Pejabat Houthi Janji Kejutkan AS dan Israel, Pura-pura Tepis Hubungan Baik dengan Iran?
Rudal balistik Houthi dipamerkan ke publik di sebuah acara parade militer. Seorang pejabat berpengaruh Houthi, Abdul Sattar Al-Nehmi mengancam, operasi Houthi akan terus berlanju hingga operasi militer Israel dan AS berhenti 
17:20
11 Maret 2024

Pejabat Houthi Janji Kejutkan AS dan Israel, Pura-pura Tepis Hubungan Baik dengan Iran?

- Seorang pejabat berpengaruh Houthi, Abdul Sattar Al-Nehmi mengancam, operasi Houthi akan terus berlanjut hingga kelompok militan tersebut bisa mengusir sekutu Amerika Serikat (AS) dan Inggris, termasuk operasi militer Israel berhenti.

Houthi menuntut, militer Israel meninggalkan Jalur Gaza dan meningkatkan bantuan keamanan untuk warga yang membutuhkan.

Seiring dengan hal itu, Houthi mengklaim, telah melakukan 96 serangan rudal dan drone selama lima bulan terakhir, menargetkan 61 kapal di Laut Merah dan Teluk Persia.

Houthi juga menegaskan, telah memperkenalkan peperangan kapal selam ke dalam operasi mereka, yang mencerminkan perkembangan kemampuan militer membuat dunia internasional khawatir.

Pada pertengahan Februari, Houthi menyerang kapal kargo Rubymar di selat Bab-el-Mandeb, menenggelamkan kapal dan menyebabkan kapal melepaskan 41.000 ton pupuk berbahaya yang telah diangkutnya.

Komando Pusat Amerika Serikat menyebut peristiwa tersebut sebagai “bencana lingkungan”.

Secara terpisah, serangan rudal Houthi terhadap kapal kargo True Confidence pekan lalu menewaskan tiga pelaut, kematian warga sipil pertama sejak Houthi memulai serangan, melukai yang lain, dan kemudian menenggelamkan kapal kargo tersebut.

Serangan-serangan yang terus berlanjut ini membentuk kembali dinamika keamanan maritim di kawasan.

Al-Nehmi mengatakan, Houthi memiliki “lebih banyak kejutan” yang akan membuat AS, Israel, dan negara-negara Barat lainnya memenuhi tuntutan Houthi.

Dia mengatakan, serangan terhadap True Confidence dan Rubymar adalah akibat dari desakan para pelaut untuk menentang Houthi dan menuju pelabuhan Israel.

Sementara, tak satu pun dari kapal tersebut sedang dalam perjalanan ke Israel.

“Kami memiliki keyakinan kuat pada kepemimpinan kami dan keputusan-keputusannya, yang memotivasi kami untuk melanjutkan operasi ini untuk mendukung saudara-saudara kami di Gaza,” kata Al-Nehmi, dikutip dari YNet News.

Banyak pengamat mengatakan, Houthi mengeksploitasi sentimen pro-Palestina di kalangan warga Yaman untuk melanjutkan serangan.

Mantan jurnalis Kantor Berita Saba, Samah Lutf—yang saat ini menjadi jurnalis lepas yang berbasis di Aden dan Mesir—mengatakan, komunitas internasional tidak punya pilihan selain “membasmi” Houthi atau mencoba membawa mereka ke dalam perjanjian yang menjamin keamanan maritim di wilayah tersebut.

“Karena dukungan regional dan lokal, dukungan besar dari Iran, dan tidak adanya akuntabilitas ekonomi dan politik terhadap dunia, Houthi menjadi lebih berani dalam operasi militer mereka, mengingat itu adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan citra mereka dan menciptakan kembali dukungan rakyat yang hilang. karena krisis ekonomi dan politik yang mereka hadapi di Yaman,” katanya.

Lutf mencatat, operasi Houthi secara bertahap meningkat.

“Houthi awalnya hanya menargetkan kapal-kapal untuk memperingatkan mereka sebelum secara bertahap memulai serangan langsung mereka, yang menyebabkan kerusakan sebagian pada sekelompok kapal kargo tersebut hingga serangan tersebut mencapai titik menenggelamkan kapal dan membunuh awaknya,” katanya.

