video yang diambil dari AFPTV pada 14 April 2024, menunjukkan ledakan menerangi langit Yerusalem selama serangan Iran terhadap Israel. Screenshot video yang diambil dari AFPTV pada 14 April 2024, menunjukkan ledakan menerangi langit Yerusalem selama serangan Iran terhadap Israel. (AFPTV / AFP)

Pesawat nirawak diluncurkan jauh lebih dulu daripada rudal balistik. Iran bisa jadi berharap pesawat itu akan tiba di Israel dalam waktu yang bersamaan dengan rudal.

Rusia juga berulang kali menggunakan strategi seperti ini untuk melawan Ukraina.

Tujuannya ialah agar rudal penjelajah dan pesawat nirawak yang lebih lambat bisa mengganggu dan membuat sistem pertahanan udara kewalahan.

Jika sistem sudah terganggu, rudal balistik yang jauh lebih susah ditangkis itu akan bisa menghantam targetnya.

Ada kemungkinan besar bahwa Iran sudah memperkirakan hanya ada sedikit pesawat nirawak dan rudal penjelajahnya yang bisa mencapai target.

Namun, Iran sepertinya berharap ada banyak rudal balistiknya yang bisa menghantam target.

Meski demikian, hanya ada sedikit rudal balistik yang berhasil menjebol sistem pertahanan Israel dan menghantam pangkalan militer negara itu.

Sementara itu, sistem pertahanan Ukraina hanya bisa mengakis sekitar 16 persen dari rudal balistik Rusia dalam beberapa serangan besar belakangan ini.

Iran sepertinya memperkirakan bahwa persentase jumlah rudal yang ditangkis Israel yakan lebih banyak daripada persentase rudal Rusia, tetapi tidak mencapai di atas 90 presen.

Sistem pertahanan Israel memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan punya Ukraina.

Namun, dampak keunggulan itu mungkin belum jelas bagi pihak yang merencanakan serangan Iran.

Israel dan sekutu Israel memang memiliki sistem pertahanan udara dan rudal penangkis yang lebih banyak.

Selain itu, Israel juga diuntungkan oleh jarak sekitar 1.000 km yang memisahkan Israel dan Iran.

Israel bisa memanfaatkan jarak itu untuk menangkis pesawat nirawak dan rudal penjelajah Iran dengan pertahanan udara berbasis darat dan jet tempur sebelum senjata-senjata Iran itu mendekati sistem pertahanan antirudal Israel.

Meski demikian, Iran akan mengambil pelajaran dari serangannya ke Israel pada Minggu dini hari lalu agar kelak bisa melancarkan serangan yang lebih sukses.

Serangan kemarin bisa membantu Iran mengetahui kekuatan dan kelemahan sistem pertahanan Israel.

Selain itu, kemampuan Iran untuk menembus sistem pertahanan Israel hanya dengan sedikit rudal balistik telah menimbulkan kekhawairan di Israel.

Israel rugi puluhan triliun

Serangan Iran ke Israel menimbulkan kerugian yang amat besar bagi Israel.

Brigjen Reem Aminoach, mantan penasihat keuangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan kerugian itu menembus angka 4—5 miliar shekel atau sekitar Rp17,2—21,5 triliun

“Jika kita berbicara tentang rudal balistik yang harus ditembak jatuh dengan sistem Arrow, rudal jelajah yang harus ditembak jatuh dengan rudal lain, dan pesawat nirawak yang pada kenyataannya dijatuhkan terutama dengan pesawat, maka jumlahkan biayanya,” kata Aminoach kepada Yedioth Ahronoth.

“Sebesar $3,5 untuk satu rudal Arrow, $1 miliar untuk rudal David’s Sling, biaya ini dan itu untuk pesawat. Besarnya 4—5 miliar shekel.

Aminoach juga mengungkapkan keputusan pemerintah Israel untuk menunda pemesanan jet tempur baru dari Amerika Serikat (AS).

“Menangguhkan pemesanan pesawat dari AS dengan menggunakan uang Amerika dalam bentuk dolar bantuan dan kita berbicara tentang pesawat yang seharusnya tidak ditambahkan untuk menambah pesawat yang telah ada, tetapi hanya untuk menggantikan pesawat yang telah ada,” katanya.

Sementara itu, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan ada sekitar 350 rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan dari Iran ke Israel.

Hagari mengklaim kebanyakan dari rudal dan pesawat itu bisa ditangkis Israel.

Dia juga menyebut ada juga rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan dari Lebanon, Irak, dan Yaman.

(Tribunnews/Febri)

Editor: Tiara Shelavie

Tag:  #iran #ternyata #gunakan #gaya #rusia #saat #serang #israel #analisis #pengamat #militer

KOMENTAR