Tentara Israel Mulai Invasi Darat Tahap Kedua di Lebanon Selatan, Hizbullah Punya Keunggulan
Menurut IDF invasi darat tahap kedua ini menuju garis pertahanan kedua Hizbullah, tulis laporan harian Israel Maariv melaporkan.
"Tentara Israel telah memulai fase kedua manuver darat di Lebanon selatan, dengan Divisi ke-36 maju menuju garis pertahanan kedua Hizbullah," kata laporan Maariv.
Divisi ke-36 adalah divisi lapis baja dan merupakan yang terbesar di antara formasi militer Israel.
Menurut harian itu, pasukan dari divisi tersebut terlibat dalam operasi baru di Lebanon selatan, termasuk Brigade Golani, Brigade Pasukan Terjun Payung, dan Brigade Lapis Baja ke-188, dengan teknisi tempur bekerja bersama mereka.
Surat kabar Israel mengatakan tujuan operasi ini adalah "untuk membubarkan formasi Hizbullah di wilayah tersebut dan memberikan tekanan pada Hizbullah terkait negosiasi penyelesaian politik di Lebanon."
Israel telah meningkatkan kampanye udaranya di Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah dalam eskalasi dari perang lintas perbatasan selama setahun antara Israel dan kelompok Lebanon tersebut sejak dimulainya serangan brutal Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.
Hampir 3.300 orang tewas dan lebih dari 14.200 terluka dalam serangan Israel sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel pada 1 Oktober memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan dan kini memperluas invasi itu.
Keunggulan Hizbullah
Fakta di lapangan menunjukkan, sejak memulai operasi darat ke Lebanon per 1 Oktober, pasukan IDF terus berguguran meski lebih unggul dalam hal persenjataan dan teknologi perang.
Meskipun sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, terbunuh dalam sebuah pengeboman besar-besaran dan ratusan anggotanya terluka dalam sebuah serangan yang melibatkan alat komunikasi yang meledak, para analis menyatakan kalau kelompok tersebut tetap mampu memberikan perlawanan yang kuat di wilayah kekuasaannya sendiri.
“Hizbullah masih mampu menimbulkan masalah serius bagi pasukan penyerang mana pun, baik Israel maupun pasukan penyerang mana pun yang mungkin datang,” kata analis keamanan Ali Rizk kepada Anadolu.
Unit artileri bergerak Israel menembakkan peluru dari Israel selatan menuju Jalur Gaza, di posisi dekat perbatasan Israel Gaza, Israel, Rabu, 11 Oktober 2023. (AP Photo/Erik Marmor) (AP/Erik Marmor)Invasi Darat Untungkan Hizbullah
Para ahli berpendapat bahwa invasi darat apa pun di Lebanon dapat membalikkan keadaan ke arah yang menguntungkan Hizbullah.
Rizk merujuk pada pidato terbaru pemimpin Hizbullah, yang menyatakan kelompoknya siap menghadapi serangan semacam itu.
"Invasi darat adalah cara terbaik yang dapat meningkatkan moral Hizbullah setelah mengalami kemunduran beruntun ini. Mereka dapat menimbulkan kerugian besar," kata Rizk, menekankan bahwa keakraban kelompok itu dengan Lebanon selatan menawarkan keuntungan penting melawan pasukan penyerang.
Pembunuhan Nasrallah tidak menyurutkan tekad Hizbullah, tambahnya.
“Faktanya, hal ini bahkan mungkin meningkatkan semangat juang dan moral karena para pejuang Hizbullah kini akan melihat diri mereka lebih bertekad melawan musuh ini.”
Sementara Hizbullah terus melepaskan rentetan roket ke Israel, kelompok tersebut juga tetap menjadi “kekuatan tempur yang sangat kuat” di lapangan.
Samer Jaber, seorang peneliti PhD di Royal Holloway, Universitas London, dan seorang pakar Timur Tengah, setuju dengan penilaian kekuatan Hizbullah ini.
Dia mencatat kalau Hizbullah juga memiliki keuntungan dari infrastruktur bawah tanahnya yang luas, bersama dengan pengetahuannya tentang medan negara tersebut.
"Hizbullah telah membangun jaringan dan infrastruktur bawah tanah yang dirancang untuk mendukung konfrontasi berkepanjangan dengan pasukan Israel. Hal ini memberikan perlawanan Lebanon keunggulan taktis dan strategis dari sudut pandang operasional," jelas Jaber.
Sebaliknya, pasukan Israel terutama dilatih untuk peperangan konvensional, dengan perpaduan taktik kontrapemberontakan perkotaan yang dikembangkan AS. Asimetri ini dapat menyebabkan perlawanan sengit yang menguntungkan pejuang Hizbullah, tambahnya.
Pelajaran dari Perang Sebelumnya
Merenungkan konflik sebelumnya antara Hizbullah dan Israel, Jaber menunjukkan perbedaan utama antara perang tahun 2006 dan situasi saat ini.
“Pada tahun 2006, Hizbullah memiliki kemampuan rudal yang terbatas, hanya mampu menargetkan lokasi di Haifa dan Israel utara. Hizbullah terutama mengandalkan taktik gerilya dan konfrontasi langsung dalam wilayah terbatas, dengan sebagian besar pertempuran terjadi di wilayah Lebanon di Lebanon selatan.”
Saat ini, persenjataan rudal Hizbullah lebih canggih, dengan kemampuan untuk menyerang di mana saja di Israel, mengalihkan sebagian medan perang ke wilayah Israel.
“Meskipun Israel memiliki keunggulan signifikan dalam angkatan udaranya, mereka kehilangan keunggulan ini dalam operasi darat, karena tidak dapat mengerahkan seluruh kemampuan udaranya dalam pertempuran semacam itu,” imbuh Jaber.