Serangan akan terus berlanjut selama Houthi mendapat dukungan dari Iran dan rakyat, kata Lutf.

AS dan Yaman telah mengungkap jaringan rumit yang menghubungkan Iran dengan Houthi, termasuk pelatihan oleh Iran dan kiriman senjata.

Meskipun mengakui hubungan baik dengan Teheran, para pemimpin Houthi menyangkal hubungan tersebut.

AS OTW Bangun Pelabuhan di Gaza

KEHANCURAN SEPANJANG GARIS PANTAI - Foto aerial kehancuran di sepanjang garis pantai di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. KEHANCURAN SEPANJANG GARIS PANTAI - Foto aerial kehancuran di sepanjang garis pantai di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. (tangkap layar twitter)

Sebuah kapal militer AS telah berlayar menuju Timur Tengah, membawa peralatan untuk membangun dermaga atau pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza.

Kapal pendukung, Jenderal Frank S Besson, berlayar dari pangkalan militer di negara bagian Virginia pada Sabtu (9/4/2024), seperti dilaporkan oleh BBC.

Hal ini terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden mengatakan, AS akan membangun pelabuhan terapung untuk membantu mengirimkan bantuan ke Gaza melalui jalur laut.

PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan di Jalur Gaza “hampir tidak bisa dihindari” dan anak-anak mati kelaparan.

Sementara, pengiriman bantuan melalui darat dan udara terbukti sulit dan berbahaya.

Program Pangan Dunia harus menghentikan pengiriman barang melalui jalur darat setelah konvoi mereka diserang tembakan dan penjarahan.

Dan pada Jumat (8/3/2024), terdapat laporan, lima orang tewas akibat jatuhnya paket bantuan, ketika parasutnya tidak dapat dibuka dengan benar.

Kapal AS berangkat "kurang dari 36 jam" setelah Biden menyampaikan pengumumannya, tulis Komando Pusat AS di X.

Mereka "membawa peralatan pertama yang membangun dermaga sementara untuk mengirimkan pasokan kemanusiaan yang penting" ke Gaza, lanjut pernyataan itu.

Pentagon menjelaskan, membutuhkan waktu hingga 60 hari atau dua bulan untuk membangun dermaga dengan bantuan 1.000 tentara.

Namun, badan-badan amal mengatakan mereka yang menderita di Gaza tidak bisa menunggu selama itu.

Sementara itu, sebuah kapal bantuan yang membawa sekitar 200 ton makanan masih menunggu izin untuk berlayar dari pelabuhan di Siprus pada Minggu (10/4/2024) pagi.

Diharapkan, kapal yang bernama Open Arms itu dapat berangkat sebelum Senin (11/4/2024), menyusul pengumuman Uni Eropa bahwa rute laut baru akan dibuka pada akhir pekan untuk memungkinkan bantuan berlayar langsung dari Siprus – negara UE yang paling dekat dengan Gaza.

Kapal itu milik badan amal Spanyol dengan nama yang sama, Open Arms, dan makanan di dalamnya disediakan oleh badan amal AS, World Central Kitchen.

Tidak jelas bagaimana bantuan yang dikirim melalui laut akan sampai ke pantai dengan aman sebelum dermaga AS dibangun.

Gaza tidak memiliki pelabuhan yang berfungsi dan perairan di sekitarnya terlalu dangkal untuk kapal-kapal besar.

Namun Oscar Camps, pendiri Open Arms, mengatakan kepada Associated Press, di titik tujuan yang masih dirahasiakan tersebut, tim dari World Central Kitchen telah membangun dermaga untuk menerima bantuan.

Israel menyambut baik inisiatif kelautan tersebut, dan mengatakan bantuan akan dikirim setelah pemeriksaan keamanan dilakukan di Siprus “sesuai dengan standar Israel”.

Adapun militer Israel melancarkan kampanye udara dan darat di Jalur Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 253 lainnya disandera.

Lebih dari 30.900 orang telah terbunuh di Gaza sejak saat itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Konflik tersebut telah menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin besar, dan PBB telah memperingatkan bahwa setidaknya 576.000 orang di Jalur Gaza – seperempat dari jumlah penduduk – menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.

Negara-negara Barat telah menekan Israel untuk memperluas pengiriman darat dengan memfasilitasi lebih banyak rute dan membuka penyeberangan tambahan.

