Dokter di Gaza Menangis Lihat Anaknya Sendiri Dibawa ke UGD, Kepalanya Diperban, Tubuhnya Berdebu
Dr Rami Abu Libdeh menggendong putranya yang berusia 9 tahun, Mohammad. Seorang dokter menangis melihat anaknya sendiri dilarikan ke rumah sakit tempat ia bekerja. Kepala sang anak diperban, tubuhnya terkena debu. 
11:30
9 Februari 2024

Dokter di Gaza Menangis Lihat Anaknya Sendiri Dibawa ke UGD, Kepalanya Diperban, Tubuhnya Berdebu

Seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit untuk menolong orang-orang terluka akibat perang, menghadapi ketakutan terbesarnya.

Keluarganya, yang ia harap aman berada di rumah, turut menjadi korban dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Dilaporkan NBC News, Dr. Rami Abu Libdeh (32) sedang memeriksa pasian-pasien di UGD ketika ia melihat paramedis membawa anak laki-lakinya, Mohammad, berusia 9 tahun.

Dokter Libdeh langsung menangis dan mencengkeram anaknya itu.

Kepala sang anak dibalut perban, pakaian yang ia kenakan diselimuti debu.

Sambil berlutut dan memegangi anaknya itu, Libdeh menghujani putranya yang menangis itu dengan lebih banyak pertanyaan tentang ibunya yang hilang serta rumah mereka.

"Mana ibumu? Di mana ibu?" tanya sang dokter berkali-kali.

Ia juga menanyai anaknya yang lain.

"Di mana Moataz? Di mana Moataz?"

Dr Rami Abu Libdeh menggendong putranya yang berusia 9 tahun, Mohammad. Dr Rami Abu Libdeh menggendong putranya yang berusia 9 tahun, Mohammad. (NBC News)

Ia kemudian menyerahkan anaknya itu ke petugas medis lain di ruangan untuk perawatan.

Sambil terus meringis dan menahan air mata, Libdeh menuju bagian rumah sakit di mana ambulans yang membawa korban luka maupun korban meninggal, terus berdatangan.

Tim NBC News berada di Rumah Sakit Kuwait ketika merekam pertemuan ayah-anak yang memilukan.

Tim berada di sana untuk meliput dampak serangan udara Israel di Rafah pada hari Kamis (8/2/2024) yang menewaskan 14 orang.

Serangan udara mematikan itu diluncurkan hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran gencatan senjata dari Hamas dan malah akan memperluas serangan ke kota Gaza selatan.

Adegan yang lebih memilukan terungkap saat tim NBC News meliput.

UGD dipenuhi puluhan anak, banyak yang masih gemetar ketakutan.

Anak-anak lain, terdiam dan dibalut perban, menyaksikan dengan mata terbelalak kekacauan yang terjadi di sekitar mereka.

Setiap beberapa menit, semakin banyak ambulans tiba di area pemuatan.

Orang-orang yang terluka diangkut dengan tandu ke sebelah kiri ke ruang gawat darurat.

Sebagian pasien ditempatkan di tenda karena rumah sakit tidak dapat menampung semua orang yang terluka di dalamnya.

Mereka yang tampaknya sudah tidak ada harapan lagi, dibawa ke sebelah kanan ke tempat pengumpulan, di mana jenazah yang sebagian besar dibungkus dengan kain putih dengan tulisan Arab berwarna merah, dibaringkan di tanah.

Seorang pria Palestina berduka setelah mengidentifikasi jenazah kerabatnya yang tewas dalam pemboman Israel semalam di Jalur Gaza selatan di rumah sakit Al-Najjar di Rafah pada 8 Februari 2024, saat konflik antara Israel dan Hamas memasuki bulan kelima. Seorang pria Palestina berduka setelah mengidentifikasi jenazah kerabatnya yang tewas dalam pemboman Israel semalam di Jalur Gaza selatan di rumah sakit Al-Najjar di Rafah pada 8 Februari 2024, saat konflik antara Israel dan Hamas memasuki bulan kelima. (Mahmud Hams / AFP)

Saat tim NBC News berada di sana, dokter yang memeriksa jenazah-jenazah menemukan seorang bayi dengan kedua mata terbuka dan denyut nadinya masih ada.

Dengan cepat, dokter membawa bayi tersebut ke UGD yang penuh sesak.

Ia dan tim medis mencoba menghidupkan kembali anak tersebut dengan oksigen dan kompresi dada.

Tapi tidak ada yang bisa menyelamatkan anak itu.

"Sudah, cukup," kata salah satu pekerja medis.

"Tutupi dia."

Beberapa menit kemudian, balita tersebut dibungkus dengan kain putih dan dibawa lagi ke tempat pengumpulan sebelah kanan untuk bergabung kembali dengan jenazah.

Sementara itu, di dalam UGD, seorang ayah yang frustrasi melampiaskan amarahnya sementara seorang kerabatnya yang tidak sadarkan diri terbaring di brankar dan dua anak menatap diam-diam ke arah wartawan.

Sebelum pergi, tim NBC melihat seorang wanita sedang digiring menuju mobil ambulans berisi tiga jenazah yang dibungkus kain, salah satunya berukuran anak-anak.

Dengan lembut, wanita itu menyentuh salah satu tubuh itu.

Lalu dia meletakkan wajahnya di tangannya dan menangis.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Bobby Wiratama

Tag:  #dokter #gaza #menangis #lihat #anaknya #sendiri #dibawa #kepalanya #diperban #tubuhnya #berdebu

KOMENTAR