Ia mencatat bahwa perang tahun 2006, yang berlangsung selama 36 hari, membuat kedua belah pihak kelelahan. Dalam konfrontasi saat ini, Hizbullah tampaknya berniat memperpanjang perang, secara bertahap mengintensifkan operasinya. Israel, yang memulai dengan kekuatan yang sangat besar, mungkin melihat keunggulannya berkurang seiring berjalannya waktu.
Rizk setuju dan mengatakan bahwa Hizbullah adalah kekuatan tempur yang jauh lebih efektif daripada tahun 2006.
“Itu sangat sukses, dan saya pikir sekarang mungkin akan lebih sukses lagi, mengingat pertumbuhannya yang pesat.”
Petempur Hizbullah dalam upacara pemakaman secara militer pada 22 Oktober 2023. (tangkap layar RNTV/AP)Keunggulan Gerilya
Menurut Jaber, perpaduan taktik gerilya dan semi-konvensional Hizbullah memberi kelompok itu fleksibilitas yang cukup besar di medan perang.
“Daripada berfokus pada penguasaan wilayah, Hizbullah meraih supremasi melalui pergerakan efektif di medan perang.”
Kemampuan Hizbullah untuk meluncurkan rudal dan drone dari berbagai lokasi di Lebanon, bukan hanya di selatan, memberinya keunggulan strategis, kata Jaber.
Sementara itu, Israel memiliki keunggulan signifikan dalam perang siber dan mendapat keuntungan dari dukungan tetap dari AS dan sekutu Eropa, yang menjamin pasokan amunisi dan persenjataan yang konsisten.
Namun, seperti yang ditunjukkan Jaber, satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diisi ulang oleh Israel adalah nyawa manusia, dan menekankan bahwa seiring dengan meningkatnya korban di kalangan tentara dan warga sipil, pemerintah Israel menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengakhiri konflik.
Tentara Israel memutuskan untuk mengerahkan 4 brigade cadangan dan pasukan tambahan untuk tugas operasional dalam agresi militer darat mereka ke Lebanon untuk berperang melawan Hizbullah. (khaberni)Rizk menyoroti ketidaksesuaian dalam taktik, dengan mencatat bahwa gerakan gerilya seperti Hizbullah berkembang dengan menetapkan aturan mereka sendiri dalam pertempuran.
“Penting untuk diingat bahwa gerakan gerilya atau aktor non-negara, mereka tidak ingin bermain sesuai aturan permainan musuh. Mereka ingin menetapkan aturan mereka sendiri.”
Fleksibilitas ini memungkinkan Hizbullah mempertahankan momentumnya, terlepas dari tindakan Israel.
“Tidak mesti jika Israel menyerang Beirut, maka Hizbullah harus menyerang Tel Aviv,” jelas Rizk.
Kapasitas dan Tujuan Militer Hizbullah
Meskipun mengalami kerugian, para analis menekankan bahwa kekuatan militer Hizbullah tidak boleh diremehkan. Persediaan rudal kelompok itu diperkirakan berkisar antara 120.000 hingga 200.000, sementara Israel sendiri mengatakan bahwa mereka belum menghancurkan bahkan 50 persen dari persediaan itu, menurut Rizk.
Hizbullah juga memiliki puluhan ribu pejuang, termasuk unit elit seperti pasukan Radwan, yang disamakan Rizk dengan pasukan khusus militer.
"Jadi bayangkan apa yang bisa terjadi jika pasukan Radwan, pasukan elit Hizbullah, terlibat. Saya pikir ini semua adalah tanda peringatan yang sangat besar tentang apa yang menanti Israel," katanya.
Untuk saat ini, Hizbullah tampaknya fokus untuk menimbulkan kerugian besar pada pasukan darat Israel. Roket terus menghantam Haifa, dan meskipun langkah Hizbullah selanjutnya masih belum jelas, kemungkinan eskalasi lebih lanjut tidak dapat dikesampingkan, katanya.
Di pihak Israel, telah terjadi keberhasilan taktis yang signifikan, termasuk perluasan pemboman ke wilayah-wilayah baru di Beirut.
Namun, Rizk menyatakan bahwa Hizbullah mungkin sengaja menghindari tindakan-tindakan yang dapat memancing respons Israel yang menghancurkan, seperti serangan terhadap infrastruktur sipil yang penting.
“Israel belum melakukan itu, dan saya pikir Hizbullah tidak ingin memberi alasan kepada Israel untuk melakukan itu,” katanya.
Kegagalan Israel di Gaza
Dampak kerugian militer Israel di Gaza dirasakan di Lebanon.
Jaber menunjuk pada perjuangan Israel di Gaza, di mana kampanye pengeboman besar-besaran telah mengakibatkan banyaknya korban sipil tetapi gagal mengamankan kemenangan yang menentukan melawan kelompok Palestina.
"Moral tentara Israel juga menurun, setelah bertempur di Gaza selama hampir setahun dengan keberhasilan yang terbatas. Sebaliknya, para pejuang perlawanan di Lebanon mempertahankan tanah mereka sendiri, yang memberikan motivasi kuat untuk tetap teguh dalam konfrontasi."
Secara politis, Israel bertujuan untuk menekan Hizbullah agar menarik dukungannya terhadap Gaza dengan menimbulkan banyak korban di antara penduduk Lebanon, tetapi pendekatan ini malah menjadi bumerang, karena Hizbullah memperluas jangkauan misilnya dan memaksa lebih banyak masyarakat Israel untuk mengungsi, jelas Jaber.
(oln/anews/anadolu/*)
Tag: #tentara #israel #mulai #invasi #darat #tahap #kedua #lebanon #selatan #hizbullah #punya #keunggulan