Truk-truk telah memasuki bagian selatan Gaza melalui penyeberangan Rafah yang dikontrol Mesir dan penyeberangan Kerem Shalom yang dikontrol Israel.

Namun wilayah utara, yang merupakan fokus tahap pertama serangan darat Israel, sebagian besar telah terputus dari bantuan dalam beberapa bulan terakhir.

Diperkirakan 300.000 warga Palestina tinggal di sana dengan sedikit makanan atau air bersih.

Israel dituduh menghambat upaya bantuan, dan seorang pakar independen PBB pekan lalu menuduh Israel melancarkan "kampanye kelaparan terhadap rakyat Palestina di Gaza".

Yeela Cytrin, penasihat hukum misi Israel untuk PBB, menjawab bahwa "Israel sepenuhnya menolak tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai alat perang", sebelum keluar sebagai protes.

Dokter di Gaza Khawatir

Pasukan Amerika Serikat (AS) akan membangun dermaga sementara di garis pantai Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dalam skala besar.

Namun, para dokter di Gaza khawatir rencana AS untuk membangun pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza akan terlalu terlambat.

Direktur keperawatan di Rumah Sakit Eropa Gaza, Saleh al-Hams, mengatakan rencana AS datang ketika perang memasuki bulan keenam.

“Di mana hati nurani Amerika selama 153 hari sejak awal perang, ketika orang-orang di Jalur Gaza terus menerus dibombardir?” katanya, Jumat (8/3/2024), dilansir Al Jazeera.

"Pembangunan dermaga mungkin memakan waktu beberapa minggu, yang berarti masyarakat kami akan terus menderita," jelasnya.

Ia menambahkan, sangat disayangkan bahwa dermaga tersebut hanya berjarak beberapa kilometer dari perbatasan Rafah, tempat ratusan truk mengantre menunggu izin masuk.

"Fokusnya harus pada mencabut pengepungan di Jalur Gaza dan membuka penyeberangan untuk memberikan semua yang dibutuhkan masyarakat Gaza,” lanjut Saleh al-Hams.

Pengalihan Isu

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (8/3/2024), Direktur Eksekutif Medicin Sans Frontieres/Dokter Tanpa Batas (MSF) Arvil Benoit mengatakan, rencana Amerika Serikat (AS) untuk membangun dermaga sementara di Gaza untuk meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan adalah bentuk nyata pengalihan isu dari masalah sebenarnya di Gaza.

"Masalah sebenarnya adalah tindakan Israel yang tidak pandang bulu dan agresi militer yang tidak proporsional serta pengepungan yang kejam,” kata dia.

Pernyataan itu muncul setelah pengumuman Presiden AS, Joe Biden pada Kamis, (7/3/2024) soal rencana militer AS membangun dermaga sementara di pantai Gaza di Laut Mediterania untuk membantu menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Benoit menambahkan, alih-alih membuat kerjaan baru, AS seharusnya lebih intensif menekan Israel untuk membuka blokade jalur darat oleh Israel.

Baginya, hal itu merupakan aksi paling logis, jika AS memang berniat memberikan bantuan.

“Makanan, air, dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Gaza berada tepat di seberang perbatasan. Israel perlu memfasilitasi, bukan menghalangi aliran pasokan. Ini bukan masalah logistik; ini adalah masalah politik. Daripada mengandalkan militer AS untuk mencari solusi, AS harus mendesak akses kemanusiaan segera dengan menggunakan jalan dan titik masuk yang sudah ada.”

Selain itu, dalam sebuah pernyataan kepada Al-Jazeera pada hari Jumat, Jason Lee, direktur Save the Children untuk wilayah pendudukan menambahkan,

“Anak-anak di Gaza tidak sabar untuk makan. Mereka sudah sekarat karena kekurangan gizi, dan menyelamatkan nyawa mereka hanya dalam hitungan jam atau hari – bukan minggu,” sehubungan dengan waktu yang dibutuhkan AS untuk membangun dermaga sementara.

(Tribunnews.com/Chrysnha, Nuryanti, Hasiolan)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #pejabat #houthi #janji #kejutkan #israel #pura #pura #tepis #hubungan #baik #dengan #iran

KOMENTAR