Keras Kepala, Netanyahu Sebut Warga Rafah Cukup 'Pindah Saja Bersama Tenda' saat Israel Menyerang
Netanyahu meremehkan kekhawatiran Amerika Serikat (AS) mengenai risiko munculnya bencana kemanusiaan jika Israel nekat melancarkan serangan darat ke kota tersebut.
Pemimpin sayap kanan Israel itu menyebut warga Palestina di Rafah hanya perlu pergi ke wilayah lain di Gaza saat Israel menyerang.
Hal itu disampaikannya dalam dalam pernyataannya kepada pejabat AS yang bertandang ke Israel pada hari Rabu (27/3/2024).
“Orang-orang tinggal pindah saja, mereka pindah bersama dengan tenda mereka,” kata Netanyahu dikutip dari PBS.
Adapun Rafah kini menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi.
Rafah juga menjadi titik masuk bantuan ke Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan semua penduduk di sana mengalami kekurangan pangan.
Rencana Israel menyerang Rafah memunculkan kekhawatiran banyak pihak lantaran kota itu sudah penuh sesak dengan warga Palestina.
Mereka tinggal di tenda-tenda dan tempat perlindungan yang disediakan oleh PBB.
AS yang menjadi sekutu Israel sudah meminta negara Zionis itu untuk membatalkan serangan itu.
Sementara itu, Netanyahu menganggap perselisihan AS-Israel perihal Rafah itu hanya salah satu ketidaksepakatan di antara kedua negara itu.
Dia mengaku “menghargai” bantuan dari Presiden AS Joe Biden. Kendati demikian, Netanyahu mengatakan akan bertindak sendirian jika memang harus seperti itu.
Israel-AS akan berembuk
Setelah membatalkan kunjungan delegasi Israel ke AS, Netanyahu kini setuju untuk mengatur kembali rapat antara AS-Israel.
Pembatalan kunjungan itu terjadi setelah AS memilih abstain dalam pemungutan suara untuk gencatan senjata di Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller menyebut pembatalan itu sebagai hal yang “mengejutkan dan disesalkan”.
Adapun saat ini AS dan Israel dilaporkan sedang mencari tanggal yang cocok untuk menggelar rapat.
“Kami bekerja sama dengan mereka untuk mencari tanggal yang cocok,” kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre pada hari Rabu.
Mayoritas warga AS tolak perang di Gaza
Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup, sebagian besar warga AS menolak perang yang dilancarkan Israel di Gaza.
Dilansir dari The Washington Post, hasil survei yang dirilis pada hari Rabu itu memperlihatkan perubahan sikap warga AS mengenai perang yang sudah berlangsung selama 5 bulan itu.
Sebanyak 55 persen warga AS mengaku mengecam tindakan militer Israel di Gaza, sementara 36 persen lainnya menyetujuinya.
Adapun sebanyak 9 persen mengatakan tidak memiliki pendapat mengenai perang di Gaza.
Survei itu melibatkan 1.016 orang dewasa di AS dan dilakukan pada bulan ini. Margin of error survei itu kurang lebih 4 persen.
Jumlah warga AS yang menolak perang Israel di Gaza makin banyak.
Sebelumnya, survei Gallup pada bulan November 2023 menunjukkan ada 50 persen warga AS yang menyetujui perang tersebut, yang menolak ada 45 persen, sementara yang tidak memiliki pendapat ialah 4 persen.
Serangan ke Rafah bisa jadi kesalahan besar
Sebelumnya, Wakil Presiden AS Kamala Harris mengklaim serangan Israel ke Rafah akan menjadi “kesalahan besar”.
“Kami sudah menjelaskan dalam berbagai pembicaraan dan dalam segala hal bahwa operasi militer besar apa pun di rafah akan menjadi kesalahan besar,” kata Harris kepada ABC News.
Dia juga menyinggung tidak adanya tempat bagi warga Palestina untuk berlindung jika serangan dilakukan.
“Izinkan saya memberi tahu Anda sesuatu: Saya sudah mempelajari petanya. Tidak ada tempat bagi warga di sana untuk pergi.”
(Tribunnews/Febri)
Tag: #keras #kepala #netanyahu #sebut #warga #rafah #cukup #pindah #saja #bersama #tenda #saat #israel #menyerang