Tradisi Hong Kong Pakai Scaffolding Bambu Dipertanyakan Usai Kebakaran Mematikan di Wang Fuk Court
Momen pemadam kebakaran saat memadamkan api di Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong, Rabu (26/11). (Reuters/Tyrone Siu)
11:00
27 November 2025

Tradisi Hong Kong Pakai Scaffolding Bambu Dipertanyakan Usai Kebakaran Mematikan di Wang Fuk Court

JawaPos.com Kebakaran besar yang menewaskan puluhan orang di Tai Po, Hong Kong, kembali menyoroti penggunaan scaffolding bambu yang sudah menjadi tradisi ratusan tahun. Material yang fleksibel dan murah ini ternyata mudah terbakar dan berperan besar dalam cepatnya penyebaran api di Wang Fuk Court.

Dikutip dari Reuters, Kamis (27/11), kobaran api dengan cepat melalap jaring hijau dan tiang bambu yang menutupi bangunan. Perancah tersebut kemudian roboh sambil menjatuhkan potongan material yang menyala ke jalan.

Bambu telah lama menjadi pilihan utama scaffolding di Hong Kong. Tradisi ini berasal dari Tiongkok daratan dan sudah digunakan sejak zaman kuno, bahkan dipercaya ikut dipakai dalam pembangunan Tembok Besar China.

Meski banyak kota besar di Asia telah beralih ke metal scaffolding, Hong Kong masih mempertahankan penggunaan bambu. Saat ini terdapat sekitar 2.500 ahli scaffolding bambu terdaftar, sementara jumlah pekerja scaffolding metal mencapai tiga kali lipat.

Pemandangan para pekerja memanjat gedung pencakar langit untuk memasang rangka bambu sudah menjadi bagian khas kota tersebut. Perancah itu dipadukan dengan jaring hijau untuk mencegah material jatuh ke jalan, seperti yang juga terpasang di Wang Fuk Court.

Pemimpin Hong Kong John Lee mengatakan telah membentuk gugus tugas untuk menyelidiki penyebab kebakaran. “Unit peninjau independen akan menyelidiki apakah dinding luar bangunan memenuhi standar penahan api,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Jika ada pelanggaran, kami akan menindak sesuai aturan.”

Pemerintah berjanji akan memeriksa proyek renovasi yang sedang berjalan, termasuk memastikan jaring dan bahan yang digunakan memenuhi standar keselamatan. Pada Maret lalu, pemerintah mengumumkan bahwa setidaknya 50 persen proyek publik baru diwajibkan menggunakan scaffolding metal.

Namun kebijakan ini lebih banyak menyoroti keselamatan pekerja daripada risiko kebakaran. Data pemerintah mencatat 22 pekerja scaffolding bambu meninggal antara 2019 dan 2024.

Meski demikian, pemerintah belum berniat melarang penggunaan perancah bambu. Pada Juli lalu, Menteri Tenaga Kerja Chris Sun mengatakan pemerintah “tidak berniat melarang” penggunaan scaffolding bambu.

Insiden kebakaran akibat perancah bambu sebenarnya bukan pertama kalinya. Pada Oktober lalu, scaffolding di Chinachem Tower di distrik Central juga terbakar dan membuat jendela serta dinding luar gedung hangus. Asosiasi Korban Kecelakaan Industri Hong Kong mencatat sedikitnya dua kebakaran lain yang melibatkan perancah bambu sepanjang tahun ini.

Kode praktik keselamatan pemerintah menyatakan bahwa jaring dan pelindung yang dipasang pada scaffolding harus memiliki bahan penahan api sesuai standar.

Namun Jason Poon, seorang whistle-blower yang pernah mengungkap cacat konstruksi di kota itu, mengatakan ia sudah memperingatkan pemerintah sejak tahun lalu mengenai kurangnya bahan penahan api pada jaring scaffolding di salah satu kompleks perumahan lain. Ia mengaku laporannya tidak digubris.

Reuters menyebut permintaan komentar kepada otoritas pemadam, bangunan, dan tenaga kerja belum mendapat respons hingga artikel ini diterbitkan.

Editor: Dhimas Ginanjar

Tag:  #tradisi #hong #kong #pakai #scaffolding #bambu #dipertanyakan #usai #kebakaran #mematikan #wang #court

KOMENTAR