Pasukan Israel Siap Invasi Rafah, Netanyahu: Kami Targetkan 2 Kamp di Gaza Selatan
Gambar yang diambil dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, menunjukkan asap membubung di atas gedung-gedung di Khan Yunis selama pemboman Israel pada 8 Februari 2024, ketika pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas Palestina di Gaza. 
05:30
9 Pebruari 2024

Pasukan Israel Siap Invasi Rafah, Netanyahu: Kami Targetkan 2 Kamp di Gaza Selatan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pasukan Israel sudah bersiap untuk melakukan operasi militer di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan.

Netanyahu menjanjikan kemenangan total Israel atas gerakan perlawanan Palestina, Hamas, dalam beberapa bulan.

Populasi di Rafah membengkak menjadi lebih dari 500.000 orang setelah Israel membombardir Jalur Gaza utara dan tengah.

Rafah menjadi tempat terakhir bagi warga Palestina yang mengungsi untuk menghindari pemboman Israel, namun ternyata nyawa mereka kembali terancam.

“Kami telah menginstruksikan (tentara Israel) untuk bersiap beroperasi di Rafah dan dua kamp pusat (pengungsi), yang juga merupakan benteng terakhir Hamas,” kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan di TV, Kamis (8/2/2024).

Ia mengklaim bahwa membombardir Jalur Gaza dari utara hingga selatan dapat menghancurkan Hamas.

“Pada akhirnya, eliminasi Hamas akan menyebar ke seluruh Timur Tengah dan akan memungkinkan kita memperluas lingkaran perdamaian dengan tetangga kita,” lanjutnya, dikutip dari Awsaat.

Mengulangi propagandanya, Netanyahu berjanji akan mempertahankan pemboman Israel di Jalur Gaza yang digambarkannya sebagai tekanan militer untuk Hamas.

Ia mengklaim pemboman itu dapat menekan Hamas untuk segera membebaskan sandera.

Padahal, beberapa sandera terbunuh karena pemboman itu, yang membuktikan tindakan militer tidak dapat menyelamatkan mereka.

"Mempertahankan tekanan militer adalah syarat penting untuk pembebasan sandera,” lanjutnya.

Perdana Menteri Israel itu menolak usulan Hamas untuk melakukan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera.

“Menyerah pada tuntutan aneh Hamas… tidak hanya tidak akan berujung pada pembebasan para sandera, namun hanya akan mengundang pembantaian lagi,” tambahnya, dikutip dari France24.

Ia mengatakan Israel merasa terancam jika Hamas masih ada di Jalur Gaza, menyusul keinginannya agar Israel mengendalikan Jalur Gaza.

“Ini akan mengundang bencana besar bagi negara Israel yang tidak ada warga negara kami yang siap menerimanya,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa serangan militer Israel ke Rafah akan secara eksponensial meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan.

Hamas Palestina vs Israel

Segera setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel mulai membombardir Jalur Gaza.

Kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 27.840 jiwa sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (8/2/2024), 1.147 kematian di wilayah Israel, dan 375 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (30/1/2024), dikutip dari Anadolu.

Israel memperkirakan, masih ada kurang lebih 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Tiara Shelavie

Tag:  #pasukan #israel #siap #invasi #rafah #netanyahu #kami #targetkan #kamp #gaza #selatan

KOMENTAR