Bangladesh Dikabarkan Bangun Masjid Baru dan Pertama untuk Komunitas Transgender ‘Hijra’ 
Komunitas transgender ‘Hijra’ di Bangladesh sedang melaksanakan ibadah salat (sumber: tangakapn layar AFP)
11:27
1 April 2024

Bangladesh Dikabarkan Bangun Masjid Baru dan Pertama untuk Komunitas Transgender ‘Hijra’ 

 

 Sejak 2013, Bangladesh mengakui hak-hak perempuan transgender yang mereka sebut juga sebagai Hijra, sebagai gender ketiga dalam langkah menuju kesetaraan sosial.

Saat ini, negara Bangladesh telah membuka masjid khusus untuk komunitas Hijra dekat Mymensingh, tepatnya di utara ibu kota Dhaka, Bangladesh.

Hal ini terjadi di tengah tantangan yang dihadapi masyarakat di Bangladesh, seperti halnya di banyak masyarakat mayoritas Muslim lainnya, ketika Hijra menantang gagasan biner tradisional tentang gender yang mengarah pada stigma sosial.

Terletak di tepi Sungai Brahmaputra dekat Mymensingh, sebelah utara ibu kota Dhaka, masjid ini dibangun di atas tanah sumbangan pemerintah setelah komunitas Hijra kota itu diusir dari jamaahnya yang sudah mapan.

Melansir dari Online Independen pada Senin (1/4), struktur masjidnya sederhana yaitu gudang satu ruangan dengan dinding dan atap seng, adalah pusat komunitas baru bagi kelompok minoritas yang telah mendapatkan lebih banyak pengakuan hukum dan politik dalam beberapa tahun terakhir namun masih mengalami prasangka yang mendalam.

Upacara pembukaan dipimpin oleh pemimpin komunitas berusia 28 tahun, Joyita Tonu. Kabarnya, kegiatan upacara berbicara terkait menangani diskriminasi dengan menyediakan ruang bebas.

“Mulai sekarang, tidak ada yang bisa menolak Hijra dari salat di masjid kami,” kata Tonu.

“Tidak ada yang bisa mengejek kamu,” tambahnya.

Tonu berharap untuk memperluas masjid sederhana menjadi cukup besar untuk melayani lebih banyak orang.

Bagi banyak kaum transgender di sana, masjid kini menjadi simbol rasa memiliki yang baru. Sonia (42) berkata, “Saya tidak pernah bermimpi bisa salat di masjid lagi seumur hidup saya.”

“Orang-orang akan memberi tahu kami, mengapa Anda orang Hijra di sini di masjid? Anda harus berdoa di rumah. Jangan datang ke masjid,” jelas Sonia.

Mufti Abdur Rahman Azad, pendiri badan amal Hijra, mengatakan kepada AFP bahwa masjid baru memiliki status sebagai yang pertama (dari jenisnya) di negara tersebut.

Secara khusus, penafsiran teks agama Islam oleh sebagian kelompok menganggap identitas transgender tidak sesuai dengan ajaran Islam, sehingga berujung pada penolakan dan diskriminasi di komunitas Muslim.

Imam masjid, Abdul Motaleb, 65 tahun, menyatakan bahwa ajaran Islam mencakup masyarakat.

“Mereka seperti manusia lain yang diciptakan oleh Allah,” tegasnya.

”Kita semua adalah manusia. Mungkin ada yang laki-laki, ada yang perempuan, tapi semuanya manusia. Allah menurunkan Al-Quran kepada semua, jadi semua punya hak untuk berdoa agar, tidak ada yang bisa menolak,” kata imam tersebut kepada AFP yang dikutip Jawa Pos melalui Wion pada Minggu, (31/3).

Adanya masjid baru ini rupanya telah menangani prasangka sebelumnya yang ada di masyarakat sekitar. Penduduk setempat Tofazzal Hossain (53) telah melakukan salat Jumat di sana selama dua minggu berturut-turut.

Dia mengatakan tinggal dan berdoa dengan komunitas Hijra telah mengubah "kesalahpahaman" tentang mereka.

Beberapa dari mereka telah memasuki dunia politik Bangladesh. Seorang perempuan transgender terpilih sebagai walikota sebuah kota pedesaan pada tahun 2021.

Meski begitu para Hijra terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dasar, karena tidak mempunyai hak atas harta benda dan hak untuk menikah.

Mereka juga sering kali mengalami diskriminasi di negara tersebut dan jauh lebih mungkin menjadi korban kejahatan dengan kekerasan dan kemiskinan dibandingkan rata-rata warga Bangladesh.***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #bangladesh #dikabarkan #bangun #masjid #baru #pertama #untuk #komunitas #transgender #hijra

KOMENTAR